Bogor (Antaranews Bogor) - Indonesia bisa menjadi pemain haji yang besar bukan hanya dalam sisi jumlah jamaah tapi juga bisa menjadi pengembang infrastruktur yang mendukung ibadah tersebut, kata seorang pakar keuangan dan perbankan syariah.
"Dana haji bisa dikelola dalam pembangunan infrastruktur. Sebagai contoh bagaimana haji bisa menyejahterakan banyak orang," kata Muhammad Syafii Antonio dalam diskusi umum bertema reformasi haji di Mesjid Andalusia, Komplek STEI Tazkia, Sentul, Kabupaten Bogor, Selasa.
Syafii menyebutkan, dana haji yang tersimpan bisa dialokasikan untuk infrastruktur penyelenggaraan haji seperti memiliki pesawat haji. Nantinya pesawat tersebut sehari-harinya bisa disewakan untuk ibadah umroh, karena akan lebih bermanfaat.
"Pengalaman saya, dalam satu minggu saya mengirimkan dua kali, dalam setahun ada 4.000 sampai 5.000 prserta umroh. Ini artinya banyak sekali yang butuh pesawat haji, demikian juga banyak destinasi nasional pesawat Indonesia yang masih kurang sehingga bisa disewakan juga," ujarnya.
Infrastruktur lainnya tidak hanya pesawat, lanjut Syafii, dana haji juga bisa dibangun perumahan atau hotel maupun pemondokan haji.
Ia mengatakan, Indonesia belum memiliki hotel atau pemondokan haji di Tanah Suci, jika dibandingkan dengan Malaysia dan Brunai yang negaranya kecil dengan jumlah haji di bawah Indonesia, telah memiliki hotel atau pemondokan haji di tanah suci.
"Kita memang tidak bisa memiliki hotel, tapi kita bisa menyewa dalam jangka waktu lama (long term) selama 10 tahun lalu disewakan lagi. Ini sangat-sangat dimungkinkan bagaimana kita memiliki infrastruktur tersebut. Dan jikalau tidak dipakai oleh kita, kita bisa bekerja sama dengan internasional hotel untuk disewakan lagi," ujarnya.
Syafii mengatakan, sangat potensial bila dana haji dikelola ke usaha pemondokan atau hotel haji. Bahkan ada bahkan ada beberapa menara (tower) yang mampu dimiliki. Dengan kemampuan dana yang ada, Indonesia mampu membuat tower-tower yang ada wakafnya.
"Karena wakaf di Indonesia itu lebih dari 1 miliar meter persegi yang ada di Indoneisa tapi banyak yang menunggu. Tempat-tempat strategis dibangun super blok dengan dana ini, dengan properti tanah jadi tidak rugi, tapi kalau diberikan saham justru bisa rugi," ujarnya.
Menurut Syafii, jika dana haji dialokasikan untuk membeli tanah tidak akan rugi selama BPN menjamin sertifikat tanah asli tidak bodong sehingga investasi dana haji akan aman karena nilai tanah akan terus naik harganya.
Demikian juga dengan pembangunan gedung perkantoran dan apartemen, dan bisa memungkinkan dana diinvestasikan sebagai ladang perkebunan.
"Investasi dari pada ditaruh dideposito kecil, di sukuk juga tidak signifikan. Tapi kalau ditaruh disesuatu usaha yang berupa hotel, "office block", sangat baik. Demikian juga dengan satu yang strategis adalah mengoptimalkan asrama-asrama haji yang ada di belasan kota. Karena banyak asrama haji yang hidupnya cuma sekali setahun. kalau dikelolakan bisa menjadi tempat training, tempat wisata spiritual, bisa bazar, sangat menguntungkan sekali bisa dilakuakn dengan aset yang luar biasa luas, sangat strategis," ujarnya.
Mengelola pemondokan, lanjut Syafii, dapat dilakukan langsung oleh Menteri Agama. Indonesia juga mampu menyewa hotel dalam jangka panjang untuk haji. Di luar haji hotel tersebut bisa disewakan untuk umroh dengan cara bekerja sama dengan manajemen internasional sehingga pengelolaan lebih profesional.
Yang terpenting, lanjut Syafii, perencaan, pengawasan dana haji harus optimal.
Ia mencontohkan, tabungan haji di Malaysia memiliki hampir 1 juta hektar tanah di Indonesia berupa kebun sawit. Hal ini sangat ironis sekali karena negeri yang besarnya hanya 10 persen dari Tanah Air memiliki investasi sawit di negeri sendiri.
"Dan Malaysia ini memiliki pondokan haji di Mekkah, dengan 1 juta sawit di Indonesia mereka mampu menyewa pemondokan di Tanah Suci dalam jangka panjang karena uangnya kuat," ujar Syafii.
Selain infrastruktur, lanjut Syafii dana haji juga bisa diinvestasikan ke perkebunan, karena perkebunan tersebut erat kaitannya dengan ketahanan energi.
"Sekarang salah satu yang relatifnya manajemennya sedang yaitu kelapa sawit, dan ini tinggal manajemennya, jika masuk di tanah, bangunan, selama legalnya aman, maka aman. Tinggal masalah manajemen," ujarnya.
Dana haji dapat dikelola untuk infrastruktur
Rabu, 19 Februari 2014 10:47 WIB