Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat pagi, masih lanjut terkoreksi pasca rilis data pertumbuhan ekonomi AS.
"Kinerja tahunan ini masih menunjukkan penguatan. Isu resesi ekonomi Amerika Serikat (AS) tampaknya belum terkonfirmasi, walaupun ada perlambatan pertumbuhan ekonomi dalam dua triwulan terakhir," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Jumat.
Pertumbuhan ekonomi AS pada Triwulan IV-2018 tercatat 2,6 persen secara tahunan (year on year/yoy), di atas ekspektasi konsensus 2,4 persen (yoy). Pada Triwulan II-2018 lalu ekonomi AS mencapai pertumbuhan tertingginya 4,2 persen (yoy), kemudian melambat menjadi 3,4 persen (yoy) pada Triwulan III-2018.
Investasi AS menunjukkan peningkatan, konsumsi rumah tangga tetap tinggi dan kinerja netto perdagangan, walaupun masih defisit tetapi mengecil. Untuk keseluruhan tahun 2018 ekonomi AS tercatat tumbuh 2,9 persen, naik dibandingkan 2,7 persen di 2017.
Laporan pertumbuhan ekonomi AS tersebut membuat indeks dolar menguat dan kembali menekan rupiah.
Kendati demikian, Lana menilai rupiah masih berpotensi menguat seiring dengan turunnya harga minyak dunia. Selain itu, dari domestik, Februari yang tercatat mengalami deflasi juga diharapkan membantu penguatan rupiah.
"Rupiah diperkirakan menguat menuju kisaran antara Rp14.000 sampai dengan Rp.14.010 per dolar AS setelah dua hari terakhir ini mengalami pelemahan," ujar Lana.
Hingga pukul 10.20 WIB, nilai tukar rupiah masih bergerak melemah 48 poin menjadi Rp14.117 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.069 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.111 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.062 per dolar AS.
Editor Berita: R. Fardaniah.
Rupiah terkoreksi pasca rilis data pertumbuhan ekonomi AS
Jumat, 1 Maret 2019 13:31 WIB
Laporan pertumbuhan ekonomi AS tersebut membuat indeks dolar menguat dan kembali menekan rupiah.