Bogor (Antaranews Megapolitan) - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengajak Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ikut berperan dalam pembangunan dengan penguasaan teknologi yang bermanfaat di era digital saat ini.
"Tiga identitas Kota Bogor, kota hijau, kota pusaka, dan kota cerdas. Setiap pembangunan harus ramah lingkungan, sesuai peruntukannya, didukung warga dan harus bermanfaat untuk Kota Bogor," kata Bima dalam kegiatan Latihan Kader (LK) II HMI se-Indonesia yang berlangsung di Kota Bogor, Jumat.
Bima mengatakan, teknologi bagaikan dua sisi mata uang ada manfaat dan mudharatnya. Seperti telepon genggam yang dimiliki semua orang.
Dengan teknologi, lanjutnya memudahkan aktivitas masyarakat sehari-hari, seperti memesan makanan, memesan layanan transportasi, mengurus KTP dan berkomunikasi dengan pemerintah.
''Tapi teknologi bukan untuk membuat malas, untuk lebih memudahkan," katanya.
Menurutnya, teknologi menciptakan banyak kemudahan, salah satunya lapangan pekerjaan, seperti e-commerce yakni perdagangan elektronik. Dan teknologi bisa mempercepat usaha kuliner masyarakat yang baru memulai usahanya.
Tetapi, mudharatnya dari teknologi kapitalis juga disikat oleh masyarakat, dengan gawai silaturahmi jadi terbatas, yang jauh menjadi dekat dan dekat menjadi jauh. Kumpul di hari lebaran sambil main gawai.
"Maka itu saya membatasi taman-taman tidak dilengkapi wifi. Saya ingin membangun orang tua dan anaknya bergaul secara sosial tidak hanya teknologi," katanya.
Dari hasil pendataan yang dilakukannya, lanjut Bima, sekitar 60 persen warga Kota Bogor yang berjumlah satu juta jiwa melek terhadap internet. 80 persen menggunakan facebook, whatsapp, dan instagram.
Di akar rumput, lanjutnya, anak-anak muda saat ini merambah bisnis secara online melalui sosial media. Hal akan sangat disayangkan bila tidak dimaksimalkan.
"Saya undang perusahaan start-up untuk bicarakan jubir digital, kita merangkul dari bawah, dari kelurahan, camat harus melek internet," katanya.
Di balik semua perencanaan tersebut, Bima juga memaparkan tantangan yang dihadapi Kota Bogor yakni angka putus sekolah yang cukup tinggi.
Dihadapan peserta LK II HMI, Bima memaparkan, salah satu indikator keberhasilan pemerintah adalah IPM yang diukur dari partisipasi pendidikan, kesehatan, dan daya beli.
"Kota Bogor IPM nya membaik, tapi satu aspek yang harus dikritisi yakni pendidikan," katanya.
Dari penelusuran yang dilakukannya, kata Bima, orang Bogor masih malas sekolah, banyak yang tidak mau sekolah. Upaya untuk mengatasinya, langkah pertama dibuat pendataan oleh Disdukcapil, kelurahan dan kecamatan untuk mengukur angka putus sekolah dari keluarga tidak mampu.
"Kedua kita lakukan jemput bola, mereka yang tidak sekolah dipaksa sekolah, dan ketiga dilakukan sosialisasi ke orangtuannya," kata Bima.
Bima menegaskan, bantuan APBD untuk siswa miskin terus bertambah agar siswa tidak mampu bisa melanjutkan pendidikan.
"Supaya mereka tidak terjebak di lingkaran setan, orang tuanya susah, anaknya juga susah," katanya.
Bima menambahkan, APBD ditambah untuk memfasilitasi anak tidak mampu sekolah untuk bersekolah, bila tidak lolos di sekolah negeri, maka di fasilitasi ke sekolah swasta dalam membantu biayanya.
Dengan segala persoalan dan tantangan yang dihadapi oleh pemerintah, Bima berharap lahirnya kader-kader HMI yang ikut berkontribusi dalam pembangunan.
"Semoga ada manfaatnya untuk menghasilkan pemimpin milenial menjawab tantangan zaman dan merekatkan bangsa, mengangkat kembali derajat HMI sebagai organisasi yang punya marwah," kata Bima.
Bima ajak HMI berperan dalam pembangunan nasional
Jumat, 26 Oktober 2018 20:21 WIB
Semoga ada manfaatnya untuk menghasilkan pemimpin milenial menjawab tantangan zaman dan merekatkan bangsa, mengangkat kembali derajat HMI sebagai organisasi yang punya marwah.