Jakarta (ANTARA) - Pemerintah terus memperkuat komitmennya dalam mendorong penggunaan sustainable material di sektor industri, salah satunya melalui pengembangan bioplastik sebagai solusi ramah lingkungan untuk menekan ketergantungan terhadap plastik konvensional.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi percepatan menuju ekonomi sirkular yang tengah disusun oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Kepala Pusat Industri Hijau Kemenperin, Apit Pria Nugraha dalam keterangannya, Rabu menjelaskan bahwa pemerintah kini fokus menginisiasi strategi low hanging fruit untuk memperluas pasar dan menciptakan permintaan (demand creation) terhadap produk bioplastik nasional.
“Terminologi yang kami gunakan: bioplastik bukan hanya biodegradable atau bio-based, tetapi semua material yang berunsur bioplastik. Yang terpenting adalah bagaimana konsumsi plastik konvensional bisa turun,” jelas Apit dalam sesi panel Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) 2025 di Jakarta.
Sebagai langkah awal, regulasi baru sedang disiapkan untuk mendorong penggunaan material berkelanjutan di sektor kemasan. Salah satu opsi yang dikaji adalah kewajiban penggunaan bahan ramah lingkungan dengan persentase tertentu pada produk industri.
“Kami sedang mengkaji dampaknya dan menyiapkan regulasi yang tepat agar penerapan sustainable material dapat berjalan efektif,” tambah Apit.
Selain itu, pemerintah juga tengah menyusun roadmap penerapan ekonomi sirkular yang diharapkan menjadi peta jalan transformasi industri menuju produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan. Langkah ini sekaligus menjadi fondasi percepatan industri bioplastik dalam negeri agar mampu bersaing di pasar global.
Apit menambahkan, tantangan utama masih berada pada dua sisi: pengelolaan sampah pascakonsumsi dan pengembangan industri bioplastik di hulu. “Kalaupun limbah pascakonsumsi belum sepenuhnya tertangani, setidaknya material bioplastik dapat terurai dan tidak menjadi mikroplastik di laut,” ujarnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup (LH) Diaz Hendropriyono menegaskan bahwa pemerintah mendukung seluruh inovasi anak bangsa dalam mengatasi persoalan sampah, mulai dari bioplastik hingga waste to energy (WTE) tanpa pilih kasih.
Dalam kesempatan ini, Diaz menyerukan agar pelaku industri berperan aktif mendukung target ambisius Presiden Prabowo Subianto dalam pengelolaan sampah dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
Diaz menjelaskan bahwa Presiden Prabowo telah menargetkan 50% sampah nasional harus dikelola pada tahun ini, sementara capaian saat ini baru sekitar 39% dari total 56 juta ton sampah nasional. Dia juga menegaskan kontribusi sektor industri sangat penting, mengingat pengelolaan sampah juga berhubungan langsung dengan upaya menekan emisi GRK.
“Untuk melakukan ini semua, sudah pasti pemerintah tidak bisa melakukan sendiri. Bahkan pemerintah tidak bisa apa-apa tanpa kehadiran pelaku industri yang mendukung apa yang ditargetkan Presiden,” ujar Wamen Diaz.
Menurut Diaz, forum seperti AIGIS 2025 penting dihadiri pemerintah agar kebijakan selalu mengikuti perkembangan teknologi dan inovasi. “Regulasi perlu mengikuti inovasi yang ada, jangan sampai regulasi yang ada justru menghambat inovasi solusi yang ditawarkan teman-teman semua,” katanya.
Ajang AIGIS 2025 yang digelar di Jakarta Convention Center ini juga menghasilkan Pernyataan Komitmen Bersama Akselerasi Industri Bioplastik yang mencerminkan kolaborasi multi pihak dalam mendorong ekonomi hijau dan penerapan ekonomi sirkular. Inisiatif ini diprakarsai oleh Asosiasi Material Berkelanjutan Indonesia (AMBI) dan Greenhope, bekerja sama dengan organisasi mitra pembangunan.
Pernyataan ini menegaskan komitmen sektor swasta terhadap penggunaan kemasan ramah lingkungan dan bentuk dukungan Pemerintah Indonesia dalam penyelerasan kebijakan dan regulasi pendukung industri bioplastik dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Material Berkelanjutan Indonesia (AMBI) Tommy Tjiptadjaja mengatakan AMBI sebagai asosiasi mewadahi aktor-aktor, baik inovator atau penemu teknologi, pabrik-pabrik pembuat barang-barang plastik ramah lingkungan, pemilik-pemilik brand sebagai pengguna kemasan berkomitmen untuk mendukung penuh kebijakan pemerintah, berkolaborasi aktif membangun ekosistem industri dan mendorong inovasi-inovasi material berkelanjutan serta mengadopsi solusi bioplastik dalam negeri yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.
”Pemerintah yang hadir di sini kiranya menjadi saksi dari komitmen kami untuk siap memimpin perubahan menuju ekonomi hijau, sirkular, dan berdaya saing,” ucapnya.
Selain pernyataan komitmen, AIGIS 2025 juga melahirkan sejumlah rekomendasi kebijakan. Antara lain, penyelarasan regulasi, insentif bagi industri hijau, program edukasi publik, serta percepatan riset dan adopsi teknologi.
“AIGIS 2025 menjadi ruang kolaborasi yang melahirkan ide dan rencana aksi konkret. Industri bioplastik adalah salah satu kunci penguatan daya saing sekaligus kontribusi nyata terhadap Asta Cita Presiden untuk membangun Indonesia hijau,” ungkap Eko Cahyanto, Sekretaris Jenderal Kemenperin, dalam penutupan acara.
Di ajang AIGIS 2025, Greenhope menampilkan beragam inovasi hijau yang mencerminkan arah baru industri ramah lingkungan Indonesia.
Salah satunya Ecoplas, bioplastik berbasis tepung singkong hasil binaan petani lokal.
Inovasi asli Indonesia yang telah dipatenkan di Amerika Serikat, Singapura, dan Indonesia ini sejalan dengan Permen PU Nomor 3 Tahun 2013.
Ecoplas banyak digunakan untuk shopping bag, sedotan, hingga penutup tempat pembuangan akhir (TPA). Selain lebih aman karena tidak mudah terbakar, produk ini juga membantu memperpanjang usia TPA dengan biaya hingga 50 persen lebih efisien dibandingkan penutup tanah.
Ecoplas berperan penting dalam menjaga kualitas udara dan lingkungan dengan menekan bau, mencegah air hujan masuk, serta mengurangi emisi gas metana dan karbon dioksida.
Inovasi lainnya adalah Naturloop, kemasan berbasis bahan nabati non-pangan yang tidak mengganggu ketersediaan bahan makanan di masyarakat.
Greenhope juga memperkenalkan Oxium, bahan aditif yang mempercepat penguraian plastik dari ratusan tahun menjadi hanya dua hingga lima tahun, tanpa meninggalkan residu mikroplastik.
Dengan ketiga inovasi ini, Greenhope menegaskan bahwa solusi hijau kini bukan sekadar pilihan moral, tetapi strategi nyata untuk masa depan industri yang lebih bersih dan berkelanjutan.
Kolaborasi Global Menuju Transformasi Hijau
Indonesia tidak berjalan sendiri dalam upayanya mempercepat pengembangan industri bioplastik.
Sejumlah organisasi global seperti United Nations Development Programme (UNDP), dan Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), dan Catalyst Now turut memberikan dukungan konkret terhadap transformasi hijau yang kini menjadi prioritas nasional.
Dukungan tersebut mencerminkan pengakuan dunia atas kepemimpinan Indonesia di bidang ekonomi sirkular dan inovasi bioplastik, sejalan dengan komitmen Sustainable Development Goals (SDGs) untuk mengurangi sampah plastik dan emisi karbon.
“Dukungan organisasi global menunjukkan bahwa transformasi ini bukan hanya agenda nasional, tetapi bagian dari gerakan dunia menuju ekonomi hijau. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi leader bioplastik di kawasan ASEAN,” ujar Tommy Tjiptadjaja yang juga CEO Greenhope.
Sebagai pelaku inovasi lokal yang diakui dunia, Greenhope menjadi contoh nyata kolaborasi global yang produktif. Melalui kerja sama strategis dengan UNDP, Greenhope berperan aktif dalam berbagai inisiatif peningkatan kapasitas, riset, dan pendanaan hijau.
Salah satu program terbarunya adalah “Bioplastic in Circular Economy: From Root to Market” yang diluncurkan pada Januari 2025 di Bogor bersama BPDLH dan Kelompok Tani Setia. Program ini memfasilitasi petani lokal dalam rantai nilai bioplastik berbasis singkong, sekaligus menjadi model penerapan ekonomi sirkular di tingkat komunitas.
“Kami percaya, kolaborasi lintas lembaga adalah kunci mempercepat perubahan sistemik dalam industri kemasan. Dukungan global membantu memperluas dampak inovasi lokal seperti Greenhope ke skala yang lebih besar,” ujar Tommy.
AIGIS 2025 pertegas komitmen percepatan industri Bioplastik dalam negeri
Rabu, 15 Oktober 2025 21:22 WIB
AIGIS 2025 pertegas komitmen percepatan industri Bioplastik dalam negeri (ANTARA/istimewa)
