Jambi (ANTARA) - Universitas Jambi (Unja) terus memberikan pendampingan berkelanjutan untuk memperkuat ekonomi, sosial dan pendidikan bagi orang rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) di Provinsi Jambi.
"Unja mengambil peran aktif dalam mendorong kemandirian SAD, komunitas yang hidup sederhana dengan tradisi berburu dan meramu di tengah hutan Taman Nasional Bukit 12 dan kali ini pendampingan berfokus aspek ekonomi, meningkatkan sosial dan pendidikan komunitas SAD," kata Tim Pengabdian Fakultas Pertanian Unja, Elwamendri, Selasa.
Sejak 2021, tim dari Fakultas Pertanian Unja yang dipimpin Dr Fuad Muchlis memulai program pendampingan intensif bagi komunitas SAD dengan tujuan mengembangkan potensi kearifan lokal mereka, khususnya yang terkait dengan tanaman obat tradisional menjadi produk herbal bernilai ekonomi.
Fokus utama pada program pendampingan ini adalah pemanfaatan daun selusuh, tanaman yang secara turun-temurun diyakini oleh kelompok SAD memiliki khasiat membantu memperlancar persalinan.
Baca juga: Dosen Universitas Jambi latih optimalisasi literasi Al Quran di MI Nurun Najah
Elwamendri menyampaikan bahwa kegiatan ini berawal dari kekhawatiran terhadap kondisi rentan dan terisolasinya Suku Anak Dalam, sehingga diperlukan upaya agar mereka mandiri secara ekonomi, sosial, dan pendidikan.
“Kami melihat komunitas Suku Anak Dalam ini sebagai komunitas yang rentan, terisolasi secara fisik, terisolasi secara sosial dan ada stigma kurang baik terhadap mereka untuk bisa bertahan hidup, sementara layanan alam untuk menopang kehidupannya itu makin lama makin berkurang," katanya.
Oleh karena itu, Unja merumuskan satu visi untuk Suku Anak Dalam bahwa mereka memang harus mandiri di tengah perubahan zaman yang pesat ini. Nah, mandiri dari segi ekonomi, mandiri secara sosial, dan mandiri dari tingkat pendidikannya.
Pada 2022, program ini semakin intensif dengan dua langkah utama. Pertama, konservasi ex situ dengan membudidayakan tanaman herbal, seperti selusuh, akar penyegar dan akar pengendur urat di luar kawasan konservasi, untuk menjaga kelestarian sekaligus mengubah pola pikir SAD dari pemungut menjadi pembudidaya.
Kedua, Unja mendirikan rumah produksi yang melibatkan mahasiswa dalam pengolahan bahan baku menjadi produk higienis dan layak jual, seperti teh selusuh dan balsem dari akar pengendur urat.
Baca juga: Universitas Jambi edukasi kelompok tani buat kompos
Selain produksi, Unja juga membentuk kelembagaan ekonomi lokal bernama Kelompok Obat Herbal Pusako, bahwa kelompok ini resmi disahkan oleh kepala desa dan Kementerian Hukum dan HAM, berfungsi sebagai organ ekonomi lokal sekaligus melindungi kekayaan intelektual kearifan lokal SAD agar tidak diklaim pihak luar.
“Kita buat rumah produksi, kita beli alat-alat untuk mengolah, kita libatkan mahasiswa, kita latih, kemudian kita produksi dan ada tiga produk utama yang kami buat, yakni teh selusuh, pil dari akar penyegar, dan balsem pengendur urat. Produk ini mulai dipasarkan di berbagai bazar, memberikan nilai ekonomi tambahan sekaligus mempercepat perubahan sosial di komunitas,” kata Elwamendri.
Menurutnya, mereka sudah bisa menghasilkan produk, bahkan BPOM pernah memberi arahan, namun untuk memperoleh izin edar dibutuhkan standar produksi dan fasilitas lebih memadai, karena itu butuh pendampingan yang berkelanjutan.
Baca juga: Universitas Jambi berhasil pecahkan empat rekor Muri lewat kegiatan PKKMB
Tim pengabdian langsung turun ke lapangan, melihat aktivitas rumah produksi dan menyimpulkan bahwa pendampingan yang berkelanjutan sangat dibutuhkan, karena keterbatasan sumber daya manusia dan faktor lainnya.
"Kami berharap dapat bermitra dengan pihak-pihak peduli, seperti perusahaan di sekitar yang memiliki program CSR, untuk mendukung pemberdayaan ekonomi SAD. Selain membantu pendanaan, mereka juga bisa memasarkan produk melalui jaringan bisnis mereka," kata Elwamndri.
Tersimpan harapan besar agar kearifan lokal SAD tidak hilang, melainkan menjadi jalan menuju kesejahteraan dan kemandirian.
Unja menegaskan bahwa upaya ini membutuhkan kolaborasi berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, pengelola Taman Nasional, perusahaan, perguruan tinggi, dan LSM. Melalui sinergi bersama, cita-cita agar SAD sejahtera dan mandiri seperti warga negara lain akan terus diperjuangkan.
