Kutai Kartanegara (ANTARA) - Masyarakat pesisir di Kecamatan Muara Badak mengandalkan wisata memancing yang kini menjadi tren kunjungan menyusul penurunan kunjungan wisata pantai di Desa Tanjung Limau, Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, sejak awal 2025.
"Kalau dulu, dalam sepekan pengunjung pantai bisa mencapai 700-an orang. Sekarang, ada 200 orang saja susah," kata Kepala Urusan Pemerintahan Desa Tanjung Limau, Lukman, di Muara Badak, Kutai Kartanegara, Senin.
Saat kunjungan wisata pantai anjlok, Lukman mengatakan pariwisata baru yaitu wisata pancing muncul dan menunjukkan geliat positif.
Penduduk lokal, lanjutnya, menarik para pengunjung dengan menawarkan paket-paket wisata memancing di laut lepas.
Aktivitas wisata memancing itu digerakkan para nelayan Desa Tanjung Limau yang berinovasi dengan mengubah kapal mereka menjadi sarana transportasi untuk para pemancing.
Baca juga: Dispar Kaltim gencarkan promosi wisata
Baca juga: Pengunjung wisata pantai Penajam Paser Utara Kaltim diminta waspadai gelombang tinggi
Baca juga: Menyusuri keindahan hutan mangrove di Teluk Sulaiman, Berau Kaltim
Wisatawan dari berbagai daerah, terutama Samarinda, menjadi pelanggan utama yang memanfaatkan jasa sewa kapan itu untuk menghabiskan akhir pekan dengan menyewa kapal untuk perjalanan memancing selama satu hingga dua malam.
Lukman menjelaskan beberapa faktor penyebab pengunjung pantai di Muara Badak anjlok antara lain adalah peningkatan wisata buatan dan kuliner di Samarinda, cuaca yang tidak menentu, hingga perhatian publik yang memilih kunjungan ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
Penurunan drastis jumlah pengunjung pantai berdampak terhadap perekonomian masyarakat setempat, terutama para pelaku UMKM di sekitar Pantai Panritalopi.
Omzet pelaku UMKM di Pantai Panritalopi per kios, menurut Lukman, merosot dari Rp8 juta per pekan menjadi hanya Rp1,5 juta.
