Banda Aceh (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) berhasil mendapatkan pendanaan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 2025 dari Kemendiktisaintek berkat inovasi lapisan pelindung pangan dari limbah atau Circular Processing Edible Coating (CIPECO).
“CIPECO menjadi salah satu yang terpilih mewakili Aceh dalam mewujudkan riset aplikatif di bidang ketahanan pangan dari ratusan proposal yang diajukan di lingkungan USK, hanya 13 proposal yang lolos," kata Ketua Tim PKM, M Abdul Hamid, di Banda Aceh, Sabtu.
Inovasi ini digagas oleh mahasiswa program studi teknologi pangan dan hasil pertanian, Fakultas Pertanian, yakni M Abdul Hamid sebagai Ketua Tim, serta M Zacky Barsya dan M Abidzar sebagai anggota.
Mereka berkolaborasi dengan mahasiswa program studi manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis USK, yaitu Dara Apriani dan Azid Ramadhan.
Baca juga: Universitas Syiah Kuala pamerkan produk inovatif dari 12 fakultas
Abdul menjelaskan, CIPECO merupakan lapisan pelindung pangan berbahan alami yang dirancang untuk memperpanjang umur simpan berbagai produk protein seperti daging, ayam, dan ikan.
“Keunggulannya terletak pada pemanfaatan kitosan dari limbah cangkang kerang hijau yang melimpah di pesisir Aceh, dipadukan dengan minyak atsiri biji pala sebagai agen antibakteri alami,” ujarnya.
Ia menyampaikan, produk ini hadir sebagai solusi pengawet alami yang aman dikonsumsi, praktis digunakan, dan ramah lingkungan, sekaligus menjawab tantangan besar dalam pengurangan limbah laut.
Dengan teknologi edible coating, lanjut dia, CIPECO dapat mengurangi laju pembusukan hingga beberapa hari lebih lama dibanding metode penyimpanan konvensional.
"Sehingga, ini menjadi alternatif tepat bagi rumah tangga, UMKM kuliner, hingga industri pengolahan hasil laut,” katanya.
Baca juga: Universitas Syiah Kuala dan UNIRAZAK sepakat tingkatkan kualitas pendidikan
Abdul menambahkan, kolaborasi ini memadukan riset teknologi pangan yang mendalam dengan perencanaan bisnis dan strategi pemasaran.
“Pendekatan multidisipliner inilah yang menjadikan CIPECO tidak hanya memiliki landasan ilmiah yang kuat, tetapi juga menawarkan prospek komersial yang menjanjikan,” ujarnya.
Setelah dinyatakan lolos pendanaan PKM 2025, CIPECO kini memasuki tahap uji pasar dan produksi awal.
“Produk cair siap pakai ini ditawarkan dengan harga Rp65 ribu per 500 ml, dirancang praktis untuk penggunaan rumah tangga, usaha kuliner, maupun industri skala menengah,” kata Abdul.
Sementara itu, anggota tim dari program studi Manajemen, Dara Apriani mengatakan, mereka tidak hanya sekedar menciptakan inovasi, tetapi juga melakukan sosialisasi dan pemasaran produk untuk memastikan risetnya benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.
Baca juga: Universitas Syiah Kuala Banda Aceh perkuat kerja sama dengan tiga universitas di Afrika
Selain itu, Tim CIPECO juga aktif melakukan edukasi kepada pelaku UMKM dan pedagang pasar tradisional di Banda Aceh, menunjukkan cara pemakaiannya yang sederhana, tetapi efektif dalam mempertahankan kualitas pangan segar.
Dalam kesempatan ini, dosen pembimbing tim, Asmawati M Sail, menambahkan, PKM Inkubator dikenal sebagai ajang bergengsi yang mendorong mahasiswa Indonesia untuk mengembangkan gagasan berbasis riset dan teknologi.
Keberhasilan CIPECO lolos ke tahap pendanaan ini telah menegaskan bahwa mahasiswa USK siap menghadirkan solusi inovatif yang sejalan dengan agenda ketahanan pangan nasional.
“Capaian tim CIPECO membuktikan bahwa riset mahasiswa dapat melahirkan produk yang relevan dengan kebutuhan industri dan masyarakat,” katanya.
Dirinya berharap, CIPECO dapat menjadi model bisnis ramah lingkungan yang mendukung visi ekonomi sirkular Aceh.
“Dengan pemanfaatan limbah kerang hijau, produk ini berpotensi membantu nelayan dan pelaku industri perikanan meningkatkan nilai jual hasil samping mereka, sekaligus memperkuat rantai pasok pangan berkelanjutan,” demikian Asmawati M Sail.
