Gorontalo (ANTARA) - Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Provinsi Gorontalo dr Anang S Otoluwa mengimbau agar pasien program pengelolaan penyakit kronis (prolanis) patuh minum obat untuk menjaga kesehatan. .
Anang di Gorontalo, Minggu mengatakan hal tersebut, usai menghadiri paparan tentang laporan penelitian hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat anti hipertensi dan tekanan darah pada lanjut usia (lansia) di Wilayah Puskesmas Tibawa, Kabupaten Gorontalo.
Laporan tersebut merupakan hasil penelitian para peserta Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI) Dewi Fortuna Ramadhanty Shamin dan Lorensiana Toding Padang di Puskesmas Tibawa.
Hasil penelitian mengungkap bahwa responden dengan tingkat kepatuhan minum obat anti hipertensi kategori kurang berjumlah 11 orang (28,9 persen), kategori cukup sebanyak 9 orang (23,7 persen) dan kategori baik sebanyak 18 orang (47,4 persen).
Dari sisi tekanan darah, 26 orang (68,4 persen) mengalami hipertensi ringan, 9 orang (23,7 persen) hipertensi sedang dan 3 orang (7,9 persen) hipertensi berat.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara kepatuhan mengonsumsi obat dan tingkat tekanan darah.
"Semakin patuh lansia minum obat anti hipertensi, semakin rendah tekanan darahnya," kata Anang.
Ia mengatakan kepatuhan pengobatan pasien hipertensi merupakan faktor kunci, karena hipertensi tidak dapat disembuhkan namun harus terus dikontrol untuk mencegah komplikasi berbahaya yang dapat berujung pada kematian.
Ketidakpatuhan, kata Anang, sering terjadi pada penyakit kronis yang memerlukan terapi jangka panjang seperti hipertensi.
Obat-obatan anti hipertensi yang tersedia saat ini telah terbukti efektif mengontrol tekanan darah dan menurunkan risiko komplikasi. Namun rendahnya kepatuhan pasien dapat meningkatkan morbiditas, mortalitas, serta biaya pengobatan.
"Salah satu komplikasi serius akibat tekanan darah yang tidak stabil adalah stroke, di mana 95 persen penderitanya memiliki riwayat hipertensi," katanya.
Anang berharap hasil penelitian ini menjadi dasar bagi tenaga kesehatan untuk memperkuat edukasi kepada pasien hipertensi, khususnya lansia agar rutin mengonsumsi obat dan menerapkan gaya hidup sehat demi menekan risiko komplikasi.
Termasuk mendorong upaya berkelanjutan dalam meningkatkan kepatuhan pasien hipertensi, sekaligus memperkuat sinergi antara puskesmas, tenaga PIDI dan pemerintah daerah untuk membangun pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Dokter pembimbing PIDI Sofyawaty Hamzah mengapresiasi para peserta PIDI yang telah menjalankan penelitian dengan baik dan memberikan kontribusi nyata bagi peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya di Gorontalo.
"Penelitian ini bukan hanya bermanfaat untuk ilmu pengetahuan, tetapi juga langsung dapat diaplikasikan dalam pelayanan sehari-hari di puskesmas," kata Sofyawaty.
Kepala Puskesmas Tibawa Tantri Luawo menyambut positif kehadiran program PIDI. Menurutnya program ini membantu meningkatkan kualitas layanan dan memberikan perspektif baru dalam penanganan masalah kesehatan di masyarakat.
"Kami merasakan dampak positif, baik dari segi pelayanan medis maupun penguatan kapasitas tenaga kesehatan," katanya.
