Jakarta (ANTARA) - Marsekal Muda (Marsda) TNI Minggit Tribowo secara resmi dilantik menjadi Panglima Komando Operasi Udara Nasional (Pangkoopsudnas) dalam upacara yang berlangsung di Lapangan Pangkoopsudnas, Kompleks Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat.
Pelantikan itu dilakukan setelah sebelumnya Minggit mendapat jabatan baru berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/667/V/2025 yang ditandatangani pada 27 Mei 2025.
Dia menjabat sebagai Pangkoopsudnas menggantikan Marsdya TNI Tedi Rizalihadi yang didapuk menjadi Wakil Kepala Staf TNI Angkatan Udara, menggantikan Marsdya TNI Andyawan Martono Putra.
Sang Snapper (kakap)
Minggit merupakan penerbang tempur dengan call sign atau panggilan "Snapper".
Snapper jika diartikan dari bahasa Inggris ke Indonesia adalah kakap. Sosok kakap dirasa pas dalam menggambarkan seorang Minggit. Pasalnya, Minggit merupakan salah satu perwira TNI AU dengan jalan karir begitu cemerlang serta penuh kualitas.

Sama seperti kakap yang dianggap sebagai salah satu ikan paling berkualitas diantara kalangan ikan lainnya.
Minggit merupakan penerbang ulung pesawat Hawk 200/100. Pesawat tempur buatan Inggris ini kerap dipakai TNI AU untuk misi penyerangan dari udara ke darat.
Pesawat tempur kategori ringan ini bisa melakukan sejumlah manuver di udara karena dapat mencapai kecepatan Mach 0,88.
Saat menukik pun pesawat tempur kursi tunggal ini mampu mencapai Mach 1,15.
Karena kemampuannya itu, pesawat tersebut juga kerap dipakai sebagai pesawat latih bagi para pilot sebelum menjalani penerbangan supersonik.
Pesawat tempur ini ditempatkan di beberapa lanud di seluruh Indonesia, salah satunya di Lanud Supadio Kalimantan Barat, tempat Minggit aktif menjadi pilot Hawk 200/100.
Minggit tidak begitu saja menjadi penerbang tempur. Karirnya di TNI AU bermula ketika dia lulus dari Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1991.
Dia lalu mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Penerbang (Sekbang) TNI AU dan lulus pada 1994. Dari sini lah Minggit memulai perjalanannya sebagai penerbang tempur TNI AU.
Minggit sempat ditugaskan sebagai PnB Skuadron Udara 1 Lanud Abdulrachman Saleh pada 1994. Lalu karir penerbang tempurnya berlanjut ketika ditugaskan menjadi Kepala Seksi Operasi (Kasiops) Skuadron Udara 1 Lanud Supadio, Kalimantan Barat tahun 2000.
Di Lanud Supadio, Minggit berhasil meraih 1.000 jam terbang sebagai pilot pesawat tempur Hawk 200/100.
Sejak saat itu, karirnya begitu melejit hingga akhirnya menempati jabatan strategis saat berstatus perwira tinggi (pati) TNI AU.
Beberapa jabatan strategis yang diemban Minggit diantaranya Danlanud Supadio, Staf Khusus KSAU, Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II dan Panglima Komando Operasi Udara II.
Pria kelahiran 9 Maret 1969 ini juga pernah menjabat sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Udara (Seskoau) pada 2022.
Setelah menjabat sebagai Seskoau, Minggit ditarik kembali untuk menjadi Asisten Operasi KSAU hingga akhirnya kini menjadi pemegang kendali utama pertahanan udara NKRI yakni Pangkoopsudnas.
Setelah dilantik menjadi Pangkoopsudnas, Minggit direncanakan akan menerima kenaikan pangkat yakni menjadi Marsekal Madya (bintang tiga).
Hal ini dilakukan guna agar pangkat yang dia miliki sesuai dengan jabatan yang dia emban.
Latar belakang pendidikan
Latar belakang pendidikan Minggit pun cukup mentereng. Tidak heran sang "Snapper" layak duduk di beberapa jabatan strategis TNI AU hingga akhirnya jadi Pangkoopsudnas.
Dimulai dari lulus dari AAU pada 1991 dan Sekbang tahun 1994, Minggit melanjutkan pendidikannya di Sekolah Komando Kesatuan Angkatan Udara (Sekkau) dan lulus pada 2000.
Di Sekkau, Minggit ditempa untuk memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang profesionalisme, wawasan dan cakrawala pandang dalam mengemban tugas pokok TNI Angkatan Udara.
Tidak cukup sampai di sini, Minggit lanjut mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Instruktur Penerbang dan lulus pada 2002. Di sekolah itu, Minggit dilatih untuk memiliki kemampuan penerbang di atas rata rata agar nantinya layak menjadi pelatih penerbang muda.
Minggit lalu melanjutkan pendidikannya di Sekolah Staf dan Komando (Seskoau) dan selesai pada 2005. Kemudian dia kembali mengambil kesempatan belajar tingkat pendidikan tertinggi TNI yakni Sekolah Staf dan Komando TNI (Sesko TNI) dan selesai pada 2014.
Di sana, Minggit kembali diasah secara kemampuan dan keterampilan agar layak menjadi perwira tinggi yang bisa menempati jabatan strategis di TNI AU.
Tidak cukup sampai di situ, Minggit akhirnya menutup rangkaian perjalanan pendidikannya dengan mengikuti sekolah di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) yang berhasil diselesaikan pada 2019.
Tugas berat Minggit
Saat ini Minggir bukan hanya sebagai pengendali pesawat Hawk 200/100 saja. Dia akan memegang pusat kendali pertahanan dan operasi udara TNI AU di langit NKRI.
Pundaknya kini dibebani oleh tanggung jawab mengamankan udara Indonesia dari serangan asing.
Hal tersebut jelas dikatakan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono dalam amanatnya di upacara serah terima jabatan.
Pada dasarnya, Koopsudnas menurut Tonny memiliki dua tugas utama, yakni operasi dan pembinaan.
Tugas operasi sendiri berkaitan dengan upaya memperkuat pertahanan udara sesuai dengan amanat Panglima TNI. Sedangkan tugas pembinaan berkaitan dengan membina kemampuan tempur TNI AU dari mulai penerbang tempur di setiap skuadron hingga Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat).
"Koops Udara Nasional juga akan menjalankan proses organisasi yang merupakan bagian dari penataan kekuatan dan peningkatan efektivitas komando," kata Tonny dalam amanatnya.
Dengan rekam jejak Minggit selama ini, Tonny yakin jabatan ini dapat diemban dengan baik.
Tonny berharap Minggit bisa memenuhi ekspektasi semua pihak dalam memperkuat pertahanan udara demi menjaga kedaulatan NKRI.
"Saya yakin Koops Udara Nasional akan semakin mampu menjalankan perannya secara optimal serta mampu menjawab berbagai tantangan ke depan yang semakin kompleks dan semakin dinamis," tutup Tonny.