Makkah Arab Saudi (ANTARA) - Di tengah padatnya rangkaian ibadah haji, ada pekerjaan sunyi yang dijalani Zarkoni Hasbi Suid dengan penuh tanggung jawab; mengurus jenazah pengibadah haji Indonesia yang wafat di Makkah, dari mulai mendampingi pemulasaraan hingga pemakaman ke liang lahat.
Sebagai Petugas Layanan Lansia di Daerah Kerja (Daker) Makkah, Zarkoni hampir setiap hari bersentuhan dengan proses yang tidak banyak diketahui publik, mulai dari mengurus surat kematian, mendampingi petugas rumah sakit memandikan jenazah, mendampingi prosesi shalat jenazah di Masjidil Haram, hingga mengantarkan jenazah ke pemakaman di Al Sharaya, Makkah.
“Prosesnya memang panjang. Apalagi kalau wafatnya di hotel, bukan di rumah sakit. Kami harus koordinasi dengan syarikah, dokter kloter, Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI), rumah sakit An-Nur, hingga ke tempat pemandian jenazah. Tapi semua itu harus kami jalani karena ini bagian dari pelayanan haji,” ujar Zarkoni di Kantor Urusan Haji Indonesia, di Makkah, Jumat.
Lelaki beranak dua yang pernah menuntut Takasus Quran, Universitas Ummul Qura, Makkah itu, menuturkan, jenazah tidak langsung bisa di makamkan. Mereka, terlebih dahulu, harus menjalani proses medis. Diverifikasi untuk mengetahui sebab-sebab kematiannya. Setelah selesai proses medis, dan certificate of death dikeluarkan, maka jenazah akan dimandikan di tempat khusus oleh petugas pemandian. Pihak keluarga, jika ada, dapat turut mendampingi.
Menurut Zarkoni, keistimewaan anggota jamaah haji Indonesia yang wafat di Makkah, jenazahnya akan dishalatkan di Masjidil Haram. Waktunya menyesuaikan dengan jadwal shalat wajib. “Kalau selesai pemandian jam 11 siang, biasanya dishalatkan setelah Zuhur. Tapi kalau malam, kita tunggu Subuh. Tidak boleh jenazah ditinggal terlalu lama di Masjidil Haram, jadi harus dihitung dengan tepat waktunya,” kata Zarkoni.
Setelah dishalatkan, jenazah diberangkatkan ke kompleks pemakaman Al Sharaya, sekitar 15 km ke arah timur dari Masjidil Haram. Al Sharaya merupakan lokasi pemakaman peserta ibadah haji non-warga Makkah. Lokasi pemakaman Ma'la, yang dahulu juga digunakan, kini khusus untuk pemakaman warga setempat.
Di Sharaya, liang lahat sudah disiapkan. “Jadi kami tidak perlu menggali. Makam sudah tersedia dan ditutup sementara dengan beton. Saat jenazah tiba, beton dibuka, jenazah dimasukkan, lalu ditutup kembali dan ditimbun tanah,” tutur dosen Universitas Islam Negeri Suthan Thaha Syaifuddin, Jambi, itu.
Tugas yang dijalani Zarkoni menjadi bagian penting dalam pelaksanaan haji Indonesia tahun ini, terlebih ketika angka kematian peserta ibadah haji cukup tinggi. Hingga 14 Juni 2025, sebanyak 275 pengibadah haji Indonesia wafat. Menurut data Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kementerian Agama, mayoritas dari mereka adalah lansia, dengan sekitar 57 persen berusia di atas 64 tahun, dan 63 persen di antaranya laki-laki.
Penyebab utama kematian antara lain penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, infeksi berat dan gagal organ, serta gangguan pernapasan dan dehidrasi akibat suhu ekstrem yang mencapai lebih dari 45 derajat celsius di Makkah.