Jakarta (ANTARA) - Universitas Indonesia (UI) mengadakan pameran bertema Empowering Nurses in the 5.0 Digital Revolution, sebagai ajang unjuk karya dan inovasi digital civitas akademika dalam merespons tantangan layanan kesehatan masa kini.
Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI) Prof Rr. Tutik Sri Hariyati mengatakan, pihaknya telah lama menyiapkan kurikulum berbasis teknologi. Dia mencontohkan, ada mata kuliah Teknologi Keperawatan di S2 dan Informasi Keperawatan di S3.
Adapun dalam pameran itu, katanya, ditampilkan berbagai prototipe inovatif, termasuk dua aplikasi digital: Calmind dan Homecura+, yang masih dalam tahap pengembangan.
"Calmind dirancang untuk membantu mengurangi stres dan kecemasan, khususnya bagi mahasiswa, pekerja, dan masyarakat umum. Aplikasi ini menyediakan dua tes yaitu GAD-7 dan General Procrastination Scale (GPS-9)," kata Tutik dalam pameran di Depok, Jawa Barat.
Baca juga: UI dan Kemenkes kerja sama hadirkan pelatihan regulasi alat kesehatan ASEAN-Jepang
Sementara itu, dia melanjutkan, Homecura+ merupakan platform layanan keperawatan digital di rumah. Fitur utamanya mencakup layanan home care, pembelian obat, deteksi fasilitas kesehatan terdekat (faskes detector), serta TTV Smart.
Kedua aplikasi, katanya, ini diharapkan segera masuk proses hilirisasi agar dapat diakses dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat.
Dalam keterangan yang sama, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI Prof Hamdi Muluk, menambahkan bahwa kegiatan ini sejalan dengan misi besar UI dalam bidang riset dan inovasi.
“Event ini sesuai dengan spirit UI. Mudah-mudahan ke depan kita bisa menembus ranking 200 dunia. Ranking itu komponen terbesarnya adalah riset dan inovasi, jadi momen ini penting,” ujarnya.
Baca juga: FIK UI bangun diplomasi kesehatan global melalui program nursesforVienna
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono menyoroti pentingnya transformasi digital dalam dunia keperawatan. Menurutnya, inovasi harus dirancang dengan pendekatan humanis, memperhatikan aspek kemudahan akses, kebermanfaatan, dan keberlanjutan.
Namun, dia mengingatkan bahwa teknologi tidak akan menggantikan peran perawat, melainkan memperkuatnya untuk menciptakan layanan yang lebih tepat, cepat, dan personal. Dia menyampaikan keprihatinan terhadap praktik digitalisasi yang mengurangi interaksi perawat dan pasien.
“Sering kali saya lihat di rumah sakit, karena digitalisasi, perawat justru lebih sibuk di depan komputer daripada berinteraksi dengan pasien. Padahal, pasien paling sering berkomunikasi dengan perawat, bukan dokter,” ujarnya.
Dante pun mendorong agar sistem teknologi, seperti rekam medis elektronik, dirancang secara sederhana.
Baca juga: Guru Besar FK-UI terbitkan sikap resmi tentang pendidikan kesehatan di Indonesia
“Saya minta untuk pembuatan e-medical record ini dibuat sesederhana mungkin sehingga perawat tidak disulitkan dan menghabiskan waktunya di depan komputer, bukan di depan pasien,” tegasnya.
Pemerintah, lanjutnya, juga menunjukkan dukungan melalui pemberian beasiswa. Ia mengungkapkan bahwa beasiswa LPDP ke depan akan diarahkan untuk mendukung pendidikan spesialis keperawatan, sejalan dengan potensi besar yang dimiliki talenta keperawatan di Indonesia.