Kabupaten Bekasi (ANTARA) - Pengamat Ekonomi Nasional Benny Batara yang akrab disapa Bennix menyampaikan pandangan tajam terkait wacana legalisasi kasino di Indonesia dengan penekanan kasino jauh berbeda dibandingkan praktik judi daring ilegal yang justru menyasar masyarakat kalangan bawah.
"Kalau kita melegalkan kasino, itu beda dengan judi online seperti yang marak di Kamboja. Judi online bisa diakses siapa pun dengan handphone, tukang ojek, tukang sayur, semua bisa ikut. Tapi kasino itu fisik. Harus beli tiket pesawat, sewa kamar hotel. Artinya, segmen pasarnya jelas, kalangan menengah ke atas," katanya dikonfirmasi dari Bekasi, Kamis.
Ia menyebut legalisasi kasino secara strategis bisa memberi pemasukan besar ke negara dan mengalihkan aliran uang yang selama ini bocor ke luar negeri.
"Kalau judi itu legal, duit masuk ke kas negara lewat Direktorat Jenderal Pajak. Kalau ilegal, duit masuk ke oknum aparat. Pilihannya, kita mau memperkaya siapa hari ini," katanya.
Singapura yang hanya berpenduduk 6 juta orang namun berhasil mencetak pendapatan hingga Rp109 triliun dari dua kasino ternama, Marina Bay Sands dan Resorts World Sentosa. Jumlah ini ditargetkan meningkat hingga Rp150 triliun tahun ini dengan target mayoritas pengunjung wisatawan negara tetangga, termasuk Indonesia.
"Warga Singapura sendiri dipersulit untuk berjudi. Mereka harus bayar tiket masuk kasino sekitar Rp35 juta. Tapi bagi warga asing, itu tidak berlaku. Karena memang kasino dibangun bukan untuk rakyat mereka. Mereka membidik orang Malaysia, Indonesia terutama dari Medan. Banyak pengusaha kita tiap akhir pekan sewa pesawat untuk ke sana," katanya.
Ia juga menyoroti kalangan atas berjudi bukan untuk menjadi kaya tetapi sebagai bentuk hiburan berisiko tinggi, berbeda dengan motif masyarakat bawah yang berjudi karena ingin cepat kaya.
"Mereka tahu mereka bisa rugi miliaran dan mereka datang dengan target kerugian itu. Tapi itu hiburan buat mereka. Mereka tidak mengopi di pinggir jalan. Bukan ke Dufan. Mereka cari sensasi yang beda," ucapnya.
Menurut dia selama Indonesia tidak mampu menyediakan sarana hiburan semacam itu, maka uang akan terus mengalir ke luar negeri. Bahkan ia menyebut Indonesia kehilangan potensi ratusan triliun rupiah tiap tahun karena tidak mengelola potensi industri kasino secara sah.
"Selama 10 tahun ini, sudah lebih dari 1.000 triliun rupiah uang orang Indonesia terbang ke luar negeri buat judi," ucapnya.
Bennix juga mengungkap potensi campur tangan asing dalam menggagalkan potensi ekonomi nasional, termasuk investasi strategis seperti pembangunan kasino, galangan kapal hingga kilang minyak.
"Saya tahu sendiri, banyak LSM didanai dari luar negeri buat demo di Indonesia. Kalau negara ini buka kilang minyak atau mau buka kasino, ada demo. Katanya isu lingkungan, padahal bisnis mereka yang terganggu. Singapura misalnya, mereka pintar. Setiap orang main kasino, negara dapat 25 persen royalti," katanya.
Dirinya menyatakan pendekatan realistis dan berbasis bisnis perlu diterapkan dalam membuat kebijakan. Bukan hanya soal moral atau agama tapi manfaat ekonomi yang lebih luas.
"Kalau daerah seperti Pangkal Pinang APBD-nya cuma Rp1 triliun dengan pendapatan daerah cuma Rp100 miliar, itu artinya 90 persen hidup dari belas kasihan pusat. Kalau ini perusahaan, sudah bangkrut. Kenapa kita tidak bikin industri yang masuk akal? Yang bisa jalan sekarang ya pariwisata, hiburan, termasuk kasino fisik dengan regulasi yang ketat," katanya.
Dia menutup dengan pernyataan keras bahwa bangsa Indonesia harus berhenti menjadi "mesin uang" bagi negara lain dan mulai mengelola sendiri potensi ekonominya.
"Faktanya orang-orang kaya atau konglomerat Indonesia butuh hiburan. Faktanya mereka buang uang di luar negeri. Kalau negara bisa ambil alih ini secara legal, ini bukan hanya pemasukan negara, tapi bentuk kedaulatan ekonomi," kata dia.(KR-PRA).