Cianjur (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Cianjur, Jawa Barat menerapkan sistem deteksi dini kasus gizi buruk yang dilakukan bersama berbagai kalangan masyarakat termasuk aparat desa, RT/RW secara aktif, sehingga dapat menekan kasus gizi buruk di daerah itu.
Wakil Bupati Kabupaten Cianjur, Ramzi, di Cianjur Minggu, mengatakan penanganan cepat gizi buruk di Cianjur membutuhkan peran aktif berbagai kalangan mulai dari aparat desa hingga antartetangga sebelah rumah di setiap permukiman.
“Jangan menunggu kasusnya mencuat baru mendapat penanganan, sudah seharusnya peran aktif semua kalangan termasuk ketua RT/RW, kepala desa, dan camat dapat melakukan penanganan cepat ketika mendapat laporan adanya gizi buruk," katanya.
Dia meminta pemangku kebijakan di pemerintah daerah hingga kalangan paling bawah bersinergi untuk mencegah kasus gizi buruk dan kasus penyakit lainnya menimpa warga terutama tidak mampu dengan sistem pelaporan cepat dan respons cepat.
Baca juga: Sekda Purwakarta sebut kasus stunting alami penurunan cukup signifikan
Pihaknya tidak ada lagi kasus gizi buruk yang menimpa balita di Cianjur seperti yang dialami bayi berusia enam bulan bernama Muhamad Arka warga Kampung Lebakmuncang, Desa Batulawang, Kecamatan Cipanas.
"Sekali lagi saya minta warga ikut sama-sama peduli dengan melapor setiap menemukan kasus kesehatan yang menimpa warga agar cepat direspons dinas terkait di Pemkab Cianjur, jangan menunggu viral baru ditanggapi," katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Yusman Faisal mengatakan kasus gizi buruk yang menimpa bayi berusia enam bulan itu, pertama kali terdeteksi saat menjalani pemeriksaan di Posyandu setempat pada usia dua bulan.
Mendapati hal tersebut petugas kesehatan meminta orang tuanya membawa anaknya ke puskesmas untuk memastikan apakah gizi buruk yang diderita murni akibat kurangnya asupan makanan atau penyebab lain dan hasilnya gizi buruk disertai indikasi adanya penyakit penyerta.
Baca juga: Ponorogo pasang tanda khusus ibu hamil dan anak sebagai upaya cegah stunting
"Arka dirujuk ke RSUD Cimacan untuk mendapatkan perawatan intensif, di mana dia mendapatkan asupan nutrisi melalui selang karena diduga mengalami kelainan saluran pernapasan sejak dalam kandungan," katanya.
Karena memiliki penyakit penyerta kelainan saluran pernafasan, pihaknya akan merujuk Arkha ke RSHS Bandung yang memiliki fasilitas kesehatan lebih lengkap guna memastikan, sehingga berbagai penanganan dapat dilakukan secara maksimal.
“Saat ini penanganan khusus masih dilakukan tenaga kesehatan dan tenaga medis di RSUD Cimacan, sambil menunggu kondisinya terus membaik pemeriksaan akan dilanjutkan di RSHS Bandung karena ada penyakit penyerta," katanya.