Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut berkomitmen mempercepat transformasi sistem kesehatan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan fokus pada peningkatan akses dan mutu layanan kesehatan dasar dan lanjutan.
“Dalam Rencana Induk Bidang Kesehatan (RIBK) 2025–2029 kita menempatkan ‘Kesehatan untuk Semua’ sebagai sasaran utama pembangunan menuju Indonesia Emas 2045,” kata Sekretaris Jenderal Kemenkes Kunta Wibawa Dasa Nugraha dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.
Kunta menambahkan, NTT menjadi salah satu wilayah prioritas, di mana strategi pembangunan kesehatan di provinsi ini meliputi peningkatan kualitas dan akses layanan kesehatan, eliminasi penyakit tropis seperti kusta dan rabies, percepatan penurunan stunting dan perbaikan gizi, serta penguatan SDM kesehatan dan peningkatan kesejahteraan tenaga medis.
Namun, pihaknya mencatat bahwa realisasi dana nonfisik kesehatan di NTT masih rendah, yaitu sekitar 59,7 persen. Hal ini menjadi perhatian bersama agar manfaat program kesehatan benar-benar dirasakan masyarakat.
Oleh karena itu, ujarnya, dukungan pendanaan dari program Indonesia Health System Strengthening (IHSS) sebesar Rp63,5 triliun diharapkan memperkuat layanan primer, rujukan, dan laboratorium di seluruh Indonesia, termasuk NTT.
Tiga program utama, kata Kunta, yakni Strengthening of Primary Healthcare in Indonesia (SOPHI), Strengthening Indonesia's Healthcare Refferal Network (SIHREN), dan Indonesia Public Laboratory System Strengthening (InPULS), akan diimplementasikan secara bertahap hingga 2029.
Presiden Prabowo Subanto, katanya, juga telah menerbitkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2025, yang menekankan pentingnya kolaborasi antara kementerian/lembaga dan pemerintah daerah untuk mempercepat peningkatan layanan kesehatan.
“Keberhasilan transformasi kesehatan sangat bergantung pada sinergi lintas sektor, dari pusat hingga daerah. Pemerintah daerah harus memastikan indikator RIBK masuk ke dalam RPJMD dan Renstra Organisasi Perangkat Daerah,” kata Kunta.
Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena menyambut baik arahan ini dan menegaskan komitmen pemerintah provinsi dalam membangun sistem kesehatan yang inklusif, adaptif, dan berkelanjutan.
Emanuel juga menyoroti pentingnya pendekatan berbasis komunitas untuk menjangkau layanan kesehatan hingga ke pelosok. Dia pun mendorong agar di setiap rumah ada anggota keluarga yang bisa menjadi perpanjangan tangan tenaga kesehatan, seperti dalam memantau kondisi ibu hamil atau menyusui.
“Visi kami jelas, sehat dulu, baru bisa cerdas, maju, dan sejahtera. Sehat adalah fondasi utama pembangunan berkelanjutan di NTT,” dia menuturkan.
Gubernur Emanuel juga mengingatkan pentingnya harmonisasi program dan penganggaran antara pusat dan daerah agar manfaatnya benar-benar dirasakan hingga tingkat desa.