Jakarta (ANTARA) - Indonesia membahas sejumlah kerja sama bilateral dengan Tajikistan, termasuk rencana investasi alumina senilai 2 miliar dolar AS (Rp32,59 triliun).
Pembahasan tersebut dilakukan oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Kazakhstan dan Tajikistan, M. Fadjroel Rachman saat bertemu Perdana Menteri Qohir Rasulzoda di Dushanbe, Tajikistan.
“Dubes Fadjroel menyampaikan terimakasih atas rencana investasi Tajikistan untuk pengolahan alumina di Indonesia di awal sebesar 2 miliar dolar AS, akan berkembang lebih besar lagi sesuai kebutuhan,” bunyi pernyataan KBRI Astana yang diterima di Jakarta, Rabu.
Dubes Fadjroel berada di Tajikistan untuk menghadiri High-Level International Conference on Glaciers’ Preservation 2025 yang diselenggarakan pada 29–31 Mei 2025 di Dushanbe, Tajikistan.
Tajikistan tidak hanya berencana untuk berinvestasi di alumina yang menjadi bahan baku pembuatan alumunium, namun juga berniat untuk mengolah minyak sawit Indonesia di negaranya sebagai green product untuk pasar di negara sekitar seperti Afghanistan, Uzbekistan, Kyrgistan, juga perbatasan China.
Pada pertemuan tersebut, Dubes Fadjroel juga menyampaikan inisiatif melanjutkan kerjasama antara Indonesia dan Tajikistan dalam pertukaran pengetahuan, teknologi dan investasi tenaga listrik dari air (hydro-electric) yang disampaikan kepada Perdana Menteri Tajikistan Qohir Rasulzoda dalam pertemuan World Water Forum
Dorongan untuk kerja sama tersebut dilatarbelakangi oleh pengalaman dan kemampuan Tajikistan menyediakan sekitar 90 persen tenaga listrik air untuk negaranya, serta menjual listrik ke negara tetangga.
Sementara itu, proyek listrik bertenaga air Indonesia yang terbesar sekarang di Sungai Kayan, Bulungan, Kalimantan Utara memiliki potensi lebih dari 13.000 megawatt yang salah satunya akan dimanfaatkan untuk memenuhi keperluan energi di Ibu Kota Nusantara (IKN) agar menjadi Green Smart City.
Peningkatan hubungan investasi ke dua negara ini menurut Dubes Fadjroel adalah implementasi visi Asta Cita dari Presiden Prabowo Subianto yaitu hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.
Perdana Menteri Qohir Rasulzoda dan Menteri Luar Negeri Sirojiddin Muhriddin juga mengapresiasi kemajuan hubungan diplomatik Indonesia dan Tajikistan yang telah terjalin selama 31 tahun.
Menteri Luar Negeri Muhriddin mengapresiasi kerjasama pendidikan antara kedua negara yang telah menyediakan beasiswa bagi sekitar 300 mahasiswa Tajikistan untuk belajar di Indonesia.
Dubes Fadjroel juga menginformasikan kepada Perdana Menteri dan Menlu Tajikistan terkait rencana kedatangan Menlu RI, Sugiono ke Kazakhstan dan Tajikistan. Kunjungan itu bertujuan untuk meningkatkan hubungan diplomatik di berbagai bidang dengan mengembangkan pasar baru untuk komoditas Indonesia di pasar nontradisional seperti Asia Tengah, Eurasia, Kaukasia.
2024 di Bali.