Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan dan Essity, perusahaan global di bidang kebersihan dan kesehatan, menjalin kemitraan strategis guna memperkuat upaya nasional dalam pengendalian resistensi antimikroba (AMR), sejalan dengan kesepakatan antara Pemerintah Indonesia dan Swedia di bidang kesehatan.
Direktur Bisnis Essity untuk Asia Tengah dan Timur Danny Cho dalam keterangan diterima di Jakarta, Selasa, mengatakan kolaborasi ini menjadi bagian penting dalam kesepakatan kedua negara untuk mengedepankan sistem kesehatan berkelanjutan, digitalisasi, dan ketahanan layanan kesehatan masyarakat.
Hal tersebut, katanya, mengingat AMR salah satu tantangan kesehatan global paling mendesak saat ini.
"Kondisi ini melemahkan efektivitas pengobatan modern dan meningkatkan angka kematian akibat infeksi yang sebelumnya dapat disembuhkan. Sebagai negara dengan populasi terbesar ke empat di dunia, Indonesia berada di garis depan dalam menangani isu ini," katanya.
Baca juga: Kemenkes ingatkan bahaya rokok elektronik dengan berbagai perisa
Melalui nota kesepahaman ini, pihaknya dan Kementerian Kesehatan akan bekerja sama dalam memperkuat upaya pengendalian AMR secara nasional, antara lain melalui kampanye kesadaran publik dan tenaga kesehatan, distribusi materi edukasi yang sejalan dengan strategi nasional AMR, serta pelatihan dan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan.
Dia mengatakan hal ini juga dapat membantu pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin ketiga, yakni kehidupan sehat dan sejahtera.
Kolaborasi ini, katanya, juga mencakup dukungan dalam penyusunan dan penerapan pedoman nasional terkait dengan pengendalian infeksi dan penggunaan antimikroba yang bertanggung jawab serta mendorong pertukaran ilmu pengetahuan dan penerapan solusi manajemen luka berbasis bukti di fasilitas layanan kesehatan.
Baca juga: Ini tips sehat Kemenkes cegah "heat stroke" saat Armuzna
Selain inisiatif nasional, pihaknya juga aktif sebagai advokat global dalam pencegahan AMR. Pada 2023, Essity ditunjuk sebagai anggota Kelompok Ahli United Nations Foundation untuk Penanggulangan Resistensi Antimikroba, bergabung dengan berbagai organisasi terkemuka dunia dalam merumuskan kebijakan global AMR dan mendorong kolaborasi lintas sektor.
"Sebagai bagian dari Sweden-Indonesia Sustainability Partnership (SISP), Essity bergabung dengan perusahaan Swedia lainnya untuk mendukung transformasi kesehatan Indonesia melalui investasi yang bertanggung jawab, transfer pengetahuan, dan kolaborasi teknologi," ujarnya.
Dengan didukung keahlian pihaknya serta teknologi Sorbact, katanya, hasil perawatan pasien dapat ditingkatkan, sekaligus mendukung penguatan upaya nasional dalam menanggulangi AMR.
Baca juga: Kemenkes sebut angka prevalensi stunting 2024 sebesar 19,8 persen
Adapun Sorbact, katanya, solusi perawatan luka tanpa kandungan antimikroba yang mengikat dan menghilangkan bakteri melalui interaksi hidrofobik unik.
"Essity telah berhasil menurunkan tingkat infeksi dan penggunaan antibiotik di berbagai fasilitas kesehatan di Eropa dan Asia," katanya.
Menurut dia, penanggulangan AMR membutuhkan kolaborasi, inovasi, dan komitmen tanpa henti.
Dia berharap, kolaborasi ini bisa menjadikan suatu perubahan menuju sistem layanan kesehatan yang lebih baik dan berkelanjutan.