Ambon (ANTARA) - Tim Peneliti Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon Maluku bersama Underwater Scientific Exploration for Education (UNSEEN), Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) serta Udayana dan Universitas Khairun mengupayakan pengembangan kawasan konservasi perairan laut dalam untuk spesies purba ikan raja laut (coelacanth).
“Coelacanth termasuk spesies yang dilindungi (CITES Appendix II). Namun habitatnya perlu dilindungi agar tidak punah, karena jumlah individunya terbatas secara global,” kata ilmuwan Unpatti Dr Giino Limmon yang memimpin ekspedisi penemuan coelacanth ini dalam keterangan tertulis yang diterima di Ambon, Jumat.
Hal itu dikatakannya setelah sebelumnya pihaknya berhasil menemukan ikan purba coelacanth (Latimeria menadoensis) di perairan Maluku Utara.
Menurutnya, dengan mengembangkan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) untuk habitat coelacanth, tersebut dapat mencegah atau mengurangi praktek-praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dampak pencemaran, dan pengembangan wilayah pesisir.
Baca juga: Universitas Pattimura tambah tiga guru besar
Baca juga: Universitas Pattimura kantongi izin pembukaan dua prodi bidang ekonomi
Hal senada juga disampaikan oleh peneliti BRIN Dr Augy Syahailatua, yang juga bertanggung jawab dalam proyek penelitian terkait coelacanth di Indonesia.
“KKP juga akan memberi dampak positif dalam penelitian coelacanth, sehingga dapat memajukan pengetahuan dan pemahaman kita mengenai spesies unik ini, dan memungkinkan penegakan hukum yang lebih baik untuk melindunginya,” tuturnya.
Pasalnya menemukan hewan ini di ekosistem terumbu karang mesofotik menekankan bagaimana zona laut dalam ini masih menyimpan misteri dan berfungsi sebagai tempat perlindungan yang penting bagi spesies purba dan potensi spesies baru.
Penemuan ini memperluas pemahaman tentang sebaran coelacanth di Indonesia, dan sangat penting untuk upaya memahami evolusi hewan purba ini dan mendukung upaya konservasinya.
Baca juga: Universitas Pattimura adakan Olimpiade Sains Maluku
Adapun lokasi detail penemuan dirahasiakan guna melindungi spesies sensitif dan penting ini dari tekanan manusia dan untuk memungkinkan para ilmuwan dan pemerintah setempat menerapkan kebijakan konservasi yang lebih kuat di wilayah tersebut.
Coelacanth sendiri pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1997 oleh Arnaz dan Mark V. Erdmann, yang mendokumentasikan spesimen di pasar ikan di Manado, Sulawesi Utara.
“Penemuan coelacanth di Perairan Maluku Utara ini membuktikan tingginya keanekaragaman hayati laut di kawasan ini dan menggarisbawahi pentingnya eksplorasi dan konservasi laut dalam,” ujarnya.