Jakarta (ANTARA) - Menyimak perkembangan isu-isu ketenagakerjaan memang cukup menyita perhatian. Kadang ada nuansa di mana kekuasaan begitu serius untuk memastikan kesejahteraan kaum buruh sekaligus mau mendengarkan para pimpinan serikat buruh. Hal itu ditunjukan misalnya dengan kehadiran Presiden Prabowo Subianto pada peringatan MayDay 1 Mei lalu.
Namun sebaliknya, ada beberapa kejadian yang justru berkebalikan dengan semangat membela nasib buruh seperti penahanan ijazah, bahkan hal menyedihkan terjadi juga di Perusahaan BUMN seperti Pesangon tidak dibayar bahkan terjadi Union Busting atau pemberangusan Serikat Pekerja.
"Saya terkejut mengetahui Manajemen Garuda Indonesia lakukan upaya UNION BUSTING (memberangus atau setidaknya menghalangi kegiatan keserikatpekerjaan) terhadap pekerjanya baik itu pekerja ground handling dan admin maupun terhadap pilotnya", ungkap Jumhur
Sebelumnya diketahui bahwa manajemen Garuda melaporkan Serikat Pekerjanya baik yang tergabung dalam SEKARGA maupun APG (Asosiasi Pilot Garuda) karena dituduh mencemarkan nama baik. Kemudian diketahui pula bahwa manajemen Garuda Imdonesia mempersulit konsolidasi keuangan organisasi serikat pekerjanya.
Menurut Jumhur, perusasahaan negara alias BUMN seharusnya menjadi contoh baik hubungan industrial.
"Janganlah malah sebaliknya, menjadi contoh buruk sehingga pemerintah kehilangan legitimasi saat menegakkan hukum pada sektor swasta murni", tegas Jumhur
Selanjutnya Jumhur menguraikan bahwa tingkat solidaritas sesama buruh sudah semakin kuat sehingga kesulitan yang dialami satu serikat bisa dirasakan juga oleh serikat lainnya.
"Apalagi perusahaan setingkat Garuda Indonesia, kalau para pilotnya kompak dan didukung oleh serikat pekerja lainnya di sekitar bandara kan bisa bikin kisruh dan kusut bandara. Jadi sudahlah manajemen Garuda Indonesia jangan arogan, sebaiknya berunding saja dengan kepala dingin, daripada nanti kualat akibat zhalim pada serikat", pungkas Jumhur.