Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta memperkuat peran juru pemantau jentik (jumantik) di setiap rumah untuk menekan lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akibat curah hujan yang tak menentu.
"Sejak bulan Januari hingga Mei ini curah hujan intensitasnya cukup tinggi, namun pada bulan April cenderung panas dan kemudian hujan lagi. Hal ini memang menjadi catatan dan perhatian karena banyak muncul sarang nyamuk," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Rabu.
Ia khawatir jika masyarakat terlena dan tidak melakukan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), maka akan muncul kenaikan jumlah kasus DBD.
Hingga 26 Mei 2025, menurut dia, tercatat 161 kasus DBD di Kota Yogyakarta atau naik signifikan dibandingkan total kasus sepanjang 2024 yang berjumlah 301 kasus.
"Melalui Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik, kami mengajak masyarakat terlibat langsung dalam memantau dan memberantas jentik nyamuk, sekaligus mengedukasi keluarga untuk menjaga kebersihan lingkungan," katanya.
Selain PSN, warga juga diminta menerapkan 3M Plus, yaitu menguras, menutup, dan mendaur ulang barang bekas, serta menggunakan kelambu dan obat nyamuk untuk mencegah gigitan aedes aegypti.
Menurut dia, langkah terakhir jika DBD terus meningkat bisa dengan melakukan fogging atau pengasapan, meski tidak bisa dilakukan secara terus menerus.
"Karena yang mati dengan fogging adalah nyamuk dewasa, nah jentik-jentiknya suatu saat juga menjadi dewasa, sehingga memang kami batasi. Selain itu, fogging memiliki zat kimia yang dapat mengganggu kesehatan. Kalau terus menerus dilakukan bisa menimbulkan kekebalan pada nyamuk," kata Endang.
Peningkatan DBD di level kecamatan antara lain terjadi di wilayah Kotagede. Hingga Mei 2025, kasus DBD mencapai 11 kasus atau naik dari 2024 yang tercatat total 17 kasus sepanjang tahun.
Kepala Puskesmas Kotagede II, Yusnita Susila Astuti mengatakan pihaknya telah melakukan pelacakan, pemetaan wilayah rawan, dan koordinasi dengan surveilans epidemiologi untuk mendeteksi dini dan mencegah perluasan kasus.