Bogor, 27/11 (ANTARA) - Sedikitnya ada 22 anak korban longsor Cilebut yang tinggal di pengungsian, dan tidak bisa bersekolah, karena tidak memiliki peralatan atau perlengkapan belajar.
"Sudah lima hari libur sekolah. Kami tidak bisa sekolah karena tidak punya buku pelajaran, sepatu dan pakaian seragam," kata Aril (3) siswa kelas III SD Negeri Petaunan, Cilebut, saat ditemui di tempat pengungsian, Selasa.
Aril mengatakan di pengugsian dia tinggal bersama lima temannya yag juga bersekolah di SD Negeri Petaunan.
Mereka belum bisa masuk sekolah karena belum memiliki sepatu sekolah, tas, dan buku-buku pelajaran.
"Sudah ada yang kasih baju seragam merah putih, tapi kami belum punya sepatu, tas, dan buku-buku untuk belajar," timpal Angel siswa kelas 5 SD Negeri Petaunan.
Menurut Angel, sepatu sekolah, tas dan buku-buku pelajarannya tertimbun oleh tanah longsor yang menghancurkan rumahnya.
Ia tidak sempat menyelamatkan perlengkapan sekolahnya karena pada saat itu ia sedang berada di luar rumah.
Selain Aril, dan Angel yang tidak bisa sekolah karena seragam sekolah mereka tertimbun longsor, ada Tamara kelas 5, Anisa kelas 4, Gilang kelas 5, Zidan kelas 1, Anah kelas 2 yang tidak bisa sekolah akibat longsor.
Selain lima siswa SD Negeri Petaunan. Salah satunya Rani siswa kelas 5 SD Negeri Bojonggede yang juga ikut tidak bisa sekolah.
Dari data BPBD setempat, anak-anak yang menjadi korban longsor terdapat 22 orang terdiri dari 11 SMP, tiga orang SMA dan sembilan orang SD.
Menurut Angel, mereka tidak mau lama-lama libur karena dalam waktu dekat akan ada ujian tengah semester yang wajib mereka ikuti.
"Kalau libur kelamaan, takutnya ngak bisa belajar. Karena minggu depan mau ujian mid semester," katanya.
Angel dan Tamara mengaku tinggal dipengungsian selama lima hari hanya mereka isi dengan bermain dan belajar bersama anak-anak korban lainnya.
Mereka juga tidur bersama di mushala tempat mereka diinapkan bersama 75 orang lainnya.
"Ingin cepat bisa sekolah lagi, dan tidak tinggal di pengungsian. Karena rame, tidurnya dempet-dempetan," katanya.
Menurut Linda, orang tua Aril, anak-anak korban longsor, mengaku sudah mendapat dispensasi dari pihak sekolah untuk tidak ikut sekolah sementara waktu.
Ia mengatakan pihak sekolah juga sudah datang melihat kondisi anak-anak di tempat pengungsian dan memberi bantuan seragam sekolah.
"Tapi ya seragam yang ada baru merah putih, sementara baju olah raga, pramuka dan batik kami sudah tidak punya lagi. Belum buku-buku dan peralatan belajar serta sepatu kami mau beli pake apa," katanya.
Linda mengharapkan anak-anaknya bisa secepatnya sekolah dan tidak ketinggalan pelajaran karena sudah libur selama di pengugsian.
Laily R
Anak Korban Longsor Cilebut Membutuhkan Peralatan sekolah
Selasa, 27 November 2012 11:14 WIB
Anak-Korban-Longsor-Cilebut-Membutuhkan-Peralatan-sekolah