Bogor (ANTARA) - Menteri Agama (Menag) Republik Indonesia dalam Kabinet Gotong Royong (2001-2004) Habib Prof Dr Said Agil Husin Al Munawwar menjadi pembicara utama pada haul ke-30 ulama besar KH Achmad Sjaichu yang digelar Pesantren Al-Hamidiyah Depok, Jawa Barat.
Dalam keterangan di Bogor, Selasa, disebutkan bahwa haul yang telah dilaksanakan akhir pekan lalu (1/2) itu mengangkat tema "Merawat Tradisi Menguatkan Inovasi".
Habib Prof KH Said Agil Husin Al-Munawar mengatakan salah satu tradisi pondok pesantren adalah haul, yakni mengenang kepergian seseorang, termasuk almarhum KH Achmad Sjaichu yang dijadikan tokoh atau panutan.
"Peringatan haul sebagai bukti antara kita yang masih hidup dengan yang sudah meninggalkan. Kita masih tetap terjalin komunikasi. Komunikasi itu kita jalankan, tahlil, yasin, khataman Al Quran. Itu sebagai bukti," katanya.
Ia menjelaskan bagi seorang ulama dan aulia matanya menatap ke depan dan senyum.
"Ketika meninggal matanya menatap ke depan dan senyum, karena ruh itu kembali kepada Allah Ta'ala. Allah perlihatkan singgasana, istana untuk nanti di huni untuknya di kehidupan akhirat," katanya.
Kiai Said Agil menjelaskan bahwa di tangan orang tua dan guru ada keberkahan yang tidak bisa ternilai dengan harga.
"Karena di tangan orang tua, tangan guru kita ada keberkahan yang tidak bisa kita nilai dengan harga. Orang tua doakan kita, guru doakan kita, luar biasa itu mahal harganya berapa mau kita bayar," katanya.
Ia berpesan santri hendaknya menghafal kitab-kitab di pesantren.
"Kitab-kitab yang di pesantren sebagai basic, modal untuk belajar di jenjang berikutnya. Dari guru-guru yang bersanad sehingga mendatangkan keberkahan ilmu. Santri tidak boleh merasa puas, harus dan terus ngaji," katanya.
Dirinya menyatakan bangga dan gembira dapat mengisi haul KH Sjaichu.
"Hari ini saya berbangga sangat bergembira, dulu saya mengabdi di sini, mengajar pada saat Kiai Sjaichu mendirikan STIDA," katanya.
Ia menyatakan bahwa pesantren memelihara tradisi, almuhafadhoh ala qodimi sholih, menguatkan inovasi, wal ahzu bil jadidi aslah. Harus menguasai agama.
"Kita ditinggal oleh ulama dahulu dengan karya yang luar biasa. Kenapa dengan akhlak, akan mendapatkan keberkahan dari Kiai-Kiai kita. Ini akhlak kita, khidmat kepada guru akan mendapatkan keberkahan luar biasa," katanya.
Ia menambahkan Kiai Achmad Sjaichu merupakan seorang ilmuwan, dermawan, politisi yang berakhlak dan menekankan budi pekerti.
"Apakah kita bisa seperti almarhum. Seperti hadist nabi. Padahal bukan tiga tapi tujuh yang akan menemani kita. Ilmu yang diajarkannya, Al Quran yang diwakafkannya, anak sholih yang ditanggalkanya, masjid yang dibangunnya. Rumah singgah yang dibuatkannya, pohon rindang, irigasi yang dibuatkannya. Itu termasuk amal ibadah yang terus mengalir. Semuanya sudah. Ada pada diri almarhum yang mesti kita teladani," kata Said Aqlgil Husin Al Munawwar.
Haul itu juga dihadiri Direktur Utama YIH, dr H Imam Susanto, Sp.B., Sp.BP-RE (K), Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Kemenag RI, Dr H Basnang Said, S.Ag., Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hidayat An-Nuriyyah Lasem Rembang, Jateng, K.H. Syihabuddin Ahmad Ma'shoem serta jajaran manajemen dan keluarga besar YIH.
Haul ke-30 Kiai Sjaichu dirangkai dengan beberapa kegiatan sepekan seperti lomba Adzan, lomba pidato, sunatan masal, donor darah, festival hadroh, pembagian sembako, cara manaqiban, temu alumni, dan khataman Al Quran.