Jakarta (ANTARA) - Kebakaran di Jakarta tidak mengenal musim, tidak menjadi penghalang bagi “si jago merah” untuk menghanguskan bangunan.
Kebakaran menghanguskan hingga ratusan rumah. Bangunan yang terbakar itu merupakan tempat tinggal dan tempat berteduh dari terik matahari serta dinginnya hujan.
Pekan lalu, jilatan api mengamuk di permukiman padat penduduk yang berada di Kelurahan Kebon Kosong, Kecamatan Kemayoran, Jakarta Pusat; 543 rumah tapak hangus terbakar.
Sebelum peristiwa pada Selasa (21/1) dini hari musibah serupa juga pernah menghampiri pada Rabu (15/1) dan menghanguskan 30 rumah semi permanen.
Sebulan sebelum kejadian yang menghanguskan 534 rumah, kebakaran juga terjadi di lokasi tak jauh dari dua peristiwa serupa. Peristiwa tersebut menyebabkan lebih dari 200 rumah semi permanen yang dihuni 1.800 jiwa rata dengan tanah.

Kebakaran bukan hanya menghanguskan rumah tetapi juga menyebabkan 14 orang dinyatakan hilang.
Seorang korban bernama Adin, warga permukiman padat penduduk di Kelurahan Kebon Kosong, bingung bercampur sedih ketika rumah yang sudah ditempatinya puluhan tahun turut hangus terbakar.
Meski air matanya tak membasahi pipi, tapi suaranya terdengar berat ketika menceritakan peristiwa yang membuat dia dan keluarga harus kehilangan harta bendanya.
Ia mengaku tidak tahu persis asal muasal kobaran api. Pria 50 tahun itu hanya mendengar teriakan keluarga dan para tetangganya setelah beberapa saat mata terpejam.
Adin sempat mencoba menyelamatkan gerobak mi ayam namun tak kuasa menghadapi keganasan si jago merah.
Cerita serupa juga dirasakan warga lainnya, Lastri. Rumah yang ia tinggali kini sudah rata dengan tanah dan menjadi abu. Semua harta bendanya pun ikut hangus.
Ia menyelamatkan beberapa dokumen penting sebelum berlari bersama anak dan suaminya menyelamatkan diri dari kobaran api yang mengamuk.
Nestapa akibat kebakaran bukan hanya dirasakan mereka berdua, melainkan ribuan warga.
Dinas Penanggulangan dan Penyelamatan DKI Jakarta menyatakan kebakaran kerap berulang. Dari 365 hari dalam setahun frekuensi kebakaran bisa mencapai lima kali lipat.
Pada 2024 kebakaran di Jakarta tercatat 1.970 kejadian, baik sekala besar maupun kecil.
Data tersebut menunjukkan betapa Jakarta rentan akan musibah kebakaran, dan ini tentu harus menjadi perhatian semua pihak, terutama masyarakat sekitar.
Apalagi temuan Dinas Gulkarmat menunjukkan bahwa penyebab kebakaran terbanyak karena korsleting listrik dengan jumlah kejadian pada 2024 mencapai 1.204 dari total 1.970 kebakaran atau mencapai 61,12 persen.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Gulkarmat Satriadi Gunawan menyatakan bahwa kebakaran merupakan bencana yang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi, namun musibah tersebut dapat diminimalkan dengan pencegahan.
Pencegahan yang dimaksud yaitu dengan memastikan semua instalasi listrik di rumah sesuai standar yang berlaku, menggunakan barang elektronik yang bukan bajakan karena telah terjamin.
Selain itu, masyarakat juga harus sadar akan potensi yang mengintai kapan pun. Untuk itu perlu waspada dan meminimalkan risiko yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan kebakaran.
Baca juga: 8 mobil Damkar dikerahkan padamkan kebakaran empat rumah warga di Baubau Sultra
Baca juga: Baznas RI bagikan makanan siap saji dan air untuk korban kebakaran Kemayoran
Baca juga: Kebakaran hutan baru kembali muncul di Los Angeles, hanguskan 500 hektar dalam sejam