Bogor (Antara Megapolitan) - Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian (STPP) Bogor ditunjuk oleh Kementerian Pertanian sebagai koordinator kerja Jawa Barat, Banten, Bengkulu, dan Lampung dalam program pendampingan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan. dan peternakan .
STPP Bogor menurunkan 179 mahasiswa dan dosen untuk mengikuti program pendampingan komoditas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan. dan peternakan..
"Program ini untuk mengawal distribusi penyaluran benih ke petani. Selama dua bulan mahasiswa dan dosen STPP akan tinggal bersama petani di beberapa kabupaten yang ada di wilayah Jawa Barat, Banten, Bengkulu, dan Lampung," kata Kepala STPP Bogor Nazaruddin di Bogor, Selasa.
Ia menjelaskan program pendampingan tersebut akan dimulai pada Oktober hingga November mendatang. Selain mahasiswa, 18 dosen STPP juga akan turun mendampingi pemuda tani di wilayah Jawa Barat, Banten, Lampung, dan Bengkulu.
STPP ditunjuk oleh Kementerian Pertanian sebagai koordinator kerja Jawa Barat, Banten, Bengkulu, dan Lampung dalam program tersebut.
"Selain STPP ada tujuh perguruan tinggi negeri lainnya yang juga dilibatkan dalam program ini," katanya.
Tujuh perguruan tinggi negeri tersebut, yakni IPB, Universtas Siliwangi (Tasikmalaya), Universitas Padjajaran, Universitas Singaperbangsa (Karawang), Universitas Lampung, Universtas Bengkulu, dan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Banten).
"Kalau STPP yang diterjunkan mahasiswa semester tiga dan empat. Kalau PTN menurunkan alumni-alumninya," kata Nazaruddin.
Dia menjelaskan program pendampingan tersebut telah berlangsung sejak 2005 di STPP Bogor, bagian dari pendidikan lapangan untuk mahasiswanya. Setiap tahun berlangsung dua gelombang. Khusus tahun ini STPP bekerja sama dengan tujuh PTN lainnya.
Pada gelombong pertama 2017, pendampingan difokuskan untuk peningkatan produktivitas pangan prioritas melalui program upsus atau upaya khusus, seperti padi, jagung, kedelai, dan bawang.
"Tahun ini pendampingan untuk memperluas areal tanam dengan memastikan distribusi benih sampai ke petani," katanya.
Selain pengawalan benih, lanjutnya, juga ada pendampingan untuk peternak di Provinsi Lampung untuk program Sapi Wajib Bunting atau Siwab.
Setelah pendampingan, lanjut Nazar, mahasiswa juga melakukan evaluasi atas kendala yang ditemukan di lapangan, seperti benih tepat sasaran atau tidak, kondisi benih seperti apa, berapa persen daya kecambah dan apakah benih cocok di lapangan.
"Hasil evaluasi akan diserahkan kepada BPPSDMP Kementan," katanya.
Nazaruddin menekankan tugas tenaga pendamping dari mahasiswa STPP Bogor, yakni memberikan penyuluhan, sinergi dengan pendidikan, selama dua bulan kegiatan pelaksanan, petani menjadi peneriman manfaat diberikan penyuluh.
Dari 179 tenaga pendamping STPP Bogor terdiri atas 89 mahasiswa jurusan peternakan, 90 mahasiswa jurusan pertanian, dan 38 orang dosen, sisanya 18 dosen untuk mendampingi pemuda tani.
Wilayah sebaran tenaga pendamping STPP Bogor ada di Provinsi Jawa Barat, meliputi Sukabumi 20 orang, Cianjur 10 orang, Pangandaran 30 orang, dan Garut 30 orang.
"Tugasnya mengawal hortikultura, kedelai, perkebunan. Tersalurkan distribusi benih di sentra produksi," kata Nazaruddin.
Sebanyak 89 mahasiswa peternakan diturunkan ke Provinsi Lampung mengawal aseptor Siwab tersebar di Lampung Selatan 20 orang, Lampung Utara 10 orang, Lampung Timur 20 orang, dan Lampung Tengah 39 orang.
Jumlah alumni tujuh perguruan tinggi negeri yang diturunkan, Universitas Siliwangi (Tasik) 76 orang, Garut 76 orang, Unpad 120 orang tersebar di Kabupaten Bandung, IPB 60 orang tersebar di tiga kabupaten, yakni Cirebon, Majalengka, dan Garut.
Selain itu, Unsika 40 orang tersebar di Indramayu, Unila mengerahkan 180 alumnus, Unib 60 alumnus, dan Untirta 75 alumnus.
STPP Bogor Sebar 179 Tenaga Pendamping Pertanian
Selasa, 26 September 2017 10:52 WIB
Tahun ini pendampingan untuk memperluas areal tanam dengan memastikan distribusi benih sampai ke petani.