Bogor, (Antara Megapolitan) - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya akan membuka ruang berkomunikasi dengan sejumlah komunitas penggerak Sungai Ciliwung dan Cisadane untuk memperluas gerakannya mengurangi kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai.
"Persoalan aliran sungai tidak hanya badan sungai, tetapi ada aspek perilaku yakni sikap masyarakat membuang sampah. Ini persoalan yang sangat kompleks, dan masih memiliki argumentasi yang panjang," kata Siti saat meninjau Bendung Katulampa, Kota Bogor, Jawa Barat, Kamis.
Menteri mengatakan, upaya untuk mengurangi sampah di buang ke sungai sudah diatur dalam Undang-Undang persampahan dari tahun 2008, tetapi pelaksanaannya masih sulit. Belum lagi pemerintah daerah juga belum melaksanakan pengelolaan sampah secara rapi.
"Oleh karena itu, upaya untuk ini ada pada saat penilaian Adipura, faktor sampah menjadi faktor penilaian utama," kata Siti.
Siti mengatakan, selama setahun di kementerian ada optimisme dengan banyaknya komunitas yang bergerak secara aktif baik di Sungai Ciliwung maupun Cisadane. Hanya saja perlu peningkatan skill dengan skala lebih luas, agar persoalan sampah dibuang ke sungai dapat diminimalisir.
"Pengembangan penularan secara lebih luas harus terus dilakukan. Bulan Agustus lalu kita sudah berkomunikasi dengan sejumlah komunitas untuk persoalan sampah. Kita akan undang lagi untuk membahas ini," kata Siti.
Persoalan sampah juga menjadi salah satu penyebab pendangkalan sungai yang berakibat pada terjadinya banjir. Seperti di Bendung Katulampa, selain luapan air karena intensitas hujan di hulu Puncak. Sampah juga menjadi persoalan serius yang dihadapi petugas bendung.
"Petugas bendung sudah melakukan pembersihan, setiap minggu diangkut sampah-sampah dari bendung jumlahnya cukup banyak. Ini jadi perhatian kita, akan kita bicarakan dengan komunitas sungai," kata Siti.
Siti menyebutkan, KLHK memiliki peran dalam upaya penanganan banjir di DKI Jakarta, khusus wilayah hulu Puncak yang merupakan tugas KLHK mengawasi dan menjaga kawasan resapan.
Ia mengatakan, dengan segala upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi maupun daerah, penanganan banjir DKI Jakarta tahun ini harusnya lebih baik dari tahun sebelumnya.
"Seharunya secara teori dan praktek yang kita persiapan, harusnya tahun ini lebih baik dari tahun lalu cara kita menangani banjir atau potensi banjir. Karena pada tahun ini kita sudah melakukan beberapa hal," kata Siti.
Siti mengatakan, upaya yang dilakukan melalui dana APBN mempersiapkan penanapan pohon di kawasan hulu. Dari 38.000 hektare, 900 hektare hulunya yang masih hutan yang bisa ditanami untuk dihijaukan. Yang sudah ditanami seluas 500 hektar.
"Harusnya lebih baik lagi, kita punya dam penahan. Dam kecil yang dibuat dari batu yang dibungkus kawat atau disebut bronjong, bikin 50 unit tahun ini sehingga dengan adanya bronjong airnya tertahan untuk turun tidak dasyat sehingga sampai banjir di Jakarta," kata Siti.
Siti menambahkan, upaya pengendalian banjir di Jakarta juga dilakukan dengan membangun galipark pada tahun ini. Galipark yakni menutup merapikan daerah-daerah yang menganga karena erosi, ditutup ada 150 unit dan ada sumur resapan yang dibangun di wilayah resapan yakni Cisarua, dan Megemendung.
"Ada juga sumur resapan dibuat sampai 1.100 unit. Gubernur DKI juga melakukan sesuatu, Pemerintah Jabar sudah berbuat banyak, membuat biopori, harusnya penangan banjir kali ini lebih baik lagi, kita kontrol dilihat makin baik," kata Siti.
Menteri Siti Nurbaya meninjau Bendung Katulampa untuk melihat kondisi di lapangan sebagai upaya penanganan banjir di Jakarta. Sebelumnya, menteri meninjau Stasiun Pengamatan Arus Sungai di Tugu Puncak. Selanjutnya akan melihat kondisi di Manggarai.
KLHK Libatkan Komunitas Atasi Sampah Di Sungai
Jumat, 20 November 2015 10:29 WIB
Persoalan aliran sungai tidak hanya badan sungai, tetapi ada aspek perilaku yakni sikap masyarakat membuang sampah.