Mexico City (Antara/Xinhua-OANA/Antara Megapolitan) - Perempuan pribumi dari kelompok suku Tzotzil di Negara Bagian Chiapas, Meksiko Tenggara, secara tradisional tidak diajak berkonsultasi mengenai banyak keputusan yang mempengaruhi hidup mereka.
"Seringkali, perempuan tak diizinkan menghadiri pertemuan dewan desa," kata Mercedes Santiz (44), warga dari desa Tzotzil, Bayalemo. "Kami tak diperkenankan berbicara atau membantu mengambil keputusan. Banyak lelaki percaya perempuan tak memiliki hak untuk didengar. Banyak lelaki bahkan tidak mengizinkan perempuan keluar rumah tanpa izin."
Namun mereka tidak menerima semua itu begitu saja. Walaupun dengan segelintir sumber daya, perempuan dari suku asli di Chiapas Tengah telah berusaha membuat perbedaan buat hidup mereka.
Segera setelah mereka memulai, mereka membuat perbedaan pada rumah tangga mereka persis seperti yang dikatakan oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon di dalam pesannya saat memperingati hari Internasional Perempuan Pedesaan, yang jatuh pada 15 Oktober.
Pada 1982, segelintir perempuan Bayalemo mencapai gagasan untuk menghasilkan uang tambahan. Tekstil Mayan terkenal karena keragaman dan kualitasnya, sehingga membuatnya dicari di seluruh dunia.
Dengan hampir setiap perempuan Bayalemo memiliki mesin tenun di kebun mereka, perempuan tersebut memutuskan untuk bersatu dan menjual barang mereka. Itu lah yang memicu kelahiran koperasi J'pas Joloviletik.
Selama 30 tahun belakangan, koperasi itu telah membuat perbedaan nyata dalam kehidupan 120 perempuan yang dapat menjual tekstil mereka ke kota pariwisata San Cristobal de las Casas, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Ahad. Itu juga memungkinkan sebagian dari mereka menjadi ukuran kemandirian keuangan, dan memberi mereka sedikit penghasilan dalam situasi lelaki menguasai isi dompet.
Namun anasir lain belum memperlihatkan banyak kemajuan.
Santiz, yang kini menjadi presiden koperasi tersebut, mengatakan kepada Xinhua bahwa ia masih menghadapi sangat banyak kecaman dari kaum lelaki dan bahkan dari perempuan.
"Orang melihat kami ke luar rumah, seringkali setiap hari. Mereka membicarakan dan berguncing. Mereka mulai mengecam kami sebab mereka merasa saya mengerjakan sesuatu yang dilarang," katanya.
Salah satu kesulitan yang paling nyata ialah kebanyakan perempuan harus tinggal di dalam rumah hampir sepanjang hari untuk memberi makan keluarga mereka.
"Ibu saya memiliki kompor yang kotor dan tua, dengan hanya satu alat pemutar. Ia menghabiskan waktu empat jam untuk memasak setiap masakan, mulai pukul 05.00," kata Margarita Ruiz (25), yang membantu mengelola koperasi tersebut.
Buat perempuan pribumi di Mexico City, waktu luang adalah sumber daya yang sangat berharga, kebanyakan waktu mereka habis tersedot untuk mengurus kompor tua.
Itu sebabnya organisasi kemasyarakat global, Hunger Project (THP) datang dan menanyakan perempuan di J'pas Joloviletik mengenai bantuan apa yang mereka perlukan dan kebanyakan jawaban ialah mereka ingin kompor baru yang lebih bagus untuk memasak.
THP, yang bekerja untuk mengakhiri kelaparan di dunia, memusatkan perhatian pada upaya mencukupi diri sendiri dan pemberdayaan, mengajar masyarakat miskin cara mereka bisa mempertahankan diri dan membantu mereka memiliki alat untuk melakukan itu.
Organisasi tersebut juga menyediakan perempuan penyelesaian yang lebih baik. Perempuan Bayalemo dilibatkan dalam masing-masing tahap proses, mulai dari menentukan pola yang mesti ada pada kompor, sampai memilih salah satu dari beberapa rancangan, dan kemudian membuat perubahan selama proses pemasangan.
Sampai pertengahan Oktober, enam kompor baru pertama diselesaikan di Bayalemo, dan ada rencana untuk membuat lebih dari 18 kompor lagi sampai berjumlah 24.
Sejak koperasi J'pas Joloviletik dirintis pada 1982, perempuan Bayalemo telah memiliki kesempatan untuk menjual tekstil mereka kepada pembeli yang lebih banyak. Namun, kompor ekologi baru mereka diperkirakan akan memberi hadiah yang jauh lebih berharga; waktu.
Penerjemah: A. Rachma.
Perempuan Pribumi Meksiko Berjuang Menuju Pemberdayaan
Minggu, 18 Oktober 2015 11:43 WIB
Walaupun dengan segelintir sumber daya, perempuan dari suku asli di Chiapas Tengah telah berusaha membuat perbedaan buat hidup mereka.