Jakarta, (Antaranews Bogor) - Politisi PDI Perjuangan Fahmi Habsyi mempersembahkan puisi kontemplasi bagi pendukung Jokowi maupun Prabowo khususnya Bung Fadli Zon bahwa proses Pilpres ini tidaklah sekedar siapa yang menang dan kalah.

"Hakekatnya adalah kehendak yang Ilahi menaikkan dan menurunkan seorang pemimpin, sebagaimana sejarah kita melihat pemimpin besar dan hebat bertahun-tahun berkuasa dan tiba-tiba jatuh yang mungkin juga kita pikir tidak mungkin bisa jatuh," kata Fahmi di Jakarta, Selasa.

Anggota Tim Khusus Timses Pemenangan Jokowi-JK ini mengatakan kekuasaan adalah pisau bermata dua bisa menjadi anugerah jika dijalankan dengan baik, tapi bisa juga musibah jika mengkhianatinya. "PR" Pak Jokowi-JK kedepan adalah bagaimana menggenapkan suara pilpres ini menjadi 100 persen dengan merebut hati 47 persen pemilih yang masih ragu memilih mereka dengan tindakan kerja nyata pro-rakyat.

"Kondisi Indonesia yang sedang "downtrend" ini memerlukan pemimpin yang tidak sekedar bisa membawa Indonesia melangkah, tapi harus bisa membawa Indonesia melompat," kata salahsatu deklarator gerakan Pro Jokowi (Projo) tersebut.

Ia mengatakan Jokowi terpilih karena antitesis pola kepemimpinan saat ini. Rakyat membuat harapannya sendiri bahwa presiden itu tidak perlu gagah dan ganteng, jika harus "ndeso"pun tak apa-apa asal mau bekerja sedikit retorika, tegas dan tidak ragu ambil resiko, sederhana dan merakyat atau tidak menampilkan pola kepemimpinan formalistik.

"Jokowi mungkin bisa dianalogikan sebagai Harun Alrashid-nya Indonesia," kata Direktur Pusat Kajian Trisakti.



Berkiut adalah puisi selengkapnya yang dibuat Fahmi Habsyi



Dua, Dua

Dua Desember Duaributigabelas

Isyarah mimpi melesat dimalam hari

Mas Jo datang bercelana pangsi hitam bergaya pitung

Mencicipi semangka di taman depan

Dua belas Desember Duaribu tigabelas

Isyarah malam sapa kembali saat waktu Malaikat berjaga

Mas Jo bisik: "Bismillah mas jalani yang kamu yakini"

Dua dua Desember Duaribu tigabelas

Gerakan pro mas Jo ditabuh senyap paguyuban rakyat

Umpatan, sindiran, cercaan hambar dirasa memekakkan telinga

Yakin langit beserta kita

Dua belas Maret Duaribu empatbelas

Putri Fatmawati menoreh matahari disiang hari

Turunan pemimpin lahirkan pemimpin

Sejarah goreskan tinta emas ditangannya

Hari Pancasila dititipkan-Nya nomer dua

Dua dua Juni Duaribu empatbelas,

Gelombang angkara fitnah robek relung kalbu

Tidur penuh amarah tersentak isyarah malam

Mas Jo tunjukkan mata didepan wajah berucap padat : "Iki mas pulungku"

Salam dua jari jadi irama

Putra Sang Fajar bernafas lega

Dua-dua Juli Duaribuempat belas"

Firman-Nya tak bisa dibantah : "Ku berikan dan Ku cabut kerajaan pada yang Ku hendaki"

Tak ada yang menang, juga tak ada yang kalah

Yang ada hanya terpilih

Kuasa adalah anugerah, juga bisa jadi musibah

Takkala dua mata tak mampu lihat yang haq

Takkala dua telinga tak mau dengar keluh kesah

Takkala dua tangan tak dapat rangkul sesama

Takkala dua kaki tak inginbergerak melangkah

Tujuh jalan Raja Agung berwasiat dalam Gendhing:

swadana maharjeng tursita; bahni bahna amurbeng jurit ; rukti setya garba rukmi;

sripandayasih krani ; gaugana hasta ; stiranggana cita ; smara bhumi adi manggala

Selamat Mas Jo,

Indonesiaku harus melompat.....!!



Fahmi Habsyi, Ciganjur 22 Juli 2014

Direktur Pusat Kajian Trisakti

Salahsatu deklarator gerakan Pro Jokowi (Projo)

Anggota Tim Khusus Timses Pemenangan Jokowi-JK.  



Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014