Dubes India untuk Indonesia, Pradeep Kumar Rawat menampik adanya persekusi maupun diskriminasi terhadap muslim di India.
"Jumlah umat muslim dari 35 juta ke 200 juta. Dari 9 persen jumlahnya ke 14 persen. Apakah jumlah itu tidak menjadi bukti tersendiri," ujar Pradeep Kumar Rawat di Jakarta, Jumat.
Ketika dikatakan diskriminasi, lanjut dia, India pernah mempunyai tiga presiden dari kalangan muslim.
"Apakah itu bukti diskriminasi untuk kalian?" ujar Kumar Rawat.
"Saya menceritakan fakta ke teman-teman. Kita sebagai orang yang berpendidikan dan rasional, kita seharusnya bisa menerima fakta-fakta tersebut," ujar dia.
Ia mengatakan fakta tersebut adalah berupa data yang disampaikan yang bisa diketahui, dicerna dan dinilai sendiri oleh siapapun.
"Data itu bisa kita ketahui, kita cerna, lalu kita nilai sendiri. Kenapa golongan ekstrim ini sukses? Karena mereka menyebarkan sesuatu, mengeksploitasi keadaan di sosial media. Mereka membuat berita bohong, video bohong, membuat narasi yang bisa mengeksploitasi emosi seseorang. Karena itulah mereka sukses," ungkap Kumar Rawat.
Kelompok ekstrim membuat itu semua di sosial media, itu adalah doktrin untuk memancing emosi saja, tapi mereka tidak menjelaskan faktanya apa, menurutnya.
Ia mengatakan data tersebut tidak bisa berbohong dan sudah seharusnya masyarakat dapat mencerna data tersebut secara logis.
"Data itu tidak bisa bohong dan kita seharusnya yang logis bisa mencerna," ujar dia.
Ratusan orang melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar (Kedubes) India, Jalan HR. Rasuna Said, Kuningan Jakarta Selatan, Jumat (6/3).
Demonstrasi yang berlangsung kondusif itu memprotes kekerasan terhadap muslim di India sebagai dampak atas pemberlakuan UU Kewarganegaraan oleh Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020