Pemimpin tertinggi Iran menyampaikan dukungannya terhadap pasukan elite Garda Revolusioner dalam sebuah khotbah shalat Jumat setelah pengakuannya yang terlambat atas penembakan "tak sengaja" pesawat sipil Ukraina yang memicu protes jalanan selama tiga hari.
Dalam khotbah pertama kali dalam delapan tahun terakhir itu, Ayatollah Ali Khamenei juga mengatakan kepada makmum yang meneriakkan "Matilah Amerika" bahwa Garda elite itu dapat bertarung di luar perbatasan Iran setelah AS membunuh komandan militer tertinggi Iran.
Presiden AS Donald Trump menanggapi lewat Twitter dengan menulis bahwa Khamenei mesti berhati-hati dengan apa yang dikatakannya.
Pernyataan Khamenei itu muncul di tengah krisis yang semakin mendera Iran saat negeri para mullah itu bergulat mengatasi keresahan di dalam negeri dan tekanan yang meningkat dari luar negeri.Ketegangan kian menguat sejak 2018 saar AS hengkang dari kesepakatan nuklir Teheran dengan negara besar dunia dan mengenakan kembali sanksi yang mengganggu perekonomian Iran.
Kebuntuan itu mengakibatkan saling balas dendam serangan militer bulan ini saat AS membunuh Qassem Soleimani dengan serangan pesawar niarawak pada 3 Januari dan Iran melontarkan roket ke pangkalan militer AS di Irak pada 8 Januari.
Dalam situasi tegang itu, pesawat Ukraina tertembak jatuh karena kesalahan. Namun perlu beberapa hari bagi pasukan Garda untuk mengakuinya dan pengunjuk asa melampiaskan amarah mereka kepada pasukan elite itu dan sistem keulamaan yang Iran pertahankan.
"Musuh-musuh kami....senang bahwa mereka menemukan alasan untuk merongrong pasukan Garda, angkatan bersenjata dan sistem kami," Khamenei mengatakan dalam khotbahnya, menyanjung Garda karena melindungi Iran dan memperbarui kembali seruannya bagi pasukan AS agar meninggalkan kawasan itu. Khamenei mengatakan pekerjaan Soleimani membangun pengaruh militer Iran di luar negeri akan berlanjut dan Pasukan Quds yang dipimpinnya "melindungi bangsa-bangsa tertindas sepanjang kawasan."
Baca juga: DPR AS menghadang Trump berperang dengan Iran
Dia mengatakan para prajurit Quds adalah " pejuang tanpa batas-batas".
Wakil Khusus Deplu AS untuk Iran, Brian Hook, mengatakan di Washington bahwa ancaman Iran menimbulkan risiko pengucilan lebih lanjut negeri itu.
Namun Rusia memberi dukungan terhadap Iran atas petaka pesawat, dengan mengatakan pesawat itu ditembak ketika Teheran ngeri atas laporan-laporan mengenai hadirnya pasukan siluman AS di wilayah itu
."Saya ingin menggarisbawahi kegelisahan yang selalu mengiringi situasi demikian," kata Menlu Sergei Lavrov.
Protes yang dipimpin mahasiswa merebak di Teheran dan kota-kota lain selama empat hari atas penembakan pesawat yang menewaskan semua penumpangnya sebanyak 176 yang sebagian besar orang Iran atau warganegara ganda ( Iran-Kanada).
Baca juga: Indonesia-UEA inginkan ketegangan politik di Timur Tengah segera mereda
Saat pengunjuk rasa ditangkapi, Trump mencuit dalam bahasa Persia dan Inggris untuk memberi dukungan kepada pemprotes yang meneriakkan "Matilah Khamenei" dan slogan menentang Garda.
Khamenei mengatakan dalam khotbahnya: "Badut-badut Amerika ini yang berdusta dan yang mengatakan mereka bersama rakyat Iran mestinya melihat siapa rakyat Iran sebenarnya."
Tump menanggapi lewat Twitter:" Yang disebut 'Pemimpin Agung" Iran, yang belakangan ini belum begitu 'Agung', telah mengucapkan hal-hal kotor tentang AS dan Eropa. Ekonomi mereka sedang ambruk, dan rakyat mereka sengsara. Dia mesti hati-hati dengan omongannya!"
Sumber Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020
Dalam khotbah pertama kali dalam delapan tahun terakhir itu, Ayatollah Ali Khamenei juga mengatakan kepada makmum yang meneriakkan "Matilah Amerika" bahwa Garda elite itu dapat bertarung di luar perbatasan Iran setelah AS membunuh komandan militer tertinggi Iran.
Presiden AS Donald Trump menanggapi lewat Twitter dengan menulis bahwa Khamenei mesti berhati-hati dengan apa yang dikatakannya.
Pernyataan Khamenei itu muncul di tengah krisis yang semakin mendera Iran saat negeri para mullah itu bergulat mengatasi keresahan di dalam negeri dan tekanan yang meningkat dari luar negeri.Ketegangan kian menguat sejak 2018 saar AS hengkang dari kesepakatan nuklir Teheran dengan negara besar dunia dan mengenakan kembali sanksi yang mengganggu perekonomian Iran.
Kebuntuan itu mengakibatkan saling balas dendam serangan militer bulan ini saat AS membunuh Qassem Soleimani dengan serangan pesawar niarawak pada 3 Januari dan Iran melontarkan roket ke pangkalan militer AS di Irak pada 8 Januari.
Dalam situasi tegang itu, pesawat Ukraina tertembak jatuh karena kesalahan. Namun perlu beberapa hari bagi pasukan Garda untuk mengakuinya dan pengunjuk asa melampiaskan amarah mereka kepada pasukan elite itu dan sistem keulamaan yang Iran pertahankan.
"Musuh-musuh kami....senang bahwa mereka menemukan alasan untuk merongrong pasukan Garda, angkatan bersenjata dan sistem kami," Khamenei mengatakan dalam khotbahnya, menyanjung Garda karena melindungi Iran dan memperbarui kembali seruannya bagi pasukan AS agar meninggalkan kawasan itu. Khamenei mengatakan pekerjaan Soleimani membangun pengaruh militer Iran di luar negeri akan berlanjut dan Pasukan Quds yang dipimpinnya "melindungi bangsa-bangsa tertindas sepanjang kawasan."
Baca juga: DPR AS menghadang Trump berperang dengan Iran
Dia mengatakan para prajurit Quds adalah " pejuang tanpa batas-batas".
Wakil Khusus Deplu AS untuk Iran, Brian Hook, mengatakan di Washington bahwa ancaman Iran menimbulkan risiko pengucilan lebih lanjut negeri itu.
Namun Rusia memberi dukungan terhadap Iran atas petaka pesawat, dengan mengatakan pesawat itu ditembak ketika Teheran ngeri atas laporan-laporan mengenai hadirnya pasukan siluman AS di wilayah itu
."Saya ingin menggarisbawahi kegelisahan yang selalu mengiringi situasi demikian," kata Menlu Sergei Lavrov.
Protes yang dipimpin mahasiswa merebak di Teheran dan kota-kota lain selama empat hari atas penembakan pesawat yang menewaskan semua penumpangnya sebanyak 176 yang sebagian besar orang Iran atau warganegara ganda ( Iran-Kanada).
Baca juga: Indonesia-UEA inginkan ketegangan politik di Timur Tengah segera mereda
Saat pengunjuk rasa ditangkapi, Trump mencuit dalam bahasa Persia dan Inggris untuk memberi dukungan kepada pemprotes yang meneriakkan "Matilah Khamenei" dan slogan menentang Garda.
Khamenei mengatakan dalam khotbahnya: "Badut-badut Amerika ini yang berdusta dan yang mengatakan mereka bersama rakyat Iran mestinya melihat siapa rakyat Iran sebenarnya."
Tump menanggapi lewat Twitter:" Yang disebut 'Pemimpin Agung" Iran, yang belakangan ini belum begitu 'Agung', telah mengucapkan hal-hal kotor tentang AS dan Eropa. Ekonomi mereka sedang ambruk, dan rakyat mereka sengsara. Dia mesti hati-hati dengan omongannya!"
Sumber Reuters.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2020