Jakarta (Antaranews Bogor) - Calon anggota legislatif Partai Keadilan Sejahtera untuk DPRD Provinsi Jawa Tengah Eman Pramono Aristiyanto melakukan silaturahmi dengan sesepuh Nahdlatul Ulama Kabupaten Jepara Kiai Haji Nur Kholis.
"Saya menemui Kiai Nur Kholis, pimpinan Pondok Pesantren At-Taqiy di Kalipucang, Kecamatan Welahan, Jepara," katanya melalui surat elektronik yang dikirimkan di Jakarta, Sabtu.
Menurut caleg PKS DPRD Provinsi Jateng nomor urut 3 Dapil Jateng II (Kabupaten Jepara, Kudus, dan Demak) itu, di antara pembicaraan singkat dimaksud adalah tentang peran generasi muda NU untuk terlibat dalam pemerintahan atau peta perpolitikan di Indonesia.
Ia menjelaskan setelah munculnya polemik antara Eman Pramono Aristiyanto dengan kalangan muda NU Jepara terkait dengan pemasangan identitas NU dalam alat peraga dinilai sebuah terobosan yang baik
oleh pimpinan Pondok Pesantren At-Taqiy tersebut.
Eman Pramono yang aktif sebagai politikus NU Jepara itu dinilai telah memberikan nuansa berbeda dalam berorganisasi.
"Ini sebuah terobosan yang baik karena mampu menyandingkan NU dengan PKS," kata Kyai Nur Kholis saat ditemui di kediamannya Desa Kalipucang, Kecamatan Welahan, seperti dikutip Pramono.
Sementara itu, Eman Pramono yang mengunjungi K.H. Nur Kholis menyatakan bahwa sebagai "sesepuh NU" di Jepara, Kiai Nur Kholis sudah tidak mau terlibat banyak dalam dunia politik.
Hal ini agar tidak terjadi perpecahan dalam jumaah yang ada.
Meski demikian, kata dia, Kyai Nur Kholis tetap menerima kedatanganya dengan hangat.
Malahan juga mengapresiasi dengan apa yang sudah dilakukan oleh Pramono.
Pramono menambahkan bahwa kedatangannya kepada salah satu sesepuh ulama NU Jepara itu adalah dalam rangka meminta doa dan restu atas pencalonannya dalam pemilu 9 April nanti.
"Kiai Nur Kholis sekarang memutuskan untuk bersikap netral dalam pemilu. Meski demikian, bukan berarti golput," kata Pramono.
Ia menegaskan bahwa sikap netral Kiai Nur Kholis juga untuk mencegah adanya perpecahan di kalangan umat sendiri.
"Kedatangan saya hanya untuk meminta berkah doa dan restu saja, tidak ada hal lain yang dibicarakan," katanya.
Sebagai warga "Nahdliyin kultural" di Jepara, Eman Pramono Aristiyanto menegaskan bahwa pihaknya tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan para "sesepuh NU" Jepara.
"Silaturahmi dilakukan sebagai sarana komunikasi dengan kalangan `sesepuh`," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014
"Saya menemui Kiai Nur Kholis, pimpinan Pondok Pesantren At-Taqiy di Kalipucang, Kecamatan Welahan, Jepara," katanya melalui surat elektronik yang dikirimkan di Jakarta, Sabtu.
Menurut caleg PKS DPRD Provinsi Jateng nomor urut 3 Dapil Jateng II (Kabupaten Jepara, Kudus, dan Demak) itu, di antara pembicaraan singkat dimaksud adalah tentang peran generasi muda NU untuk terlibat dalam pemerintahan atau peta perpolitikan di Indonesia.
Ia menjelaskan setelah munculnya polemik antara Eman Pramono Aristiyanto dengan kalangan muda NU Jepara terkait dengan pemasangan identitas NU dalam alat peraga dinilai sebuah terobosan yang baik
oleh pimpinan Pondok Pesantren At-Taqiy tersebut.
Eman Pramono yang aktif sebagai politikus NU Jepara itu dinilai telah memberikan nuansa berbeda dalam berorganisasi.
"Ini sebuah terobosan yang baik karena mampu menyandingkan NU dengan PKS," kata Kyai Nur Kholis saat ditemui di kediamannya Desa Kalipucang, Kecamatan Welahan, seperti dikutip Pramono.
Sementara itu, Eman Pramono yang mengunjungi K.H. Nur Kholis menyatakan bahwa sebagai "sesepuh NU" di Jepara, Kiai Nur Kholis sudah tidak mau terlibat banyak dalam dunia politik.
Hal ini agar tidak terjadi perpecahan dalam jumaah yang ada.
Meski demikian, kata dia, Kyai Nur Kholis tetap menerima kedatanganya dengan hangat.
Malahan juga mengapresiasi dengan apa yang sudah dilakukan oleh Pramono.
Pramono menambahkan bahwa kedatangannya kepada salah satu sesepuh ulama NU Jepara itu adalah dalam rangka meminta doa dan restu atas pencalonannya dalam pemilu 9 April nanti.
"Kiai Nur Kholis sekarang memutuskan untuk bersikap netral dalam pemilu. Meski demikian, bukan berarti golput," kata Pramono.
Ia menegaskan bahwa sikap netral Kiai Nur Kholis juga untuk mencegah adanya perpecahan di kalangan umat sendiri.
"Kedatangan saya hanya untuk meminta berkah doa dan restu saja, tidak ada hal lain yang dibicarakan," katanya.
Sebagai warga "Nahdliyin kultural" di Jepara, Eman Pramono Aristiyanto menegaskan bahwa pihaknya tetap menjaga hubungan silaturahmi dengan para "sesepuh NU" Jepara.
"Silaturahmi dilakukan sebagai sarana komunikasi dengan kalangan `sesepuh`," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014