Cibinong (Antaranews Bogor) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan bahwa jumlah Karamba Jaring Apung (KJA) di Danau Maninjau sudah melebihi daya dukung danau tersebut sehingga menjadi salah satu faktor penyebab kematian ikan secara massal.

"Danau Maninjau hanya mampu mendukung sebanyak 6.000 KJA, sementara pada saat ini di Danau Maninjau terdapat lebih dari 14 ribu KJA," kata Kepala Pusat Penelitian Limnologi LIPI Dr Tri Widiyanto di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Selasa.

Pada konferensi pers yang diselenggarakan pada saat peresmian Gedung Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE), Cibinong Science Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ia mengungkapkan bahwa fenomena kematian ikan secara massal di Danau Maninjau, Sumatera Barat itu adalah hal yang sudah dapat diperkirakan akan terjadi.

Dikemukakannya bahwa jumlah KJA yang berlebih ini menyebabkan tingginya tingkat asupan bahan pencemar organik yang berasal dari sisa pakan dan kotoran ikan.

"Bahan tersebut akan menumpuk di dasar danau dan mengalami proses penguraian oleh mikroorganisme yang menghasilkan senyawa-beracun yang menurunkan kadar oksigen terlarut," katanya.

Ia menjelaskan bahwa perairan memiliki kemampuan alamiah untuk memulihkan lingkungannya.

"Namun kalau jumlah masukan sangat tinggi alam juga mempunyai keterbatasan dalam melakukan proses pemulihan sendiri," katanya.

Selain itu, menurut Tri Widyanto, kabut asap di sekitar Danau Maninjau juga menjadi pemicu.

Berdasarkan hasil pengamatan staf peneliti Stasiun Lapangan LIPI Danau Maninjau, kata dia, menunjukkan dalam sebulan terakhir wilayah danau dan sekitarnya tertutup kabut asap hingga jarak pandang hanya 200 meter.

Akibatnya, intensitas penyinaran matahari menurun sehingga menghambat proses fotosintesis.

"Fotosintesis menghasilkan oksigen yang dibutuhkan ikan dan hewan air lainnya," katanya menegaskan.

Tri menjelaskan perlu perbaikan teknik operasional KJA agar kondisi ini tidak terus terulang.

"Penyebaran KJA perlu dilakukan pada area yang lebih luas dan jarak yang cukup untuk meningkatkan sirkulasi air," katanya.

Di samping itu, kata dia, juga perlu dilakukan diversifikasi jenis ikan yang dipelihara.

"Yang tidak kalah penting adalah harus mewaspadai pergantian musim dengan penurunan jumlah tebar ikan dan pengurangan pemberian pakan," demikian Tri Widiyanto.

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2014