"Pengen buru-buru kerjaa...."
Begitu lah yang disampaikan oleh Raja Sapta Oktohari kepada ANTARA, Senin (7/10) ketika ditanya persiapannya menghadapi Kongres Istimewa Komite Olimpiade Indonesia (KOI) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (9/10).
Penyataan Okto, sapaan akrabnya, tersebut mungkin bagi sebagian orang terdengar terlalu dini, mengingat statusnya kini masih bakal calon tunggal Ketua Umum (ketum) KOI.
Namun sebetulnya tidak salah juga dengan dia begitu percaya diri mengatakan sudah tidak sabar ingin segera bekerja meski belum resmi menjabat sebagai ketum.
Pasalnya, nama Raja Sapta Oktohari merupakan bakal calon tunggal ketum KOI periode 2019-2023 setelah hanya satu orang yang mengembalikan formulir kepada Tim Penyaringan dan Penjaringan yang pendaftarannya dibuka sejak Jumat (27/9) dan ditutup pada Minggu (6/10) pukul 20.00 WIB.
Meski hasil verifikasi baru akan disampaikan pada Rabu (9/10), namun Okto dipastikan akan menjadi Ketum KOI 2019-2023 terpilih secara aklamasi apalagi ia juga sudah mengantongi banyak dukungan baik dari cabang olahraga olimpiade maupun non-olimpiade.
"Kalau hanya satu orang apa boleh buat. Tidak ada aturan dalam AD/ART yang menyebut satu pasangan harus dibatalkan. Kalau ada dua akan voting, tapi kalau satu berarti aklamasi. Yang penting dia memenuhi syarat administrasi," ungkap Sekretaris Tim Penyaringan dan Penjaringan Ketum dan Waketum KOI Hellen Sarita.
Jejak
Jejak dan prestasi pria berusia 43 tahun itu di dunia olah raga dan organisasi sudah terbukti sejak sembilan tahun lalu. Namanya mencuat saat dia menjadi promotor tinju Indonesia termuda yang secara konsisten menggelar pertandingan tinju internasional dan juga mencari bibit baru untuk diorbitkan sebagai juara dunia. Sebut saja Chris John dan Daud Yordan adalah dua nama yang berada di bawah manajemennya bernama Mahkota Promotion.
Lima tahun berselang, Okto yang gemar balap sepeda itu kemudian mulai menjajal diri untuk berkiprah di salah satu organisasi keolahragaan nasional. Ia ditunjuk menjadi Ketum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) pada 2015 lalu. Di bawah kepemimpinannya, ia sukses meningkatkan prestasi atlet nasional di level internasional, salah satunya meloloskan satu atlet BMX untuk pertama kalinya di Olimpiade Rio 2016.
PB ISSI, di bawah kepemimpinannya yang terus berlanjut hingga 2019 itu juga berperan penting atas pembangunan venue balap sepeda baru.
Saat Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Okto bersama PB ISSI menggunakan kesempatan itu untuk melakukan renovasi Velodrome Rawamangun menjadi Jakarta International Velodrome yang memenuhi standar Badan Sepeda Internasional (UCI) serta membangun venue balap trek Jakarta International BMX Track di Pulomas.
Tidak berhenti sampai di situ. Okto juga menjadi salah satu perwakilan Indonesia pada Kongres Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC). Atas perannya sebagai Wakil Presiden ACC, ia pun sukses mengantarkan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia nomor track 2019.
Baru satu tahun menjabat sebagai Ketum PB ISSI, Okto ditunjuk sebagai pemimpin Delegasi Indonesia (CdM) di Olimpiade Rio 2016. Okto dengan metodenya sendiri berhasil merangkul para atlet hingga bisa mengembalikan tradisi emas yang sempat terhenti di Olimpiade London 2012.
Selain berhasil mengembalikan tradisi emas, Okto juga berperan mendorong pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk memberikan bonus terbesar dalam sejarah olahraga Indonesia bagi peraih medali emas Olimpiade yakni Rp10 miliar (masing-masing Rp5 miliar untuk pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir).
Tampaknya peran Okto dalam organisasi tak pernah berjalan dalam waktu sekejap mata. Bahkan ia bisa membuktikan prestasinya meskipun harus merangkap jabatan.
Lihat saja, saat masih menjabat Ketum PB ISSI, jejak Okto semakin paripurna saat ia dipercaya menjadi Ketua Umum Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC) 2018.
Hajatan pesta olah raga penyandang disabilitas, yang merupakan tantangan baru bagi Okto itu nyatanya sukses mulai dari perencanaan dan penggunaan dana hingga pelayanan yang baik untuk para peserta.
Atas keberhasilannya itu, Asian Para Games 2018 Indonesia dianugerahi penghargaan Asian Order oleh The Asian Paralympic Committee (APC).
Menyoal prestasi atlet di Asian Para Games 2018, timnas Merah Putih juga mencetak sejarah baru, di mana Indonesia berada di posisi kelima dengan perolehan 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu.
Resolusi
Baca juga: Ini dua perenang Bekasi yang wakili Indonesia di Sea Games 2019
Berdasarkan peraturan tentang pemilihan ketum dan waketum KOI, calon tidak diperbolehkan merangkap jabatan pada Kepengurusan Tingkat Pusat (KTP) anggota dan organisasi keolahragaan nasional yang sama atau sejenis yang lain. Mentaati aturan tersebut, Okto pun menyatakan sudah mengajukan surat pengunduran diri sebagai Ketua Umum PB ISSI.
Maju sebagai bakal calon tunggal ketum KOI, visi yang dibawa Okto adalah mengembalikan kejayaan Indonesia di panggung multi event olah raga dunia.
Adapun misi yang dikejar antara lain memperjuangkan Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, mengajak semua stakeholder meningkatkan seluruh perangkat dukungan untuk sukses prestasi, administrasi, dan legacy, serta mengantarkan cabang olahraga untuk aktif berpartisipasi dalam ajang kejuaraan dunia.
"Jabatan ini bukan jabatan keren-kerenan. Setelah Kongres nanti ada pekerjaan besar yang tidak bisa ditunda-tunda. Juga ada prakualifikasi olimpiade sekaligus untuk proses mengejar Indonesia menuju tuan rumah Olimpiade 2032,," kata Okto.
Apabila Okto menjabat nanti, itu berarti dia akan menghadapi dua hajatan internasional besar terdekat, yakni SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020. Tentu itu akan menjadi debutnya sebagai ketum KOI untuk memberikan kejutan baru dalam pengembangan olah raga Indonesia.
Meskipun tidak ada proses rebut-rebutan kursi, terpilihnya Okto secara aklamasi diharapkan tidak dijadikan semata-mata hanya untuk mengisi kekosongan jabatan tertinggi dalam organisasi.
Bagaimana pun, Okto mengemban tugas berat dalam memperbaharui sistem keolahragaan nasional. Bukan hanya mengakomodir keikutsertaan tim Merah Putih dalam multi event dunia atau membawa Indonesia menjadi tuan rumah turnamen internasional, tetapi juga bersinergi dengan lembaga olahraga lain untuk menata, mengelola, dan meningkatkan pengembangan olah raga di Indonesia agar bisa berjalan lebih baik lagi.
Baca juga: 107 lifter berlaga di Kejuaraan Angkat Besi Internasional
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Begitu lah yang disampaikan oleh Raja Sapta Oktohari kepada ANTARA, Senin (7/10) ketika ditanya persiapannya menghadapi Kongres Istimewa Komite Olimpiade Indonesia (KOI) di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (9/10).
Penyataan Okto, sapaan akrabnya, tersebut mungkin bagi sebagian orang terdengar terlalu dini, mengingat statusnya kini masih bakal calon tunggal Ketua Umum (ketum) KOI.
Namun sebetulnya tidak salah juga dengan dia begitu percaya diri mengatakan sudah tidak sabar ingin segera bekerja meski belum resmi menjabat sebagai ketum.
Pasalnya, nama Raja Sapta Oktohari merupakan bakal calon tunggal ketum KOI periode 2019-2023 setelah hanya satu orang yang mengembalikan formulir kepada Tim Penyaringan dan Penjaringan yang pendaftarannya dibuka sejak Jumat (27/9) dan ditutup pada Minggu (6/10) pukul 20.00 WIB.
Meski hasil verifikasi baru akan disampaikan pada Rabu (9/10), namun Okto dipastikan akan menjadi Ketum KOI 2019-2023 terpilih secara aklamasi apalagi ia juga sudah mengantongi banyak dukungan baik dari cabang olahraga olimpiade maupun non-olimpiade.
"Kalau hanya satu orang apa boleh buat. Tidak ada aturan dalam AD/ART yang menyebut satu pasangan harus dibatalkan. Kalau ada dua akan voting, tapi kalau satu berarti aklamasi. Yang penting dia memenuhi syarat administrasi," ungkap Sekretaris Tim Penyaringan dan Penjaringan Ketum dan Waketum KOI Hellen Sarita.
Jejak
Jejak dan prestasi pria berusia 43 tahun itu di dunia olah raga dan organisasi sudah terbukti sejak sembilan tahun lalu. Namanya mencuat saat dia menjadi promotor tinju Indonesia termuda yang secara konsisten menggelar pertandingan tinju internasional dan juga mencari bibit baru untuk diorbitkan sebagai juara dunia. Sebut saja Chris John dan Daud Yordan adalah dua nama yang berada di bawah manajemennya bernama Mahkota Promotion.
Lima tahun berselang, Okto yang gemar balap sepeda itu kemudian mulai menjajal diri untuk berkiprah di salah satu organisasi keolahragaan nasional. Ia ditunjuk menjadi Ketum Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI) pada 2015 lalu. Di bawah kepemimpinannya, ia sukses meningkatkan prestasi atlet nasional di level internasional, salah satunya meloloskan satu atlet BMX untuk pertama kalinya di Olimpiade Rio 2016.
PB ISSI, di bawah kepemimpinannya yang terus berlanjut hingga 2019 itu juga berperan penting atas pembangunan venue balap sepeda baru.
Saat Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games 2018, Okto bersama PB ISSI menggunakan kesempatan itu untuk melakukan renovasi Velodrome Rawamangun menjadi Jakarta International Velodrome yang memenuhi standar Badan Sepeda Internasional (UCI) serta membangun venue balap trek Jakarta International BMX Track di Pulomas.
Tidak berhenti sampai di situ. Okto juga menjadi salah satu perwakilan Indonesia pada Kongres Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC). Atas perannya sebagai Wakil Presiden ACC, ia pun sukses mengantarkan Indonesia untuk menjadi tuan rumah Kejuaraan Asia nomor track 2019.
Baru satu tahun menjabat sebagai Ketum PB ISSI, Okto ditunjuk sebagai pemimpin Delegasi Indonesia (CdM) di Olimpiade Rio 2016. Okto dengan metodenya sendiri berhasil merangkul para atlet hingga bisa mengembalikan tradisi emas yang sempat terhenti di Olimpiade London 2012.
Selain berhasil mengembalikan tradisi emas, Okto juga berperan mendorong pemerintah melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk memberikan bonus terbesar dalam sejarah olahraga Indonesia bagi peraih medali emas Olimpiade yakni Rp10 miliar (masing-masing Rp5 miliar untuk pasangan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir).
Tampaknya peran Okto dalam organisasi tak pernah berjalan dalam waktu sekejap mata. Bahkan ia bisa membuktikan prestasinya meskipun harus merangkap jabatan.
Lihat saja, saat masih menjabat Ketum PB ISSI, jejak Okto semakin paripurna saat ia dipercaya menjadi Ketua Umum Indonesia Asian Para Games Organizing Committee (INAPGOC) 2018.
Hajatan pesta olah raga penyandang disabilitas, yang merupakan tantangan baru bagi Okto itu nyatanya sukses mulai dari perencanaan dan penggunaan dana hingga pelayanan yang baik untuk para peserta.
Atas keberhasilannya itu, Asian Para Games 2018 Indonesia dianugerahi penghargaan Asian Order oleh The Asian Paralympic Committee (APC).
Menyoal prestasi atlet di Asian Para Games 2018, timnas Merah Putih juga mencetak sejarah baru, di mana Indonesia berada di posisi kelima dengan perolehan 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu.
Resolusi
Baca juga: Ini dua perenang Bekasi yang wakili Indonesia di Sea Games 2019
Berdasarkan peraturan tentang pemilihan ketum dan waketum KOI, calon tidak diperbolehkan merangkap jabatan pada Kepengurusan Tingkat Pusat (KTP) anggota dan organisasi keolahragaan nasional yang sama atau sejenis yang lain. Mentaati aturan tersebut, Okto pun menyatakan sudah mengajukan surat pengunduran diri sebagai Ketua Umum PB ISSI.
Maju sebagai bakal calon tunggal ketum KOI, visi yang dibawa Okto adalah mengembalikan kejayaan Indonesia di panggung multi event olah raga dunia.
Adapun misi yang dikejar antara lain memperjuangkan Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032, mengajak semua stakeholder meningkatkan seluruh perangkat dukungan untuk sukses prestasi, administrasi, dan legacy, serta mengantarkan cabang olahraga untuk aktif berpartisipasi dalam ajang kejuaraan dunia.
"Jabatan ini bukan jabatan keren-kerenan. Setelah Kongres nanti ada pekerjaan besar yang tidak bisa ditunda-tunda. Juga ada prakualifikasi olimpiade sekaligus untuk proses mengejar Indonesia menuju tuan rumah Olimpiade 2032,," kata Okto.
Apabila Okto menjabat nanti, itu berarti dia akan menghadapi dua hajatan internasional besar terdekat, yakni SEA Games 2019 dan Olimpiade Tokyo 2020. Tentu itu akan menjadi debutnya sebagai ketum KOI untuk memberikan kejutan baru dalam pengembangan olah raga Indonesia.
Meskipun tidak ada proses rebut-rebutan kursi, terpilihnya Okto secara aklamasi diharapkan tidak dijadikan semata-mata hanya untuk mengisi kekosongan jabatan tertinggi dalam organisasi.
Bagaimana pun, Okto mengemban tugas berat dalam memperbaharui sistem keolahragaan nasional. Bukan hanya mengakomodir keikutsertaan tim Merah Putih dalam multi event dunia atau membawa Indonesia menjadi tuan rumah turnamen internasional, tetapi juga bersinergi dengan lembaga olahraga lain untuk menata, mengelola, dan meningkatkan pengembangan olah raga di Indonesia agar bisa berjalan lebih baik lagi.
Baca juga: 107 lifter berlaga di Kejuaraan Angkat Besi Internasional
Biodata
Tempat, tanggal lahir:
Jakarta, 19 Oktober 1975
Orangtua:
Oesman Sapta Odang dan Serviati Oesman
Karier dan Organisasi:
1. Ketua INAPGOC
2. Presiden Direktur Mahkota Properti Indo (2013-sekarang)
3. Chief de Mission Kontingen Indonesia pada Olimpiade Rio de Janeiro (2016)
3. Ketua Umum HIPMI (2011-2014)
4. Ketua Umum PB ISSI (2015-sekarang)
5. Promotor Tinju (Mahkota Promotion)
6. Wakil Presiden Federasi Balap Sepeda Asia (ACC)
7. Anggota Federasi Balap Sepeda Dunia (UCI).
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019