Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau mengingatkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi air yang bersumber dari kubangan bekas pertambangan bauksit, karena dapat menimbulkan penyakit berbahaya hingga kematian.
Kepala Dinkes Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Minggu mengatakan, air yang berasal dari kubangan bekas pertambangan bauksit mengandung almunium, besi dan partikel lainnya yang dapat merusak organ tubuh hingga syaraf pusat.
"Air yang diambil dari sumber kubangan, yang masih tampak lumpur kuning seharusnya tidak dikonsumsi, karena digunakan untuk mandi saja tidak memungkinkan karena merusak kulit," ujarnya.
Baca juga: Pariwisata di Batam tidak terpengaruh kabut asap
Tjetjep mengatakan almunium yang dikandung di dalam air tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan pada orang yang mengonsumsinya, meskipun setelah direbus hingga mendidih. Bahkan air yang tidak steril itu dapat mempercepat pikun.
"Kerusakan pada paru-paru, jantung, dan ginjal. Ini bisa menyebabkan gagal ginjal jika partikel itu tertimbun di ginjal," jelasnya.
Tjetjep mengatakan air yang dikonsumsi oleh masyarakat harus berasal dari sumber air bersih, bukan dari bekas galian bauksit. Contohnya, air yang dikelola PDAM Tirta Kepri atau air sumur yang sudah diuji kualitasnya.
"Sumber air untuk dikonsumsi itu harus bersih. Ciri-ciri air bersih itu tidak berwarna dan tidak bau," katanya.
Baca juga: Waduh, 40 hektare hutan lindung Batam terbakar
Ia menyesalkan sikap oknum penjual air keliling yang curang. Penjual seharusnya tidak memanfaatkan musim kering ini dengan menjual air dari bekas galian bauksit, melainkan harus memperhatikan dampaknya.
"Jangan pula melakukan kegiatan sosial dengan menyumbang air yang berasal dari sumber air yang tidak sehat," ucapnya.
Berdasarkan hasil penelusuran Antara sejak pekan lalu hingga hari ini masih banyak pedagang curang menjual air yang bersumber dari kubangan bekas galian bauksit di Senggarang Tanjungpinang, dan Wakil Copek, Bintan.
Pedagang menjual air dengan harga Rp50.000-Rp60.000 per 1.000 liter.
Baca juga: Bu Rini perintahkan bangun SMK persiapkan SDM hilirisasi bauksit
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019
Kepala Dinkes Kepri Tjetjep Yudiana, di Tanjungpinang, Minggu mengatakan, air yang berasal dari kubangan bekas pertambangan bauksit mengandung almunium, besi dan partikel lainnya yang dapat merusak organ tubuh hingga syaraf pusat.
"Air yang diambil dari sumber kubangan, yang masih tampak lumpur kuning seharusnya tidak dikonsumsi, karena digunakan untuk mandi saja tidak memungkinkan karena merusak kulit," ujarnya.
Baca juga: Pariwisata di Batam tidak terpengaruh kabut asap
Tjetjep mengatakan almunium yang dikandung di dalam air tersebut dapat menyebabkan kelumpuhan pada orang yang mengonsumsinya, meskipun setelah direbus hingga mendidih. Bahkan air yang tidak steril itu dapat mempercepat pikun.
"Kerusakan pada paru-paru, jantung, dan ginjal. Ini bisa menyebabkan gagal ginjal jika partikel itu tertimbun di ginjal," jelasnya.
Tjetjep mengatakan air yang dikonsumsi oleh masyarakat harus berasal dari sumber air bersih, bukan dari bekas galian bauksit. Contohnya, air yang dikelola PDAM Tirta Kepri atau air sumur yang sudah diuji kualitasnya.
"Sumber air untuk dikonsumsi itu harus bersih. Ciri-ciri air bersih itu tidak berwarna dan tidak bau," katanya.
Baca juga: Waduh, 40 hektare hutan lindung Batam terbakar
Ia menyesalkan sikap oknum penjual air keliling yang curang. Penjual seharusnya tidak memanfaatkan musim kering ini dengan menjual air dari bekas galian bauksit, melainkan harus memperhatikan dampaknya.
"Jangan pula melakukan kegiatan sosial dengan menyumbang air yang berasal dari sumber air yang tidak sehat," ucapnya.
Berdasarkan hasil penelusuran Antara sejak pekan lalu hingga hari ini masih banyak pedagang curang menjual air yang bersumber dari kubangan bekas galian bauksit di Senggarang Tanjungpinang, dan Wakil Copek, Bintan.
Pedagang menjual air dengan harga Rp50.000-Rp60.000 per 1.000 liter.
Baca juga: Bu Rini perintahkan bangun SMK persiapkan SDM hilirisasi bauksit
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019