Wali Kota Bogor, Bima Arya mengatakan bahwa Kota masa depan adalah dimana semua pihak bisa berkolaborasi melalui konsep pentahelix (pemerintah, pelaku usaha, komunitas, akademisi dan media) dan bisa sama-sama merubah mindset (pola pikir).

“Jadi semua harus berkolaborasi dengan konsep pentahelix. Banyak infrastruktur dibangun tidak dari APBD tapi dari CSR dan ini hasil dari kolaborasi,” katanya saat menjadi salah satu pembicara bertemakan Creating The Cities of The Future dalam acara Congress of Indonesian Diaspora (CID-5), di Kota Kasablanka, Jalan Casablanca Raya, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (10/08/2019).

Menurut dia, Kota masa depan adalah dimana ruang publiknya memadai untuk kebersamaan juga untuk identitas kota. Sejak 5 tahun kepemimpinannya yang lalu sudah banyak ruang terbuka publik dibangun.

“Contohnya sudah banyak dibangun jalur pedestrian, yang tadinya hanya bisa dilewati satu orang sekarang ribuan orang bisa lewat untuk berjalan kaki atau berlari,” ujarnya.

Kota masa depan adalah kota dimana pelayanan publiknya berjalan dengan baik dan profesional. Perizinan berjalan dengan online, tidak lagi ada calo.

“Sejak 5 tahun lalu kita fokus untuk membangun perizinan secara online dan minggu depan kita akan meresmikan Mal Pelayanan Publik pertama di Jawa Barat untuk birokrasi yang profesional dan transparan,” jelasnya.

Selain itu, Kota masa depan adalah kota yang birokratnya melayani dengan baik dan cepat untuk warganya.

“Kita sudah memiliki aplikasi Sistem informasi berbagi aduan dan saran (Si Badra). Jadi warga bisa lapor dengan cara memfotonya dan dikirim. Jika tidak direspon oleh OPD terkait maka terakhir akan ada pemberitahuan ke Wali Kota. Jadi semua pelayanan  publik harus berlari dan tidak bisa lagi diam,” tutur Bima.

Kota masa depan adalah dimana pemimpinnya bisa dijangkau dengan cepat melalui semua kanal media. Pemkot Bogor baru saja mendapatkan penghargaan sebagai kota se Jawa Barat yang mengelola media sosialnya untuk kepentingan warga.

“Sejak 5 tahun lalu saya menunjuk juru bicara setiap dinas agar bisa melayani curhatnya warga,” ujarnya.

Di periode kedua ini ada program Lurah Challenge. Di Bantarjati bulan lalu ia sempat melihat begitu banyak sampah di aliran sungai dan kotor, kemudian ia menantang lurah dalam waktu 3 minggu aliran sungai tersebut harus bersih.  “Jadi kata kuncinya If there is a will, there is a way (Jika ada kemauan pasti ada jalan),” katanya.

Selain itu saat ini, program Naturalisasi Ciliwung sedang digalakkan Pemkot Bogor yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat, mengembangkan daerah tujuan wisata dan rekreasi keluarga di sepanjang Sungai Ciliwung, serta mengurangi resiko bencana.

Kota masa depan harus bisa merubah mindset, yaitu mindset birokrat dan warga. Birokrat saat ini kebanyakan hanya menggugurkan kewajiban dengan anggaran yang ada. Sementara itu, masih banyak mindset warga yang tidak mau merawat fasilitas yang telah dibangun Pemkot Bogor.“Jadi semuanya tentang mindset,” sebut Bima.

Menjawab salah satu peserta yang hadir mengenai pengelolaan sampah. Bima menuturkan, Pemkot Bogor dengan Plastic Energy Inggris telah menyepakati pembangunan pengolahan sampah plastik menjadi biodiesel tahun 2020 dengan nilai investasi sebesar 45 juta dollar Amerika atau Rp. 630 Miliar diatas lahan 10 hektar di kawasan TPA Galuga.

“Nanti sampah plastik diubah menjadi biodiesel. Kuncinya adalah rangkaian pengolahan mulai dari hulu ke hilir. Di hulu di daur ulang dengan cara mendirikan Bank Sampah dan TPS 3R, kemudian di hilir di olah lagi,” katanya.

Upaya lain dalam pengelolaan sampah adalah produksi sampah plastik dikurangi. Pemkot Bogor telah mengeluarkan Peraturan Walikota (Perwali) Nomor 61 Tahun 2018 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di pusat perbelanjaan, ritel, swalayan dan toko besar.  “Rencananya perwali ini akan diperluas hingga ke pasar tradisional,” katanya.

Pewarta: Oleh: Humas Setdakot Bogor

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019