Rektor Universitas Gajah Mada (UGM) Panut Mulyono mengatakan kehadiran profesor, dosen, peneliti atau mitra dari luar negeri memang diperlukan, namun tidak harus menjadi dosen tetap apalagi menjabat rektor di perguruan tinggi negeri (PTN) Indonesia.
"Lebih baik, menurut saya, mitra-mitra kita profesor asing dari mancanegara itu tidak harus sebagai dosen tetap; tetapi bisa mengajar satu semester, beraktivitas dengan dosen-dosen kita, meneliti bersama, dosen kita ke sana. Itu sangat bagus karena itu lebih mungkin," kata Panut usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wapres Jakarta, Rabu.
Panut mengatakan selama ini kampus-kampus negeri sebenarnya sudah bekerja sama dengan mitra asing dalam hal meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Sehingga, bentuk kerja sama seperti itu lebih efektif diterapkan dan ditingkatkan daripada mempekerjakan profesor asing menjadi rektor atau dosen tetap di PTN.
Untuk bekerja sama dengan mitra asing tersebut memerlukan dana yang tidak sedikit, sehingga seringkali kampus negeri harus mempertimbangkan untuk mendatangkan profesor asing.
"Mitra kita di UGM itu ratusan, bahkan ribuan. Tapi untuk kita bisa mendatangkan mereka beraktivitas di UGM untuk mengajar, membimbing dan sebagainya itu juga perlu dana, perlu memberikan insentif, menyediakan tempat tinggal," katanya.
Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi menargetkan sedikitnya lima PTN akan dipimpin rektor terbaik dari luar negeri pada 2024. Hal itu bertujuan untuk meningkatkan kualitas PTN dalam menciptakan lulusan di era persaingan global.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kehadiran profesor asing merupakan bagian dari kerja sama antara universitas terbaik di luar negeri dengan PTN. Oleh karena itu, JK menyarankan sebaiknya tenaga pendidik asing itu tidak langsung menjabat sebagai rektor melainkan bisa dimulai dari penasihat teknis atau dekan.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019