Bom mortir mendarat di pinggir Tripoli, hampir menghantam satu klinik serta menambah besar penderitaan rakyat setelah dua pekan serangan oleh tentara Libya Timur terhadap Ibu Kota Libya, yang dikuasai oleh pemerintah yang didukung PBB.

Suara ledakan bom terdengar pada malam hari di beberapa bagian Tripoli, tempat pertempuran berkecamuk di dua pinggir selatan Tripoli, kata warga dan seorang personel militer Libya Timur.

Pemboman tersebut terjadi sehari setelah tujuh orang tewas, ketika roket Grad menghantam wilayah yang berpenduduk padat di Tripoli, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi. Pasukan Libya Timur, di bawah kendali Jedneral Khalifa Haftar, telah berusaha merebut ibu kota Libya, operasi yang menambah parah kekacauan yang telah melanda negara penghasil minyak itu sejak 2011.

Tentara Nasional Libya (LNA) di bawah pimpinan Haftar, yang berpusat di Benghazi, Libya Timur, telah berkubu di pinggir selatan ibu kota Libya.

Di As-Suani, pinggir barat-daya Tripoli, wartawan Reuters melihat dua bom mortir hampir menghantam satu klinik. Sementara itu pertempuran telah menewaskan 205 orang, termasuk 18 warga sipil, dan melukai 913 orang sejak operasi terhadap Tripoli dilancarkan, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (18/4).

Warga lokal menuduh pasukan Haftar melakukan pemboman itu, dan mengatakan beberapa roket telah ditembakkan dari arah posisi Haftar di sebelah selatan Tripoli.

"Kami mengatakan kepada PBB dan Dewan Keamanan: Dengagar. Dengar suara pemboman ... Roket berdatangan menghujani kami. Karena alasan ini, tolong temukan penyelesaian buat kami," kata Youssef Salem, seorang warga As-Suani yang meninggalkan rumahnya.

LNA telah membantah mereka membom daerah permukiman.

Pemerintah di Tripoli mengeluarkan surat penangkapan buat Haftar dan pejabat senior lain Libya Timur, dan menuduh mereka bersalah sehubungan dengan pemboman pada Rabu.

Sementaraa itu, para pejabat Libya Timur juga sudah mengeluarkan surat penangkapan buat Perdana Menteri Fayez As-Serraj dan pejabat lain Libya Barat, sementara tak ada tanda penyelesaian politik atau bahkan gencatan senjata.

Negara Barat khawatir tapi tak bisa menyajikan front bersatu sehubungan dengan bentrokan paling akhir dalam lingkaran kerusuhan dan pertempuran yang telah merongrong Libya sejak orang kuat negeri tersebut Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011.

Sumber: Reuters
 

Pewarta: Chaidar Abdullah

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019