Pengamat politik Dr Uu Nurul Huda SH MH, mengatakan semua Calon Presiden (Capres) Indonesia saat ini memainkan peran Agama menjadi instrumen politik identitas untuk meraih dukungan masyarakat.

Selain fenomena politik identitas, juga isue hoax, dan fitnah menjamur subur pada pemilihan presiden tahun ini, hal itu disampaikan Uu melaui pesan elektronik kepada ANTARA di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (13/4/19).

"Selalu saja semua politisi kita mengingatkan bagaimana menghindari politisasi agama, tapi pada saat yang bersamaan mereka juga genit memainkan simbol - simbol agama," kata Uu.

Jadi, lanjut Uu bahwa politik identitas atau menjadikan Agama sebagai instrumen politik tidak bisa di pisahkan dari kancah demokrasi ini.

"Itu yang sering saya bilang, banyak politisi kita ini tidak jujur dengan dirinya sendiri," kata Uu yang juga mantan Komisioner KPUD Kabupaten Kuningan.

Tentu kondisi ini memprihatinkan, karena jika tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumbu perpecahan dan konflik horizonthal.

Uu melanjutkan, bahwa politik identitas, isue hoax dan fitnah sepertinya masih menjadi magnet yang efektif digunakan untuk meyakinkan pemilih.

"Lucunya ini dilakukan oleh semua 'team sukses' nya, lihat saja spanduk-spanduk yang resmi dibuat, ada yang tertulis pilih kyai atau ulama, didukung ijtima' ulama dan masing-masing capres dan cawapres itu pun diserang isu SARA," paparnya.

Atas dasar itu kata Uu, pada akhirnya pemilih akan menentukan pilihan untuk semua capres dan cawapres, bukan berdasarkan hoax, fitnah dan SARA, tapi berdasarkan referensi informasi yang diterima dan diyakininya serta preferensi ketokohan dan kefiguran.

Pewarta: Arief Amarudin

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019