Jakarta (Antara) - Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS) Nurul Fikri meluncurkan Gerakan Anti-Rokok di Indonesia, kata juru bicara organisasi itu.
"Gerakan Anti Rokok Indonesia 9cm ini mempunyai `tagline` `Brave to Change`," kata Lusi Cahya Pertiwi, dari Bidang Kemitraan, Fundraising dan Humas PPSDMS Nurul Fikri di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa "tagline" itu mengandung makna bahwa sudah saatnya semua pihak berubah dan berani mengubah.
"Kita mengetahui apa saja yang akan disebabkan apabila seseorang merokok, hal ini tertera jelas pada bungkus-bungkus rokok yang diperjualbelikan, namun anehnya masih saja dikonsumsi secara massal," katanya.
Menurut dia, gerakan tersebut diluncurkan bertepatan dengan satu tahun masa pembinaan para mahasiswa peserta penerima beasiswa angkatan VI tahun 2012-2014 dari PPSDMS-NF melalui kegiatan National Leadership Camp (NLC) 2013.
NLC itu berlangsung 23-25 Agustus 2013, yang bertempat di gedung PPSDMS NF, Jalan Raya Lenteng Agung No. 20, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, dan Gunung Bunder, Bogor itu diikuti 250 mahasiswa dari tujuh perguruan tinggi di Indonesia.
Salah satu dari rangkaian acara NLC 2013 ini diadakan peluncuran Gerakan Anti-Rokok, 9cm.
Gerakan itu, katanya, digagas oleh para peserta penerima beasiswa PPSDMS Nurul Fikri Angkatan VI sebagai salah satu bentuk program "community development" yang coba dibangun untuk masyarakat di lingkungan sekitar.
Ia menambahkan gerakan yang diberi nama 9cm ini terinspirasi oleh puisi karya Taufik Ismail berjudul "Tuhan 9cm".
Potongan sajak puisi itu, katanya, menggambarkan bahwa puisi tersebut menceritakan tentang Indonesia sebagai negara yang diibaratkan sebagai "surga bagi para perokok", dan sebaliknya bagi mereka yang tidak merokok.
"Padahal dibandingkan dengan hal-hal lain yang diharamkan, seperti minuman keras dan daging babi, rokok tidak kalah berbahayanya. Lantas, harus diapakankah rokok?," katanya.
Ditegaskan begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok, yaitu untuk kesehatan, keuangan rumah tangga, atau ekonomi politik.
"Tidak sedikit kerabat, teman, atau bahkan keluarga kita yang harus menderita karena penyakit yang ditimbulkan oleh rokok atau berkurangnya anggaran rumah tangga untuk hal-hal yang lebih dibutuhkan karena ada anggaran yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi rokok," katanya.
Beranjak dari keprihatinan itu, 15 orang mahasiswa-mahasiswi Universitas Indonesia (UI) dikuatkan untuk melakukan gerakan untuk mewujudkan Indonesia tanpa rokok.
Mahasiswa-mahasiswi aktif di kampus yang berasal dari lintas rumpun ilmu ini berkomitmen untuk membangun gerakan yang bersahabat, menyenangkan, dan terintegrasi untuk mewujudkan hal itu.
"Ini adalah sebuah tantangan besar karena gerakan ini berbeda dengan gerakan anti-korupsi atau anti-minuman keras," katanya.
Mereka yang melakukan korupsi dan meminum minuman keras, katanya, telah mendapatkan stigma negatif dalam masyarakat.
Sedangkan orang yang korupsi tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat serta mereka yang meminum minuman keras dianggap sebagai orang yang berandal dan sering membuat risih masyarakat.
"Namun mereka yang merokok tidak bisa mengalami hal yang sama," katanya dan memberi contoh mulai dari seorang ayah di rumah, bapak-bapak di masjid, polisi, guru, hingga anak-anak jalanan merokok.
"Bagaimana bisa mereka dikatakan sebagai orang jahat dengan merokok?," katanya setengah bertanya.
Tekad berani mengubah itu, katanya, diimplementasikan mulai dari awal gerakan ini dilakukan, yakni pada tanggal 9 Juli 2013, sekitar 50 orang pemuda-pemudi menyebar di sekitar area Terminal Kota Depok untuk menantang masyarakat yang merokok dan tidak merokok berbuat sesuatu terhadap rokok.
Tantangan kepada masyarakat ini diberi tema "Challenge To Change".
Bagi masyarakat yang merokok ditantang untuk menukarkan berapapun rokok yang mereka punya dengan susu kotak dan pulpen kapsul yang disediakan oleh para pemuda ini.
Ada yang menukarkan dua batang, tiga batang, lima batang, bahkan dua bungkus rokoknya.
"Hal ini berarti bahwa mereka sebenarnya sangat ingin berhenti merokok, namun candu yang menjangkiti membuat mereka menyerah dan kalah dalam usaha berhenti merokok," demikian Lusi Cahya Pertiwi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Gerakan Anti Rokok Indonesia 9cm ini mempunyai `tagline` `Brave to Change`," kata Lusi Cahya Pertiwi, dari Bidang Kemitraan, Fundraising dan Humas PPSDMS Nurul Fikri di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa "tagline" itu mengandung makna bahwa sudah saatnya semua pihak berubah dan berani mengubah.
"Kita mengetahui apa saja yang akan disebabkan apabila seseorang merokok, hal ini tertera jelas pada bungkus-bungkus rokok yang diperjualbelikan, namun anehnya masih saja dikonsumsi secara massal," katanya.
Menurut dia, gerakan tersebut diluncurkan bertepatan dengan satu tahun masa pembinaan para mahasiswa peserta penerima beasiswa angkatan VI tahun 2012-2014 dari PPSDMS-NF melalui kegiatan National Leadership Camp (NLC) 2013.
NLC itu berlangsung 23-25 Agustus 2013, yang bertempat di gedung PPSDMS NF, Jalan Raya Lenteng Agung No. 20, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, dan Gunung Bunder, Bogor itu diikuti 250 mahasiswa dari tujuh perguruan tinggi di Indonesia.
Salah satu dari rangkaian acara NLC 2013 ini diadakan peluncuran Gerakan Anti-Rokok, 9cm.
Gerakan itu, katanya, digagas oleh para peserta penerima beasiswa PPSDMS Nurul Fikri Angkatan VI sebagai salah satu bentuk program "community development" yang coba dibangun untuk masyarakat di lingkungan sekitar.
Ia menambahkan gerakan yang diberi nama 9cm ini terinspirasi oleh puisi karya Taufik Ismail berjudul "Tuhan 9cm".
Potongan sajak puisi itu, katanya, menggambarkan bahwa puisi tersebut menceritakan tentang Indonesia sebagai negara yang diibaratkan sebagai "surga bagi para perokok", dan sebaliknya bagi mereka yang tidak merokok.
"Padahal dibandingkan dengan hal-hal lain yang diharamkan, seperti minuman keras dan daging babi, rokok tidak kalah berbahayanya. Lantas, harus diapakankah rokok?," katanya.
Ditegaskan begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh rokok, yaitu untuk kesehatan, keuangan rumah tangga, atau ekonomi politik.
"Tidak sedikit kerabat, teman, atau bahkan keluarga kita yang harus menderita karena penyakit yang ditimbulkan oleh rokok atau berkurangnya anggaran rumah tangga untuk hal-hal yang lebih dibutuhkan karena ada anggaran yang dikeluarkan untuk mengkonsumsi rokok," katanya.
Beranjak dari keprihatinan itu, 15 orang mahasiswa-mahasiswi Universitas Indonesia (UI) dikuatkan untuk melakukan gerakan untuk mewujudkan Indonesia tanpa rokok.
Mahasiswa-mahasiswi aktif di kampus yang berasal dari lintas rumpun ilmu ini berkomitmen untuk membangun gerakan yang bersahabat, menyenangkan, dan terintegrasi untuk mewujudkan hal itu.
"Ini adalah sebuah tantangan besar karena gerakan ini berbeda dengan gerakan anti-korupsi atau anti-minuman keras," katanya.
Mereka yang melakukan korupsi dan meminum minuman keras, katanya, telah mendapatkan stigma negatif dalam masyarakat.
Sedangkan orang yang korupsi tidak akan dipercaya lagi oleh masyarakat serta mereka yang meminum minuman keras dianggap sebagai orang yang berandal dan sering membuat risih masyarakat.
"Namun mereka yang merokok tidak bisa mengalami hal yang sama," katanya dan memberi contoh mulai dari seorang ayah di rumah, bapak-bapak di masjid, polisi, guru, hingga anak-anak jalanan merokok.
"Bagaimana bisa mereka dikatakan sebagai orang jahat dengan merokok?," katanya setengah bertanya.
Tekad berani mengubah itu, katanya, diimplementasikan mulai dari awal gerakan ini dilakukan, yakni pada tanggal 9 Juli 2013, sekitar 50 orang pemuda-pemudi menyebar di sekitar area Terminal Kota Depok untuk menantang masyarakat yang merokok dan tidak merokok berbuat sesuatu terhadap rokok.
Tantangan kepada masyarakat ini diberi tema "Challenge To Change".
Bagi masyarakat yang merokok ditantang untuk menukarkan berapapun rokok yang mereka punya dengan susu kotak dan pulpen kapsul yang disediakan oleh para pemuda ini.
Ada yang menukarkan dua batang, tiga batang, lima batang, bahkan dua bungkus rokoknya.
"Hal ini berarti bahwa mereka sebenarnya sangat ingin berhenti merokok, namun candu yang menjangkiti membuat mereka menyerah dan kalah dalam usaha berhenti merokok," demikian Lusi Cahya Pertiwi.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013