Seperti yang kita tahu permasalahan yang saat ini muncul di Indonesia sangatlah beragam, salah satunya yaitu semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Hal ini erat kaitannya dengan ketersediaan pangan di Indonesia yang tidak berbanding lurus dengan bertambahnya jumlah penduduk. Seharusnya pertumbuhan jumlah penduduk ini berbanding lurus dengan ketersediaan pangan di Indonesia sehingga kebutuhan pangan untuk masyarakat dapat tercukupi.

Salah satu faktor yang menyebabkan permasalah ini yaitu kurangnya sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan mengenai pengolahan pangan guna kelangsungan hidup masyarakat sekitarnya. Hal ini menyebabkan besarnya impor yang dilakukan oleh Indonesia terhadap beberapa komoditi pangan salah satunya yaitu beras. Menurut data Badan Pusat Statistik, Indonesia telah melakukan impor beras sebanyak 2,25 juta ton sepanjang tahun 2018.

Hal ini dapat berlangsung karena kurangnya pengetahuan dari sebagian besar masyarakat Indonesia mengenai pemanfaatan pangan lokal. Masyarakat terbiasa mengkonsumsi beras sebagai kebutuhan pangan pokok dalam keseharianya. Sedangkan lahan yang dapat digunakan untuk menanam padi di Indonesia sendiri untuk saat ini sudah mulai berkurang. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Oleh karena itu peranan ilmu pangan disini sangat dibutuhkan. Ilmu pangan merupakan prinsip ilmu yang mempelajari mengenai sains, sifat kimia maupun fisik pangan itu sendiri, bagaimana cara pengolahannya mulai dari pasca panen sampai pangan tersebut siapdi konsumsi, sehingga dihasilkan produk pangan yang dapat dikonsumsi dengan aman, bergizi dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.

Disini peran ilmu pangan dalam menjawab tantangan pembangunan Indonesia yaitu dengan cara meningkatkan pemanfaatan maupun penggunaan dari pangan lokal beserta diversifikasi yang dapat digunakan agar pangan lokal tersebut dapat memiliki nilai jual. Kurangnya edukasi kepada masyarakat awam mengenai sumber pangan pokok yang dapat dikonsumsi tidak hanya beras saja. Ada beberapa  sumber pangan lain yang juga memiliki kandungan karbohidrat tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber pangan pokok, diantaranya, yaitu kentang, singkong, ubi jalar, jagung, dan masih banyak lainnya. Diharapkan jika sebagian masyarakat ada yang mulai beralih mengkonsumsi pangan di atas sebagai sumber bahan pangan pokok, dapat menekan jumlah impor yang di lakukan oleh Indonesia.

Cara lainnya yaitu dengan melakukan diversifikasi pangan. Diversifikasi pangan merupakan salah satu metoda pengolahan pangan, yang memanfaatkan beberapa sumber pangan seperti kentang untuk diolah lebih lanjut contohnya dilakukan fermentasi sehingga di hasilkan produk pangan yang dapat memiliki nilai jual. Seperti yang kita tahu, kentang dapat merupakan sumber karbohirat, kita dapat memanfaatkan kentang menjadi penganan dalam bentuk donat. Mungkin untuk saat ini donat kentang kurang populer dan asing terdengar oleh masyarakat. Namun jika kita dapat menggunakan kentang sebagai bahan baku utama pembuatan donat, tidak menutup kemungkinan kita juga dapat menekan jumlah impor terigu yang cukup besar.

Selain donat kentang ini dapat menggantikan beras, donat kentang juga dapat memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibanding bahan asalnya yaitu kentang. Jika sebagian masyarakat mulai tersadar bahwa ada beberapa pangan lokal yang dapat menggantikan beras dan kita dapat mengolahnya menjadi suatu produkyang memiliki nilai jual, secara tidak langsung ini dapat memperbaiki ekonomi ataupun dapat memberikan sebuah lapangan pekerjaan baru bagi masyakat yang akan memulai usaha dalam bidang pangan. Sehingga jumlah pengangguran di Indonesia sedikitnya dapat berkurang.

Selain itu, peran ilmu pangan dalam menjawab tantangan pembangunan yaitu memberikan lebih banyak edukasi terhadap masyarakat mengenai bagaimana kita dapat memanfaatkan pangan lokal kemudian diolah menjadi suatu produk yang miliki nilai jual lebih tinggi.Dengan demikian ketersediaan pangan di Indonesia guna kelangsungan hidup masyarakat dapat tercapai.

Oleh: Sri Rahayu, Mahasiswa Magister Ilmu Pangan - Institut Pertanian Bogor (IPB).

Pewarta: Sri Rahayu

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019