Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyatakan perkembangan teknologi yang memasuki revolusi industri 4.0 tak peru ditakutkan maupun dikhawatirkan tetapi perlu diantisipasi dan direspons secara memadai.

"Perkembangan teknologi industri ini tentunya akan memunculkan sejumlah tantangan namun dibalik itu semua ada peluang-peluang yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya," kata Hanif dalam sambutannya pada acara seminar nasional bertajuk Tantangan Ketenagakerjaan dan Proteksi Sosial dalam Menghadapi Induatri 4.0 di Sekolah Pascasarjana Universitas Pancasila Jakarta, Kamis.

Ia mengatakan jejak perjalanan revolusi industri tahap pertama ketika ditemukan mesin uap dan perkembangan terus berlangsung hingga ditemukan listrik. Tentunya perubahan-perubahan kedepan akan terus berlangsung termasuk yang terkait dengan pekerjaan.

"Kita bisa lihat sekarang dari produk-produk yang ada sekarang misalnya hari ini ada anak muda pakai 'gadget' yang paling canggih, bulan depan sudah keluar lagi yang paling baru dan lebih canggih lagi," katanya.

Dikatakannya, kecepatan ini yang harus diantisipasi karena yang cepat akan mengalahkan yang lambat, yang paling responsif akan mengalahkan yang tidak responsif. "Jadi persaingannya adalah persaingan kecepatan jadi kalau kita tidak cepat dalam bekerja tidak tepat dalam inovasi, maka kita pasti akan tertinggal baik sebagai individu sebagai sebuah entitas bisnis maupun sebagai negara." ujarnya.   

Hanif mengatakan yang perlu dilihat dari perjalanan revolusi industri 4.0 adalah proses transformasi industri dari tahap 1, 2, 3 dan 4 dari sisi durasi waktu berjalan lebih cepat.  

"Yang membedakan revolusi industri 4.0 dibandingkan revolusi industri sebelumnya adalah kombinasi tiga hal sekaligus yang sangat penting, yaitu manusia, mesin, dan big data," katanya.

Ketiganya jika menyatu dan dikolaborasi bersama sehingga membuat segala sesuatu menjadi sangat mudah.

Editor berita: F. Yunianto

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019