Depok (Antaranews Megapolitan) - Kedutaan Besar Azerbaijan mengampanyekan keadilan untuk Khojaly (Justice for Khojaly) setelah terjadinya tragedi kemanusiaan Khojaly, 26 Februari 1992, akibat adanya agresi Armenia.

Pemaparan kampanye tersebut diberikan oleh Charge d'Affaires Kedutaan Besar Azerbaijan Ruslan Nasibov dalam Seminar Internasional bertajuk Humanity: In Search of Justice for Peaceful Coexsitence di Ruang Apung Universitas Indonesia Depok, Senin.

Seminar internasional ini dimoderatori oleh Kepala Perpustakaan UI Fuad Gani dihadiri oleh ratusan peserta dari mahasiswa Universitas Indonesia, Universitas Sahid, pejabat ANRI, Diplomat Kedutaan Turki dan lainnya.

Justice for Khojaly diluncurkan pada tahun 2008 atas inisiatif Leyla Aliyeva, General Coordinator of Islamic Conference Youth Forum for Dialog and Coorperation.

Ruslan Nasibov menjelaskan bahwa kampanye itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran sipil internasional tentang genosida Khojaly, akar penyebab, dan konsekuensi dari konflik Armenia-Azerbaijan Nagorno-Karabakh dan perlunya penarikan pasukan angkatan bersenjata Armenia tanpa syarat dari wilayah Nargorno Karabakh dan wilayah-wilayah Azerbaijan.
 
Kedutaan Besar Azerbaijan. (Megapolitan.antaranews.com/Foto: Feru Lantara)


Khojaly merupakan wilayah yang terletak di Republik Azerbaijan, salah satu wilayah konflik yang menjadi korban agresi dari negara tetangganya, Armenia.

Setelah dilakukan blokade pada 1991, membuat jalan antara Khojaly dan Aghdam terputus dan hanya helikopter menjadi satu-satunya alat tranportasi serta tak ada aliran listrik dan pasokan air sejak Januari 1992.

Setiap hari, kata dia, dilakukan penembakkan yang terus-menerus sebelum menempatkan pasukan musuh. 

Akibatnya, terjadi pembantaian yang menyebabkan 613 penduduk terbunuh, termasuk 63 anak-anak, 106 wanita, 70 orang tua, 25 anak-anak kehilangan orang tuanya, 130 anak kehilangan salah satu orang tuanya, dan lainnya.

Ruslan mengatakan bahwa penduduk Azerbaijan yang lebih dari 90 persen penduduknya beragama Islam harus mendapat perlakuan yang sangat tidak manusiawi oleh tentara Armenia dalam konflik tersebut.

"Kami tak ingin kejadian serupa tidak terjadi lagi. Ini merupakan sejarah hitam yang tidak boleh terulang kembali," ujarnya.

Menurut Ruslan, warga Azerbaijan tidak ingin melupakan kejadian tersebut dan memperingatinya setiap tahun untuk diketahui masyarakat kini dan juga akan datang.

Ia berharap adanya keadilan terhadap peristiwa tersebut sehingga warga Azerbaijan mendapat perlakuan yang manusiawi.

Editor : D.Kliwon

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Feru Lantara


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2019