Bogor, 10/4 (Antara) - Sekolah Menengah Atas Negeri 6 Kota Bogor, Jawa Barat menjadi pelopor gerakan filateli di kalangan siswa dan sekolah lewat pameran yang digelar di sekolah tersebut.

"Filateli ini kegiatan yang unik, selama ini anak-anak hanya kenal berkirim pesan lewat SMS, 'chatting', 'email'. Berkirim surat dengan perangko juga sangat menyenangkan," kata Wakil Kepala Humas SMAN 6 Kota Bogor Tati Mulyati saat ditemui di sekolah, Rabu.

Ia mengatakan, banyak siswa yang belum tahu tentang filateli karena sudah disuguhkan dengan kecanggihan teknologi telekomunikasi dan juga internet.

Kebiasaan berkirim surat dengan perangko melalui kantor pos, katanya, mulai ditinggalkan, sehingga filateli kurang mendapat minat.

"Kita juga mengajarkan kepada siswa berkomunikasi lewat surat itu menyenangkan, apalagi mengkoleksi prangko tidak sekedar hobby tapi juga bisa menjadi investasi," katanya.

Ia menyebutkan, pameran filateli ini merupakan rangkai dari kegiatan penilaian program Adiwiyata Mandiri.

Melalui pameran itu pihak sekolah mengenalkan filateli di kalangan siswa.

Menurut dia, filateli juga dapat mendukung kegiatan lingkungan yang sedang digalakkan oleh SMAN 6 Kota Bogor sebagai salah satu sekolah Adiwiyata Nasional.

"Filateli ini juga mendukung kegiatan lingkungan, karena banyak prangko-prangko ini yang menampilkan tentang keanekaragaman hayati, serta lingkungan di Indonesia," katanya.

Pameran filateli lingkungan hidup dan produk-produk daur ulang SMAN 6 Kota Bogor itu banyak menarik minat para siswa, terutama koleksi perangko yang ditampilkan.

Sejumlah siswa berminat mengirimkan surat maupun kartu pos dengan perangko yang disediakan oleh Kantor Pos Bogor.

Petugas Filateri Kantor Pos Bogor, Susilowati menyebutkan, kegiatan tersebut menjadi ajang Kantor Pos cabang Juanda Bogor untuk menyosialisasikan kembali filateli di kalangan pelajar.

Menurutnya, keberadaan filateli Indonesia terancam punah dengan hadirnya teknologi pesan singkat, internet, jejaring sosial dan smartphone yang kini mulai digemari masyarakat.

"Saat ini kita dihadapkan pada ancaman kepunahan filateli Indonesia yang mulai ditinggalkan," katanya.

Susi mengatakan, ancaman kepunahan tersebut berasal dari hadirnya teknologi yang kian berkembang pesat.

Masyarakat kini dengan mudahnya mengirimkan pesan melalui pesan singkat, atau BBM dan email.

"Ditambah lagi hadirnya jejaring sosial, memudahkan orang berinteraksi secara instan," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Susi, tidak adanya regenerasi membuat keberadaan filateli Indonesia kian berkurang anggotanya.

Ia mengatakan, selama ini para anggota filateli tersebut kebanyakan angkatan tua, dan tidak ada anak-anak dari anggota filateli tersebut yang meneruskannya.

"Kondisi ini yang menjadi ancaman filateli Indonesia akan punah," katanya.

Susi menyebutkan, untuk melestarikan filateli Indonesia berbagai kegiatan telah diselenggarakan untuk menarik minat generasi muda dalam mengoleksi perangko.

Salah satu upaya Kantor Pos cabang Juanda Bogor menumbuhkan minat filateli adalah menggelar pameran di sejumlah sekolah.

"Kantor Pos Bogor juga sudah menandatangani kerjasama dengan SMAN 6 dalam mempromosikan kegiatan filateli di kalangan siswa," katanya.

Pameran filateli berlangsung selama empat hari, selama pameran digelar, Kantor Pos Bogor menyediakan ratusan kartu pos dan prangko yang dijual untuk siswa berkirim surat baik ke sekolah maupun ke sesama teman sekolah.

Kartu pos dan amplop surat diberikan gratis, siswa cukup membayar prangko yang digunakan untuk mengirimkan surat.

Selain bisa mengirim surat, siswa juga bisa membuat prangko sendiri, atau berkelompok dengan teman-temannya sehingga bisa digunkan sebagai prangko kiriman.

"Ternyata filateli itu asik juga, apalagi bisa punya prangko sendiri menyenangkan sekali," kata salah satu siswa SMAN 6.

 


Laily R

Pewarta:

Editor :


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013