Bogor (Antaranews Megapolitan) - Melihat dari karakteristik sayur mayur dan buah-buahan Indonesia yang mudah rusak, busuk dan susut, maka dalam  menjaga kesegaran dan kualitas hasil panen, perlu dikembangkan teknologi pasca panen dan pengolahan hasil hortikultura dalam rantai nilai di bagian hilir.

Pengembangan teknologi tepat guna tersebut harus dilaksanakan mulai dari saat panen, pasca panen, pengolahan, penyimpanan, sortasi, packaging dan lainnya. Dalam konteks penyimpanan (inventori) perlu dikembangkan teknologi “Controlled Atmosphere Storage”.

Hal ini disampaikan Dekan Sekolah Vokasi (SV) Institut Pertanian Bogor (IPB), Dr. Ir. Arief Daryanto, DipAgEc, MEc saat menjadi pembicara dalam lokakarya bertemakan “Improving Market Integration for High Value Fruit and Vegetable Production Systems in Indonesia” di Balitsa, Lembang, Bandung (22/11).

Tema ini merupakan bagian dari risetnya yang mendapatkan pendanaan dari Australian Centre for International Agriculture Research (ACIAR) dan bekerjasama dengan University of Adelaide, Michigan State University, Department of Agriculture, Fishery and Forestry Queensland dan Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia.

“Riset ini bertujuan untuk lebih memahami siklus produk dan perubahan yang terjadi pada rantai nilai buah dan sayuran yang bernilai tinggi serta mengembangkan mekanisme kebijakan untuk memenuhi persyaratan yang dibutuhkan oleh konsumen yang selalu berubah. Karena industri hortikultura bersifat demand-driven,” tambahnya

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama Dr. Sahara, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB menyatakan bahwa pengembangan daya saing industri hortikultura perlu didukung oleh industri perbenihan yang kuat. Pada saat ini belum semua petani di Indonesia menggunakan benih yang berkualitas.

Untuk itu, Dr Arief Daryanto menambahkan bahwa sumber pertumbuhan untuk meningkatkan daya saing industri perbenihan hortikultura dapat berasal dari peningkatan rasa, umur simpan (shelf life), produktifitas, kesehatan tanaman dan resistensi terhadap hama, penyakit dan kekeringan.

Sementara itu, Prof. Thomas Reardon dari Michigan State University juga menjelaskan bahwa industri perbenihan di tingkat global dicirikan dengan persaingan di tingkat yang sangat tinggi. Konsolidasi perusahaan sedang terjadi melalui intensitas Merger dan Acqusition dan biaya research and developmentnya sangat besar. Disamping itu, perusahaan multinasional dalam industri perbenihan juga gencar memperluas pasar di berbagai negara.

Prof. Randy Stinger dari Global Food and Resource Studies, University of Adelaide juga berbicara mengenai dinamika perkembangan usahatani beberapa komoditas kunci (cabai, bawang merah, jeruk dan mangga) berdasarkan hasil survei yang menggunakan pendekatan panel data. Ia menekankan bahwa perubahan struktural tengah berlangsung dalam usahatani hortikultura di Indonesia baik karena tekanan faktor lingkungan luar maupun lingkungan dalam.

Sedangkan Prof. Stephen Harper dari Department of Agriculture, Fishery and Forestry, Queensland membahas mengenai berbagai kendala yang dihadapi dalam peningkatan produktivitas alliums (bawang putih dan bawang merah), capsicum dan cabai dan bagaimana strategi mengatasinya.

Setelah usai lokakarya, kegiatan ini akan berlanjut dengan diskusi mengenai “Masa Depan Industri Hortikultura” di kantor East West Indonesia, Purwakarta. (*/Zul).

Pewarta: Oleh Humas IPB

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018