Bogor (Antaranews Megapolitan) - Musim hujan sudah tiba. Puncaknya diperkirakan akan berlangsung pada pertengahan Januari sampai Februari 2019. Disaat seperti itulah, Sungai Ciliwung akan mencuri perhatian. Apalagi kalau bukan banjir. Khususnya di wilayah DKI Jakarta, akibat debit air Ciliwung meningkat. Bahkan beberapa wilayah di Kota Bogor pun terancam banjir dan longsor, seperti yang pernah terjadi pada beberapa waktu lalu.
Banjir hanya salah satu akibat yang timbul dari kondisi rusaknya aliran Ciliwung. Kerusakan serius lainnya pada sungai yang mengalir sepanjang 117 Km dari hulu di Kawasan Puncak sampai hilir di pesisir Teluk Jakarta, adalah pencemaran. Hasil sebuah penelitian menyebutkan, Ciliwung tercemar limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian dan limbah peternakan.
Tumpukan sampah merupakan pencemaran paling kasatmata. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, setiap hari sekitar 7.000 ton sampah dibuang ke Cilwung. Pembuangan terjadi mulai dari kawasan hulu sampai hilir.
Dari jumlah itu, hanya sekitar 75 persen yang dapat diangkut. Sisanya hanyut mengikuti aliran sungai dan 8 persen diantaranya atau 180 ton mengendap di dasar sungai. Itulah yang mendorong terjadinya pendangkalan aliran sungai.
Kerusakan Cilwung merupakan akibat dari perubahan penggunaan lahan dan bertambahnya kawasan pemukiman di DAS Ciliwung yang luasnya mencapai sekitar 347 Km2. Pembangunan di DAS Ciliwung tergolong sangat intensif dan pertambahan penduduknya sangat tinggi.
Kondisi Ciliwung yang memprihatinkan seperti itu, tentu tidak bisa didiamkan. Ibarat orang sakit parah, Ciliwung perlu dirawat,supaya kembali sehat, cantik dan menarik. Kini berbagai pihak sudah bergerak untuk membuat supaya kondisi Ciliwung tidak semakin parah. Juga supaya Ciliwung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat, termasuk wisata.
Dalam kaitan itulah, Wali Kota Bogor, Bima Arya bersama, Komandan Korem 061 Surya Kencana Kol.Inf. M. Hasan dan Komandan Kodim 0606/Kota Bogor Letkol Inf. Doddy Suhadiman beserta jajarannya telah bergerak bersama untuk menata Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dalam program Naturalisasi Ciliwung.
Targetnya bukan hanya bebersih. “Tapi memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup warga, serta membangun destinasi wisata alam terintegrasi,” ungkap Bima. Sebab menurutnya, “Pencemaran yang ada, dapat merusak kualitas hidup ekosistem disepanjang aliran sungai.
”Sedangkan menurut Danrem 061 Surya Kencana Kol.Inf. M. Hasan, kegiatan ini bukan hanya membersihkan Sungai Ciliwung, tetapi “membersihkan” hati orang Bogor. “Dimulai dengan tidak membuang sampah ke Ciliwung,” katanya.
Sungai Ciliwung menurut Ketua Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Kota Bogor, Een Irawan, memang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pola yang perlu diterapkan untuk penataan Ciliwung adalah naturalisasi. Bukan normalisasi.
“Di Kota Bogor cenderung ke naturalisasi karena memang kita akan mengelolanya lebih ke alami, pengembalian ekosistem, bagaimana sungai itu kembali ke fungsi utamanya, dan menjadikan ruang terbuka hijau,” terangnya.
Tantangan terdepanadalah mencegah supaya Ciliwung tidak dijadikan tempat pembuangan sampah. Sebab menurut. Een, dari pemetaan yang dilakukan bersama timnya belum lama ini, tercatat ada sekitar 5.652 KK atau rumah yang masih membuang sampah langsung ke Ciliwung dan tidak memiliki septic tank.
Menyikapi kenyataan tersebut, Wali Kota Bogor memrintahkan Satpol PP untuk mulai melakukan penegakan hukum terhadap warga yang membuang sampah ke Ciliwung.
“Saya minta sudah mulai beraksi. Paling tidak, ada efek jera. Proses warga yang membuang sampah ke sungai. Atau pelaku limbah industri. Karena kita sudah punyaperda itu,” katanya.
Bima juga meminta aparatur wilayah mulai dari camat hingga lurah yang wilayahnya dilintasi sungai Ciliwung, melakukan pemetaan. Agar diperoleh data lengkap tentang apa yang dibutuhkan dan apa yang harus dilakukan.
Dalam program naturalisasi Ciliwung, ada enam strategi yang akan digunakan. Dimulai dari sosialisasi, selanjutnya penegakan hukum, aksi bebersih, kebijakan mikro, kebijakan makro dengan membangun infrastruktur, dan monitoring serta evaluasi.
“Nantinya ada tiga target yang hendak dicapai, yakni kualitas hidup warga meningkat, wisata air terintegrasi, bisa rafting, arung jeram dan ada kampung tematik di wilayah itu, serta yang ketiga adalah mencegah banjir di Bogor dan Jakarta,” jelas Bima.
Pilot project ditetapkan di lintasan sungai antara Geulis sampai dengan Sempur. Wali Kota akan memimpin satuan tugas khusus dalam pelaksanaan program naturalisasi, yang juga akan melibatkan semua dinas, camat, lurah, komunitas masyarakat dan TNI/Polri.
Dalam jangka pendek, semua titik akan dibersihkan. Pada jangka menengah akan dibangun infrastruktur seperti, IPAL komunal, TPS, septic tank,dan membongkar bangunan tidak berizin serta mengelola sampah secara terintegrasi. Sedangkan dalam jangka panjang, bisa diadopsi konsep penataan bantaran sungai Badung di Bali yang menjadi destinasi wisata.
Langkah yang sejauh ini telah dilakukan diapresiasi oleh Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, Letjen TNI Doni Monardo. Menurutnya, percepatan penataan kembali DAS Ciliwung memang diperlukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka ketahanan nasional.
Namun menurutnya, “Pemerintah Kota Bogor tidak bisa sendirian apalagi ini Ciliwung ini sangat kompleks. Harus menggunakan sistem Pentahelix, yang mengkolaborasikan antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas dan media,” ungkapnya.
Jadi semua pihak harus ikut turun tangan, merawat Ciliwung. Supaya Ciliwung bisa memberikan kembali daya dukung bagi kehidupan kita bersama. (Advertorial)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Banjir hanya salah satu akibat yang timbul dari kondisi rusaknya aliran Ciliwung. Kerusakan serius lainnya pada sungai yang mengalir sepanjang 117 Km dari hulu di Kawasan Puncak sampai hilir di pesisir Teluk Jakarta, adalah pencemaran. Hasil sebuah penelitian menyebutkan, Ciliwung tercemar limbah domestik, limbah industri, limbah pertanian dan limbah peternakan.
Tumpukan sampah merupakan pencemaran paling kasatmata. Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat, setiap hari sekitar 7.000 ton sampah dibuang ke Cilwung. Pembuangan terjadi mulai dari kawasan hulu sampai hilir.
Dari jumlah itu, hanya sekitar 75 persen yang dapat diangkut. Sisanya hanyut mengikuti aliran sungai dan 8 persen diantaranya atau 180 ton mengendap di dasar sungai. Itulah yang mendorong terjadinya pendangkalan aliran sungai.
Kerusakan Cilwung merupakan akibat dari perubahan penggunaan lahan dan bertambahnya kawasan pemukiman di DAS Ciliwung yang luasnya mencapai sekitar 347 Km2. Pembangunan di DAS Ciliwung tergolong sangat intensif dan pertambahan penduduknya sangat tinggi.
Kondisi Ciliwung yang memprihatinkan seperti itu, tentu tidak bisa didiamkan. Ibarat orang sakit parah, Ciliwung perlu dirawat,supaya kembali sehat, cantik dan menarik. Kini berbagai pihak sudah bergerak untuk membuat supaya kondisi Ciliwung tidak semakin parah. Juga supaya Ciliwung dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan masyarakat, termasuk wisata.
Dalam kaitan itulah, Wali Kota Bogor, Bima Arya bersama, Komandan Korem 061 Surya Kencana Kol.Inf. M. Hasan dan Komandan Kodim 0606/Kota Bogor Letkol Inf. Doddy Suhadiman beserta jajarannya telah bergerak bersama untuk menata Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dalam program Naturalisasi Ciliwung.
Targetnya bukan hanya bebersih. “Tapi memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup warga, serta membangun destinasi wisata alam terintegrasi,” ungkap Bima. Sebab menurutnya, “Pencemaran yang ada, dapat merusak kualitas hidup ekosistem disepanjang aliran sungai.
”Sedangkan menurut Danrem 061 Surya Kencana Kol.Inf. M. Hasan, kegiatan ini bukan hanya membersihkan Sungai Ciliwung, tetapi “membersihkan” hati orang Bogor. “Dimulai dengan tidak membuang sampah ke Ciliwung,” katanya.
Sungai Ciliwung menurut Ketua Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) Kota Bogor, Een Irawan, memang sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pola yang perlu diterapkan untuk penataan Ciliwung adalah naturalisasi. Bukan normalisasi.
“Di Kota Bogor cenderung ke naturalisasi karena memang kita akan mengelolanya lebih ke alami, pengembalian ekosistem, bagaimana sungai itu kembali ke fungsi utamanya, dan menjadikan ruang terbuka hijau,” terangnya.
Tantangan terdepanadalah mencegah supaya Ciliwung tidak dijadikan tempat pembuangan sampah. Sebab menurut. Een, dari pemetaan yang dilakukan bersama timnya belum lama ini, tercatat ada sekitar 5.652 KK atau rumah yang masih membuang sampah langsung ke Ciliwung dan tidak memiliki septic tank.
Menyikapi kenyataan tersebut, Wali Kota Bogor memrintahkan Satpol PP untuk mulai melakukan penegakan hukum terhadap warga yang membuang sampah ke Ciliwung.
“Saya minta sudah mulai beraksi. Paling tidak, ada efek jera. Proses warga yang membuang sampah ke sungai. Atau pelaku limbah industri. Karena kita sudah punyaperda itu,” katanya.
Bima juga meminta aparatur wilayah mulai dari camat hingga lurah yang wilayahnya dilintasi sungai Ciliwung, melakukan pemetaan. Agar diperoleh data lengkap tentang apa yang dibutuhkan dan apa yang harus dilakukan.
Dalam program naturalisasi Ciliwung, ada enam strategi yang akan digunakan. Dimulai dari sosialisasi, selanjutnya penegakan hukum, aksi bebersih, kebijakan mikro, kebijakan makro dengan membangun infrastruktur, dan monitoring serta evaluasi.
“Nantinya ada tiga target yang hendak dicapai, yakni kualitas hidup warga meningkat, wisata air terintegrasi, bisa rafting, arung jeram dan ada kampung tematik di wilayah itu, serta yang ketiga adalah mencegah banjir di Bogor dan Jakarta,” jelas Bima.
Pilot project ditetapkan di lintasan sungai antara Geulis sampai dengan Sempur. Wali Kota akan memimpin satuan tugas khusus dalam pelaksanaan program naturalisasi, yang juga akan melibatkan semua dinas, camat, lurah, komunitas masyarakat dan TNI/Polri.
Dalam jangka pendek, semua titik akan dibersihkan. Pada jangka menengah akan dibangun infrastruktur seperti, IPAL komunal, TPS, septic tank,dan membongkar bangunan tidak berizin serta mengelola sampah secara terintegrasi. Sedangkan dalam jangka panjang, bisa diadopsi konsep penataan bantaran sungai Badung di Bali yang menjadi destinasi wisata.
Langkah yang sejauh ini telah dilakukan diapresiasi oleh Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, Letjen TNI Doni Monardo. Menurutnya, percepatan penataan kembali DAS Ciliwung memang diperlukan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka ketahanan nasional.
Namun menurutnya, “Pemerintah Kota Bogor tidak bisa sendirian apalagi ini Ciliwung ini sangat kompleks. Harus menggunakan sistem Pentahelix, yang mengkolaborasikan antara pemerintah, akademisi, pelaku usaha, komunitas dan media,” ungkapnya.
Jadi semua pihak harus ikut turun tangan, merawat Ciliwung. Supaya Ciliwung bisa memberikan kembali daya dukung bagi kehidupan kita bersama. (Advertorial)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018