Bekasi, 3/4 (Antara) - Ratusan mahasiswa dari berbagai fakultas pada Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi, Jawa Barat, mengeluhkan penurunan kualitas pendidikan dan relatif mahalnya biaya kuliah.
"Kami menuntut perubahan. Mahasiswa berhak mendapatkan fasilitas dan pengajaran yang sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan," kata Ketua Senat FISIP Ayu Hazar di Bekasi, Rabu.
Tuntutan tersebut disampaikan para mahasiswa melalui aksi demonstrasi damai di halaman gedung rektorat Unisma Bekasi, Jalan Cut Meutia, Bekasi Timur.
Menurut dia, penurunan kualitas pendidikan tampak dari jenjang pendidikan dosen pengajar yang kualifikasinya masih sekadar lulusan S-1.Padahal standar minimal bagi dosen ialah lulus S-2.
Menurut dia, kualitas serta fasilitas yang diterima mahasiswa di kampus tersebut juga dirasa kurang layak.
"Laboratorium uji coba kami terbengkalai. Alat tidak lengkap dan hingga kini, jarang sekali kami praktik memanfaatkan laboratorium tersebut," katanya.
Hal senada diungkapkan mahasiswa semester VIII Fakultas Pertanian, Didi.
"Misalnya, rumah kaca. Bangunannya sudah ada, tetapi nasibnya terbengkalai sehingga tidak bisa dijadikan tempat melakukan praktikum. Lalu saat akan memanfaatkan lapangan unipreneur pun harus bayar sewa. Padahal tiap semesternya kami bayar biaya kuliah yang tidak sedikit," katanya.
Dia mengatakan bahwa biaya kuliah pada semester ganjil kali ini mencapai Rp3 juta. Bahkan, ada yang mencapai kisaran maksimal sekitar Rp7 juta dari fakultas lain.
"Angka tersebut mengalami kenaikan bertahap dari tahun ke tahunnya sehingga membuat Unisma terkesan komersial," katanya.
Sementara itu, Rektor Unisma Siti Nuraini menepis adanya penurunan fasilitas dan kualitas pendidikan.
"Justru kami terus mengembangkan berbagai fasilitas penunjang perkuliahan, misalnya, laboratorium yang ada," katanya.
Terkait dengan kualifikasi dosen, kata dia, diakui pihaknya masih memiliki dua orang dosen tetap yang masih bergelar S-1.
"Namun, keduanya pun tengah bersiap melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 demi memenuhi standar kualifikasi dosen yang disyaratkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013
"Kami menuntut perubahan. Mahasiswa berhak mendapatkan fasilitas dan pengajaran yang sebanding dengan biaya yang sudah dikeluarkan," kata Ketua Senat FISIP Ayu Hazar di Bekasi, Rabu.
Tuntutan tersebut disampaikan para mahasiswa melalui aksi demonstrasi damai di halaman gedung rektorat Unisma Bekasi, Jalan Cut Meutia, Bekasi Timur.
Menurut dia, penurunan kualitas pendidikan tampak dari jenjang pendidikan dosen pengajar yang kualifikasinya masih sekadar lulusan S-1.Padahal standar minimal bagi dosen ialah lulus S-2.
Menurut dia, kualitas serta fasilitas yang diterima mahasiswa di kampus tersebut juga dirasa kurang layak.
"Laboratorium uji coba kami terbengkalai. Alat tidak lengkap dan hingga kini, jarang sekali kami praktik memanfaatkan laboratorium tersebut," katanya.
Hal senada diungkapkan mahasiswa semester VIII Fakultas Pertanian, Didi.
"Misalnya, rumah kaca. Bangunannya sudah ada, tetapi nasibnya terbengkalai sehingga tidak bisa dijadikan tempat melakukan praktikum. Lalu saat akan memanfaatkan lapangan unipreneur pun harus bayar sewa. Padahal tiap semesternya kami bayar biaya kuliah yang tidak sedikit," katanya.
Dia mengatakan bahwa biaya kuliah pada semester ganjil kali ini mencapai Rp3 juta. Bahkan, ada yang mencapai kisaran maksimal sekitar Rp7 juta dari fakultas lain.
"Angka tersebut mengalami kenaikan bertahap dari tahun ke tahunnya sehingga membuat Unisma terkesan komersial," katanya.
Sementara itu, Rektor Unisma Siti Nuraini menepis adanya penurunan fasilitas dan kualitas pendidikan.
"Justru kami terus mengembangkan berbagai fasilitas penunjang perkuliahan, misalnya, laboratorium yang ada," katanya.
Terkait dengan kualifikasi dosen, kata dia, diakui pihaknya masih memiliki dua orang dosen tetap yang masih bergelar S-1.
"Namun, keduanya pun tengah bersiap melanjutkan pendidikan ke jenjang S-2 demi memenuhi standar kualifikasi dosen yang disyaratkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2013