Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama Republik Indonesia bersama Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan 18 Lembaga Amil Zakat (LAZ) nasional resmi membuka kegiatan Pembinaan Nasional Awardee Beasiswa Zakat Indonesia (BeZakat) di Jakarta Pusat.

Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari, 31 Oktober hingga 2 November 2025 ini diikuti oleh 78 mahasiswa penerima beasiswa dari 15 perguruan tinggi negeri dan keagamaan negeri di seluruh Indonesia.

Di antaranya berasal dari IPB University, Universitas Indonesia (UI), Universitas Padjadjaran (Unpad), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, UIN Imam Bonjol Padang, UIN Alauddin Makassar, Universitas Hasanuddin (Unhas), dan UIN Raden Fatah Palembang.

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Prof.  Waryono Abdul Ghafur dalam keterangannya, Selasa menegaskan bahwa program BeZakat merupakan bagian dari rekayasa sosial dan ikhtiar bersama untuk melahirkan manusia unggul yang sesungguhnya.

“Ini bukan sekadar program bantuan pendidikan, tapi proses pembentukan karakter agar mahasiswa mampu menjadi insan kamil — manusia seutuhnya yang berdaya, berilmu, dan berkomitmen pada perubahan sosial,” tegasnya.

Prof. Waryono juga mengingatkan pentingnya keterbukaan hati dan pikiran bagi para awardee agar mampu menyerap nilai-nilai kebaikan dari para dewan penyantun. Ia menekankan bahwa rasa ingin tahu merupakan ciri utama orang sukses.

“Jangan cepat puas dengan apa yang sudah didapat. Dunia ilmu terus berkembang, maka siapa pun yang ingin berhasil harus memelihara rasa ingin tahu,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia mendorong para mahasiswa untuk menumbuhkan kebiasaan positif seperti membaca, mentadaburi, hingga menghafal Al-Qur’an, serta berkomitmen melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Delapan semester untuk sarjana itu belum cukup. Kalau punya semangat, lanjutkan ke S2 atau S3. Pendidikan adalah investasi jangka panjang,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Prof. Waryono juga menekankan pentingnya orientasi kemandirian dan jiwa filantropi di kalangan mahasiswa penerima zakat. Ia berpesan agar status sebagai mustahik tidak dijadikan zona nyaman.

“Mulai sekarang, rancang kapan kalian akan berinfak dan bersedekah. Jadilah pelopor gerakan filantropi di kampus masing-masing,” ujarnya di hadapan para peserta.

Program BeZakat 2025 menyalurkan dana zakat sebesar Rp16,85 miliar yang dihimpun dari BAZNAS dan berbagai LAZ nasional. Setiap penerima memperoleh beasiswa penuh mencakup biaya UKT, biaya hidup bulanan, tunjangan laptop, serta tiket perjalanan pulang-pergi sesuai domisili.

Total terdapat 153 awardee nasional, dengan 78 mahasiswa mengikuti pembinaan di Jakarta, sementara sisanya dijadwalkan mengikuti sesi regional di Yogyakarta.

Selama tiga hari kegiatan, para peserta mengikuti berbagai agenda pembinaan intensif seperti Workshop Talent Mapping, Community Awareness Simulation, serta Workshop Keuangan dan Kemandirian Finansial.

Kegiatan ini dirancang untuk mengasah potensi diri, kepemimpinan, dan kesadaran sosial melalui pendekatan partisipatif dan interaktif.

Para peserta dibagi dalam 10 kelompok kecil yang difasilitasi oleh mentor dari unsur Kementerian Agama, BAZNAS, dan lembaga penyantun.

Setiap kelompok menjalani tujuh rangkaian pembinaan, mulai dari refleksi spiritual, diskusi tematik, hingga penyusunan rencana aksi sosial yang dapat diimplementasikan di lingkungan kampus maupun masyarakat.

Prof. Waryono turut menekankan pentingnya pemahaman menyeluruh tentang ekosistem zakat, termasuk mengenal peran BAZNAS dan LAZ sebagai lembaga penyantun.

“Jangan hanya menerima manfaat, tapi pahami juga dari mana sumbernya. Dengan begitu, adik-adik akan memiliki daya tahan hidup dan tidak bergantung, tapi berdikari,” jelasnya.

Kegiatan Pembinaan Nasional BeZakat 2025 menjadi bukti nyata sinergi pemerintah, BAZNAS, dan lembaga amil zakat dalam membangun manusia unggul berbasis nilai-nilai zakat.

Melalui program ini, zakat terbukti tidak hanya berfungsi konsumtif, tetapi juga produktif — menjadi sarana pencetak generasi zakat yang berkarakter, berdaya saing, dan berkontribusi aktif menuju Indonesia Emas 2045.

Pewarta: Feru Lantara

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025