Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman selaku Kepala Badan Pangan Nasional menyatakan pemerintah terus mengendalikan harga beras agar stabil dan keterjangkauan harga beras tetap terpenuhi secara merata di seluruh daerah.
Amran mengatakan harga beras di seluruh Indonesia telah menunjukkan tren penurunan dalam beberapa waktu terakhir sebagai hasil dari langkah pengendalian pemerintah.
"Harga beras sudah turun. Jadi seluruh Indonesia kemarin kan itu sudah turun. Tetapi, kita tidak boleh puas. Insya Allah kontrolnya jauh lebih ketat nanti ke depan," kata Amran di Jakarta, Sabtu.
Meskipun harga telah turun, pemerintah tidak akan berpuas diri dan akan memperketat pengawasan agar stabilitas harga beras tetap terjaga di masa mendatang, katanya, menegaskan.
"Intinya, sekarang harga beras sudah turun, tapi kita tidak boleh puas sampai situ. Pemerintah harus menjadi pengendali," kata Amran, menerangkan.
Ia mengatakan Bapanas bersama Satuan Tugas Pengendalian Harga Beras terus menggencarkan pengawasan harga beras agar sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET). Supervisi dengan kolaborasi itu diimplementasikan ke seluruh provinsi.
"Ini masih ada yang di atas HET, terutama yang bukan penghasil beras, seperti daerah timur, di Papua. Tetapi ada yang menggembirakan. Di Merauke, Papua Selatan, karena kita membuat food estate di sana, itu harga beras bagus," ujar Amran.
Ia mengatakan data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah kabupaten/kota yang mengalami penurunan harga beras sampai minggu keempat Oktober 2025 terus bertambah sampai menjadi 225 kabupaten/kota. Jumlah itu meningkat 25,69 persen dibandingkan minggu pertama Oktober 2025.
Jika dilihat secara provinsi, sampai minggu keempat Oktober, dari total 38 provinsi hanya lima provinsi yang mencatatkan perkembangan harga beras yang positif.
Sedangkan 33 provinsi lainnya mengalami perubahan harga beras minus atau ada depresiasi harga. Provinsi Papua Selatan mencatatkan penurunan harga beras hingga minus 1,56 persen.
Editor :
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2025