Bogor (Antaranews Megapolitan) - Gugus Mahasiswa Matematika (Gumatika), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadakan “Pelatihan Aktuaria”, di Auditorium Mandiri, Kampus IPB Dramaga (29/9). Pelatihan ini merupakan rangkaian dari “The 7th IPB Mathematics Challenges (IMC)”. IMC merupakan acara tahunan Gumatika yang menghadirkan ahli-ahli dalam bidang matematika yang bertujuan untuk memperkenalkan peran ilmu matematika dalam dunia kerja.
Acara dibuka dengan pengenalan aktuaria oleh William Duggan, B.Sc, B.Ed, M.Sc. selaku Field Director READI Project. READI merupakan proyek kerjasama antara Pemerintah Kanada, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asuransi Manulife yang dilaksanakan oleh Universitas Waterloo. “Di Kanada, dengan jumlah penduduk seperdelapan dari jumlah penduduk Indonesia, sudah memiliki kira-kira 5000 aktuaris, tetapi di Indonesia masih di bawah 600 jumlah aktuarisnya,” jelasnya.
Aktuaria mempelajari mengenai matematika, statistika, sosial, bisnis bahkan politik untuk mengelola atau meminimumkan risiko suatu masalah. Untuk menjadi aktuaris tidak cukup hanya pandai menghitung, melainkan harus mahir dalam multidisiplin ilmu,” ujar Nurdin Kosasih, ASAI, PA, saat memandu pelatihan ini. Hadir juga Yusuf Hidayat Kalla, M.Si, ASAI perwakilan dari Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI).
Sementara itu, menurut H.M. Wahyu Wibowo, SE, MM, MBA, Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi PT Jasa Raharja mengatakan di jaman dimana semua serba komputerisasi, suatu ilmu harus tetap diresapi jangan sampai bermalas-malasan dan tertipu dengan komputer.
“Aktuaria itu pekerjaan yang saat ini sangat dibutuhkan dan keberadaannya di Indonesia masih sangat langka. Pun untuk menembusnya perlu latihan dan usaha karena memang tergolong pekerjaan yang sulit untuk digapai. Oleh karena itu, kami ingin mengajak dan mewadahi peserta dan semua yang ingin menjadi bagian dari aktuaris untuk tetap optimis,” ujar Nurul Fathiah selaku ketua Pelaksana.
Pelatihan aktuaria ini dihadiri kurang lebih oleh 100 peserta yang berasal dari mahasiswa IPB maupun non IPB.(Aam/Zul)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Acara dibuka dengan pengenalan aktuaria oleh William Duggan, B.Sc, B.Ed, M.Sc. selaku Field Director READI Project. READI merupakan proyek kerjasama antara Pemerintah Kanada, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Asuransi Manulife yang dilaksanakan oleh Universitas Waterloo. “Di Kanada, dengan jumlah penduduk seperdelapan dari jumlah penduduk Indonesia, sudah memiliki kira-kira 5000 aktuaris, tetapi di Indonesia masih di bawah 600 jumlah aktuarisnya,” jelasnya.
Aktuaria mempelajari mengenai matematika, statistika, sosial, bisnis bahkan politik untuk mengelola atau meminimumkan risiko suatu masalah. Untuk menjadi aktuaris tidak cukup hanya pandai menghitung, melainkan harus mahir dalam multidisiplin ilmu,” ujar Nurdin Kosasih, ASAI, PA, saat memandu pelatihan ini. Hadir juga Yusuf Hidayat Kalla, M.Si, ASAI perwakilan dari Persatuan Aktuaris Indonesia (PAI).
Sementara itu, menurut H.M. Wahyu Wibowo, SE, MM, MBA, Direktur Manajemen Risiko dan Teknologi Informasi PT Jasa Raharja mengatakan di jaman dimana semua serba komputerisasi, suatu ilmu harus tetap diresapi jangan sampai bermalas-malasan dan tertipu dengan komputer.
“Aktuaria itu pekerjaan yang saat ini sangat dibutuhkan dan keberadaannya di Indonesia masih sangat langka. Pun untuk menembusnya perlu latihan dan usaha karena memang tergolong pekerjaan yang sulit untuk digapai. Oleh karena itu, kami ingin mengajak dan mewadahi peserta dan semua yang ingin menjadi bagian dari aktuaris untuk tetap optimis,” ujar Nurul Fathiah selaku ketua Pelaksana.
Pelatihan aktuaria ini dihadiri kurang lebih oleh 100 peserta yang berasal dari mahasiswa IPB maupun non IPB.(Aam/Zul)
Editor : Naryo
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018