Bogor (Antaranews Megapolitan) - Puluhan pengelola jurnal lingkup Institut Pertanian Bogor (IPB) mengikuti Publiweek: Workshop “Akreditasi dan Internationalisasi Jurnal", Senin (24/9) di Ruang Sidang Senat Kampus IPB Dramaga.
Dr. Eva Anggaini, S.Pi, MSi, Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) Bidang Kajian Strategis dan Publikasi Ilmiah ketika membuka acara workshop ini mengatakan, “Kami menghadirkan para pengelola jurnal, dalam rangka menyemarakkan gairah dan semangat publikasi. Workshop ini merupakan rangkaian kegiatan #Publiweek IPB dalam rangka Dies Natalis IPB ke-55. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan performa jurnal-jurnal IPB menuju akreditasi dan internasionalisai jurnal.”
Pengelolaan jurnal menurut Dr. Eva merupakan pekerjaan sangat dedicated, namun banyak keluhan mulai dari kurang perhatian, bagaimana meningkatkan publikasi, hingga ketika jurnal hanya publish di luar negeri.
“Acara ini membuka wawasaan informasi tentang pengelolaan akreditasi dan pengelolaan internationalisasi jurnal. Jurnal yang terindeks scopus atau web of science merupakan indikator capaian perguruan tinggi.”
Prof. Dr. Sadjuga, MSc, Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyampaikan alasan pentingnya peningkatan jurnal internasional karena menurutnya sumber daya kekayaan intelektual menjadi kunci ketahanan ekonomi suatu negara maju, karena perputaran perekonomian dunia dikuasai oleh aset intangible (70 persen perekonomian dunia dikuasai aset harta benda bergerak tak berwujud).
Aset intangible (harta benda bergerak tak berwujud) termasuk yang paling dominan adalah aset kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual mendominasi proporsi aset. Lebih lanjut Dr.Sadjuga menyampaikan posisi jurnal ilmiah Indonesia di dunia internasional.
“Pada bulan Agustus 2017 untuk pertama kalinya setelah 54 tahun sejak 1963 Indonesia dengan jumlah jurnal 19.335 mengungguli Thailand dengan jumlah 11.808 (per 22 September 2018). Indonesia juga mengungguli Singapura dengan jumlah jurnal (15.536),” kata Dr.Sadjuga.
Setelah 66 Tahun sejak 1952 Indonesia mengungguli Singapura pada 6 April
2018. Indonesia menjadi nomor dua di ASEAN. Selanjutnya ia menyampaikan tren dokumen yang dapat disitasi meningkat namun yang tidak disitasi juga meningkat. Ia menyampaikan publikasi di jurnal nasional terakreditasi jauh lebih sulit daripada mempublikasikan di jurnal internasional yang abal-abal.
Menurutnya peningkatan kuantitas dan kualitas serta output riset adalah kunci peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah Indonesia.
“Untuk itu iklim riset diperbaiki dengan kebijakan baru. Pengelola jurnal sangat besar perannya dalam menjaga momentum pertumbuhan kuantitas dan kualitas jurnal ilmiah. Semakin banyak jurnal internasional dari Indonesia, semakin terhormat Indonesia di komunitas ilmiah dunia. Pengelola jurnal ilmiah adalah pahlawan dalam menyediakan tempat publikasi bagi civitas akademika yang saat ini kekurangan jurnal untuk mempublikasikan karya mereka sebagai syarat kelulusan ataupun untuk kenaikan jabatan fungsional peneliti/dosen,” jelasnya.
Narasumber lainnya dari IPB Dr.Ir. Iman Rusmana, MSi dan Ir. Julio Adisantoso, M.Kom.
Setelah kegiatan workshop ini, LPPM IPB akan membuat program pelatihan optimasi penggunaan Open Journal Systems (OJS) bagi pengelola jurnal di IPB untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas jurnal sehingga harapannya dapat meningkatkan reputasi IPB.
Di akhir acara, Dr. Hawis Madduppa, Kepala Bidang Publikasi Ilmiah LPPM IPB, melakukan pemetaan dan validasi pemeringkatan akreditasi untuk seluruh jurnal di IPB, dimana jumlah jurnal terakreditasi berjumlah 24 jurnal, masuk kategori S1 sebanyak 3 jurnal, S2 sebanyak 19 jurnal, S3 sebanyak 4 jurnal, S4 sebanyak 3 jurnal, S5 sebanyak 1 jurnal, dan sekitar 50 jurnal belum terindeks di SINTA. “Harapannya ke depan dapat dibentuk klinik untuk pengelola jurnal IPB untuk meningkatkan indeksasi jurnal-jurnal yang ada di IPB,” kata Dr. Hawis. (dh/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Dr. Eva Anggaini, S.Pi, MSi, Wakil Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor (LPPM IPB) Bidang Kajian Strategis dan Publikasi Ilmiah ketika membuka acara workshop ini mengatakan, “Kami menghadirkan para pengelola jurnal, dalam rangka menyemarakkan gairah dan semangat publikasi. Workshop ini merupakan rangkaian kegiatan #Publiweek IPB dalam rangka Dies Natalis IPB ke-55. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan performa jurnal-jurnal IPB menuju akreditasi dan internasionalisai jurnal.”
Pengelolaan jurnal menurut Dr. Eva merupakan pekerjaan sangat dedicated, namun banyak keluhan mulai dari kurang perhatian, bagaimana meningkatkan publikasi, hingga ketika jurnal hanya publish di luar negeri.
“Acara ini membuka wawasaan informasi tentang pengelolaan akreditasi dan pengelolaan internationalisasi jurnal. Jurnal yang terindeks scopus atau web of science merupakan indikator capaian perguruan tinggi.”
Prof. Dr. Sadjuga, MSc, Direktur Pengelolaan Kekayaan Intelektual, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menyampaikan alasan pentingnya peningkatan jurnal internasional karena menurutnya sumber daya kekayaan intelektual menjadi kunci ketahanan ekonomi suatu negara maju, karena perputaran perekonomian dunia dikuasai oleh aset intangible (70 persen perekonomian dunia dikuasai aset harta benda bergerak tak berwujud).
Aset intangible (harta benda bergerak tak berwujud) termasuk yang paling dominan adalah aset kekayaan intelektual. Kekayaan intelektual mendominasi proporsi aset. Lebih lanjut Dr.Sadjuga menyampaikan posisi jurnal ilmiah Indonesia di dunia internasional.
“Pada bulan Agustus 2017 untuk pertama kalinya setelah 54 tahun sejak 1963 Indonesia dengan jumlah jurnal 19.335 mengungguli Thailand dengan jumlah 11.808 (per 22 September 2018). Indonesia juga mengungguli Singapura dengan jumlah jurnal (15.536),” kata Dr.Sadjuga.
Setelah 66 Tahun sejak 1952 Indonesia mengungguli Singapura pada 6 April
2018. Indonesia menjadi nomor dua di ASEAN. Selanjutnya ia menyampaikan tren dokumen yang dapat disitasi meningkat namun yang tidak disitasi juga meningkat. Ia menyampaikan publikasi di jurnal nasional terakreditasi jauh lebih sulit daripada mempublikasikan di jurnal internasional yang abal-abal.
Menurutnya peningkatan kuantitas dan kualitas serta output riset adalah kunci peningkatan kuantitas dan kualitas publikasi ilmiah Indonesia.
“Untuk itu iklim riset diperbaiki dengan kebijakan baru. Pengelola jurnal sangat besar perannya dalam menjaga momentum pertumbuhan kuantitas dan kualitas jurnal ilmiah. Semakin banyak jurnal internasional dari Indonesia, semakin terhormat Indonesia di komunitas ilmiah dunia. Pengelola jurnal ilmiah adalah pahlawan dalam menyediakan tempat publikasi bagi civitas akademika yang saat ini kekurangan jurnal untuk mempublikasikan karya mereka sebagai syarat kelulusan ataupun untuk kenaikan jabatan fungsional peneliti/dosen,” jelasnya.
Narasumber lainnya dari IPB Dr.Ir. Iman Rusmana, MSi dan Ir. Julio Adisantoso, M.Kom.
Setelah kegiatan workshop ini, LPPM IPB akan membuat program pelatihan optimasi penggunaan Open Journal Systems (OJS) bagi pengelola jurnal di IPB untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas jurnal sehingga harapannya dapat meningkatkan reputasi IPB.
Di akhir acara, Dr. Hawis Madduppa, Kepala Bidang Publikasi Ilmiah LPPM IPB, melakukan pemetaan dan validasi pemeringkatan akreditasi untuk seluruh jurnal di IPB, dimana jumlah jurnal terakreditasi berjumlah 24 jurnal, masuk kategori S1 sebanyak 3 jurnal, S2 sebanyak 19 jurnal, S3 sebanyak 4 jurnal, S4 sebanyak 3 jurnal, S5 sebanyak 1 jurnal, dan sekitar 50 jurnal belum terindeks di SINTA. “Harapannya ke depan dapat dibentuk klinik untuk pengelola jurnal IPB untuk meningkatkan indeksasi jurnal-jurnal yang ada di IPB,” kata Dr. Hawis. (dh/ris)
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018