Bogor (Antaranews Megapolitan) - Desa Cibatok 2, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, menjadi daerah perwakilan model dari Jawa Barat dalam upaya penurunan angka stunting atau gizi kurang dengan diluncurkannya Kampung Anak Sejahtera (KAS).

"Desa Cibatok 2 terpilih bersama tiga kabupaten lainnya menjadi daerah perwakilan model di Pulau Jawa untuk membantu penanganan stunting," kata Hendra Jamal, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Kesehatan dan Kesejahteraan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) dalam peluncuran KAS itu, Senin .

Kampung Anak Sejahtera merupakan program baru KPPA tahun 2018 bekerja sama dengan Yayasan Lumbung Pangan Indonesia atau Foodbank of Indonesia (FOI) yakni sebuah model program pendampingan masyarakat untuk memerangi stunting dan kurang gizi pada balita dengan melakukan penguatan peran keluarga.

Jamal menyebutkan, prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan data dari Pemantau Status Gizi (PSG) Kementerian Kesehatan tahun 2018 mencapai 29,6 persen.

"Itu artinya satu dari tiga di Indonesia mengalami stunting," katanya.

Organisasi kesehatan dunia WHO menyebutkan bahwa kondisi kesehatan masyarakat di Indonesia tergolong kronis, karena prevalensi stunting lebih dari 20 persen.

Angka stunting Indonesia masuk peringkat kelima terbesar di dunia (TNP2K, 2017). Selain itu, Kementerian Kesehatan (2018) mencatat 3,8 persen balita Indonesia berada dalam kondisi keadaan gizi buruk, dan 14 persen dalam keadaan gizi kurang.

Selain Desa Cibatok 2, Kabupaten Bogor, program KAS juga diujicobakan di tiga desa lainnya yakni Kabupaten Pandenglang, Kabupaten Magelang, dan Kabupaten Sidoarjo.

"Diharapkan keempat kabupaten ini menjadi percontohan bagi daerah lainnya, terutama desa dan kecamatan yang ada di wilayahnya masing-masing untuk diduplikasi," katanya.

Program Kampung Anak Sejahtera (KAS) yang akan dijalankan selama tiga bulan terakhir ini yakni Pemberian Makanan Tambahan (PTM) edukasi melalui pelatihan pengasuhan, pemberdayaan ekonomi, pelatihan pengolahan pangan lokal," kata Jamal.

Pengajar dari Departemen Gizi Masyarakat IPB, Dr Sri Anna Marliyanti menyebutkan, fakto ekonomi bukan satu-satunya penyebab persoalan stunting pada anak.

"Kurangnya pemahaman tentang gizi seimbang oleh para ibu juga menjadi persoalan utama," katanya.

Sementara itu, Camat Cibungbulang, Yudi Nurzaman menyebutkan dari 15 desa yang ada di Kecamatan Cibungbulang, Desa Cibatok 2 cukup fenomenal karena jumlah balita stunting cukup tinggi secara nasional.

"Tahun 2018 ini ditemukan ada 12 balita stunting di Desa Cibatok 2," katanya.

Ia beralasan, faktor kemiskinan menjadi kendalan utama tingginya angka stunting di wilayah tersebut. Rata-rata pencarian warga sekitar berprofesi sebagai buruh lepas, tani, pedagang dan pekerja bangunan.

"Intinya Kecamatan Cibungbulang masih ada PR untuk menuntaskan stunting, dengan program dari KPPA dan FOI ini diharapkan bisa menurunkan jumlah balita stunting," kata Yudi.
 

Pewarta: Laily Rahmawaty

Editor : Naryo


COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018