Bogor (Antaranews Megapolitan) - Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir Institut Pertanian Bogor (IPB) kembali menggelar Studium Generale Pembekalan Karir Pra Wisuda Tahap I Tahun Akademik 2018/2019. Acara digelar di Auditorium Andi Hakim Nasution Kampus IPB Dramaga, Bogor (17/9).
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Dr. Drajat Martianto, MSc menyampaikan bahwa pendidikan di IPB sudah merupakan pendidikan paripurna bagi para lulusan. IPB sudah memberikan ilmu berupa hardskill dan softskill, namun ada banyak hal yang masih perlu dipelajari dan diamati meski tidak lagi di bangku kuliah. Para lulusan tidak akan lagi menghadapi ujian seperti ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian comprehension, namun ujian terbesar adalah ujian kehidupan di masyarakat.
“Semua tahu, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan faktor penting untuk menunjukan capaian kita, namun IPK ternyata ada di urutan ke 20 sekian sebagai penentu kesuksesan. Kualitas perguruan tinggi terbaik juga berada di urutan ke 30 sekian sebagai penentu faktor kesuksesan. Jadi apa? Menurut Jack Ma, jika mau sukses kuncinya adalah creativity dan independent thinking,” ujarnya.
Dalam studium generale ini wisudawan dibekali dan diberi tips sukses menghadapi masa pasca wisuda. Kepala Sub Direktorat Pengembangan Karir dan Karakter, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir, Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si dalam kesempatan ini mensosialisasikan program Santripreneur dan Petani Muda IPB.
“Ini program yang pertama di IPB. IPB akan fasilitasi betul lulusan yang ingin jadi petani. Ini merupakan program baru yang bermula dari banyaknya pertanyaan kenapa lulusan IPB tidak jadi petani. Untuk itu IPB akan melaunching pusat pelatihan Santripreneur dan Petani Muda. Di sini lulusan yang ingin jadi petani akan dilatih selama dua minggu, kita cari fasilitas permodalan, dari BRI, BNI dengan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Lulusan IPB yang tertarik bisa dapat pinjaman tanpa bunga. Terkait lahan, Bappeda Kabupaten Bogor sudah mendata. Ada 13 hektar lahan tidur yang bisa dipergunakan,” ujarnya.
Menurutnya, semua komoditas yang dikembangkan oleh Santripreneur dan Pemuda Tani ini sudah ada calon pembelinya. Sebagai contoh, PT. Sidomuncul membutuhkan dua ton per hari daun katuk kering.
“Atau ingin menjadi petani bayam. Dibutuhkan satu ton per hari untuk restauran Jepang. Sekarang kemampuan supply Bayam hanya 100-150 kg per hari saja. Petani Muda tentu tidak akan dilepas begitu saja. Setelah dilatih, Petani Muda bisa langsung berproduksi. Akan ada audisi untuk lolos menjadi Petani Muda. Jadi yang betul-betul niat dan siap, akan dibiayai. Bulan depan akan dilaunching Program Petani Muda IPB,” ujarnya.
Selain itu, akan ada Program Sekolah Kopi dan terbuka untuk sepuluh orang peserta. Kesempatan ini diberikan kepada lulusan IPB yang betul-betul ingin jadi Barista. Sementara bagi lulusan yang ingin langsung memulai karirnya di perusahaan, akan ada Job Fair pada 20-21 september 2018 nanti dimana lulusan IPB bisa langsung melamar pekerjaan.
Dalam Studium Generale ini, IPB menghadirkan R. Sophia Alizsa, Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) Bank BRI yang juga alumnus IPB. Sophia mengatakan bahwa kelulusan adalah awal perjuangan. Menjadi sukses bukan diperoleh dengan mudah. Bermodal pintar saja tidak cukup. Contohnya betapa sering Jak Ma ditolak di beberapa perguruan tinggi.
“Keberhasilan tidak didapat secara instan. Di BRI, 75 persen pegawainya merupakan generasi milenial. Kunci nomor satu adalah integritas. Integritas tidak terjaga, kita berurusan dengan hukum. Ada lima nilai yang harus kita miliki yakni integrity, attitude, capacity, spirit, dan performance. Dalam setiap pribadi para wisudawan harus memiliki tatto imajiner yang positif. Punya tatto imajiner yang baik akan membentuk personal brand,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Sophia juga memberikan lima tips untuk generasi milenial. Yakni never stop learning di tempat kerja. Be unique, mendalami dan mencari keunikan diri.
“Buatlah keahlian kita dirasakan dan keberadaan kita bisa memberi kontribusi untuk komunitas atau tempat kerja. Keep creative, berusaha berpikir out of the box dan kreatif memecahkan masalah. Stop complaining, berusaha mencari solusi saat menghadapi masalah dan harus siap memberikan solusi. Strong relationship, membangun relasi dengan berbagai kalangan dan pihak yang positif,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan, Dr. Drajat Martianto, MSc menyampaikan bahwa pendidikan di IPB sudah merupakan pendidikan paripurna bagi para lulusan. IPB sudah memberikan ilmu berupa hardskill dan softskill, namun ada banyak hal yang masih perlu dipelajari dan diamati meski tidak lagi di bangku kuliah. Para lulusan tidak akan lagi menghadapi ujian seperti ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian comprehension, namun ujian terbesar adalah ujian kehidupan di masyarakat.
“Semua tahu, nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) merupakan faktor penting untuk menunjukan capaian kita, namun IPK ternyata ada di urutan ke 20 sekian sebagai penentu kesuksesan. Kualitas perguruan tinggi terbaik juga berada di urutan ke 30 sekian sebagai penentu faktor kesuksesan. Jadi apa? Menurut Jack Ma, jika mau sukses kuncinya adalah creativity dan independent thinking,” ujarnya.
Dalam studium generale ini wisudawan dibekali dan diberi tips sukses menghadapi masa pasca wisuda. Kepala Sub Direktorat Pengembangan Karir dan Karakter, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir, Handian Purwawangsa, S.Hut, M.Si dalam kesempatan ini mensosialisasikan program Santripreneur dan Petani Muda IPB.
“Ini program yang pertama di IPB. IPB akan fasilitasi betul lulusan yang ingin jadi petani. Ini merupakan program baru yang bermula dari banyaknya pertanyaan kenapa lulusan IPB tidak jadi petani. Untuk itu IPB akan melaunching pusat pelatihan Santripreneur dan Petani Muda. Di sini lulusan yang ingin jadi petani akan dilatih selama dua minggu, kita cari fasilitas permodalan, dari BRI, BNI dengan skema Kredit Usaha Rakyat (KUR). Lulusan IPB yang tertarik bisa dapat pinjaman tanpa bunga. Terkait lahan, Bappeda Kabupaten Bogor sudah mendata. Ada 13 hektar lahan tidur yang bisa dipergunakan,” ujarnya.
Menurutnya, semua komoditas yang dikembangkan oleh Santripreneur dan Pemuda Tani ini sudah ada calon pembelinya. Sebagai contoh, PT. Sidomuncul membutuhkan dua ton per hari daun katuk kering.
“Atau ingin menjadi petani bayam. Dibutuhkan satu ton per hari untuk restauran Jepang. Sekarang kemampuan supply Bayam hanya 100-150 kg per hari saja. Petani Muda tentu tidak akan dilepas begitu saja. Setelah dilatih, Petani Muda bisa langsung berproduksi. Akan ada audisi untuk lolos menjadi Petani Muda. Jadi yang betul-betul niat dan siap, akan dibiayai. Bulan depan akan dilaunching Program Petani Muda IPB,” ujarnya.
Selain itu, akan ada Program Sekolah Kopi dan terbuka untuk sepuluh orang peserta. Kesempatan ini diberikan kepada lulusan IPB yang betul-betul ingin jadi Barista. Sementara bagi lulusan yang ingin langsung memulai karirnya di perusahaan, akan ada Job Fair pada 20-21 september 2018 nanti dimana lulusan IPB bisa langsung melamar pekerjaan.
Dalam Studium Generale ini, IPB menghadirkan R. Sophia Alizsa, Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) Bank BRI yang juga alumnus IPB. Sophia mengatakan bahwa kelulusan adalah awal perjuangan. Menjadi sukses bukan diperoleh dengan mudah. Bermodal pintar saja tidak cukup. Contohnya betapa sering Jak Ma ditolak di beberapa perguruan tinggi.
“Keberhasilan tidak didapat secara instan. Di BRI, 75 persen pegawainya merupakan generasi milenial. Kunci nomor satu adalah integritas. Integritas tidak terjaga, kita berurusan dengan hukum. Ada lima nilai yang harus kita miliki yakni integrity, attitude, capacity, spirit, dan performance. Dalam setiap pribadi para wisudawan harus memiliki tatto imajiner yang positif. Punya tatto imajiner yang baik akan membentuk personal brand,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Sophia juga memberikan lima tips untuk generasi milenial. Yakni never stop learning di tempat kerja. Be unique, mendalami dan mencari keunikan diri.
“Buatlah keahlian kita dirasakan dan keberadaan kita bisa memberi kontribusi untuk komunitas atau tempat kerja. Keep creative, berusaha berpikir out of the box dan kreatif memecahkan masalah. Stop complaining, berusaha mencari solusi saat menghadapi masalah dan harus siap memberikan solusi. Strong relationship, membangun relasi dengan berbagai kalangan dan pihak yang positif,” ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Megapolitan 2018